Tiga

1.6K 208 3
                                    


Dulu, rumah tangga Ayu adalah tipe rumah tangga yang adem ayem tanpa badai. Dan itu yang menjadikan Ayu menyandarkan setengah hidupnya pada suaminya. Apalagi setelah ia hamil dan punya anak. Seakan lengkap sudah hidupnya.

Tapi, bukan berarti kerikil-kerikil kecil tak menjadi sandungan dalam menjalankan bahtera rumah tangga selama dua tahun pernikahanya bersama Tomy. Justru kerikil-kerikil itu yang menjadi bumbu dalam rumah tangga Ayu.

Kini, bahtera itu hanya ia kuasai sendiri. Ia menjadi kepala sekaligus ibu rumah tangga.

Dua tahun lalu. Malam terjadinya kecelakaan tunggal motor suami Ayu. Malam itu, dalam perjalanan pulang setelah shift siang di sebuah rumah sakit swasta. Tomy memacu motornya di atas kecepatan rata-rata. Karena langit seakan membuat gumpalan yang menyerupai kantong-kantong hitam yang sangat tebal, siap menumpahkan isinya berkubik-kubik air ke tanah ibu kota.

Tomy menambah kecepatan motor untuk menghindari tumpahan air bah dari langit.

Rintik hujan mulai membasahi jalanan lengang tengah malam, menjadikan jalanan licin.

Dan saat ia sampai di tikungan jalan layang yang mendekati turunan ujung dari jalan layang tersebut, ia terpeleset. Tubuhnya terpental mengenai pembatas jalan sebelah kanan. Sedang motornya menghujam tembok pembatas di sebelah kiri.

Anehnya, motornya tak sampai remuk seperti orang sangka, hanya lecet-lecet saja karena gesekan dengan beton jalan raya. Sedang tubuhnya tampak sekilas dari luar tidak ada luka yang berarti. Tapi dari hasil visum mengalami gegar otak yang menyebabkan tewas seketika.

***

"Pantes dia sering telat karena mau caper sama bos baru."

"Sengaja dia, biar pak Abi notice dia"

"Memang ya, janda lebih agresif."

"Dasar janda kegatelan."

Dan Bla..bla..bla... kata-kata yang tidak sopan lainya yang menghujat Ayu dari para fans wakil direktur baru, pak Abimana Rakha.

Setelah kejadian diseretnya Ayu oleh pak Abi di kantin kantor tempo hari. Sontak menjadi perbincangan heboh seisi D&C.

Semua orang mencibir dan menghujatnya dengan kata-kata merendahkan.

Tapi hanya satu perempuan yang masih pasang badan membelanya, setelah mendapat penjelasan dari Ayu tentunya.

"Mbak, jelaskan!" Todong Qila sambil menyodorkan foto dari ponselnya.

Sebenarnya ia baru kembali dari Banten semalam bersama pak Sapta. Tubuhnya masih pegal-pegal karena perjalanan yang lumayan walaupun bisa ditempuh sehari bolak-balik. Tapi sepanjang perjalanan ia menapak di koridor lantai empat belas yang ia lalui. Dan juga beredarnya foto di grup chat kasak-kusuk D&C. Mau tidak mau ia meminta penjelasan yang sejelas-jelasnya pada yang bersangkutan.

Ayu duduk di meja kubikelnya. Ia memakai hijab warna abu muda dipadu kemeja kebesaran di badan berwarna baby pink dan bawahan rok lipit warna abu tua. Ia sedang menggarap tax estimate untuk item yang akan mereka kerjakan tiga bulan mendatang. Karena peraturan baru telah diumumkan semalam.

Ayu menoleh sebentar. "Sampe difoto segala? Gile ya, orang-orang pada."

"Mbak, tolong jelaskan! Semua orang sedang membicarakan lo mbak." Todong Qila kedua kalinya. Dengan wajah penasaran.

Ayu sebenarnya malas menanggapi gosip seperti itu. Ia sudah terlalu lelah. Dengan statusnya sekarang, tidak hanya sekali dua kali ia mendapati kata-kata merendahkan yang ditujukan untuk dirinya. Selama ini, ia sudah berjuang sedemikian rupa. Di awal-awal ia menjalani kehidupan barunya setelah kematian suami, ia masih memikirkan apa kata orang. Dan kini, ia sudah berada di fase masa bodoh untuk hal-hal seperti itu. Otaknya lebih dibutuhkan untuk hal lebih penting dari itu. Yaitu untuk Zizi anak semata wayangnya.

SEPARUH (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang