Empat

1.5K 197 4
                                    


Mentari siang itu menampakan cerah sedikit berkabut awan. Cahayanya tampak silau di mata. Segera ia kenakan kaca mata hitamnya.

Atasan dari atasanya itu berjalan beriringan dengan gagahnya bersama rekanan bisnis. Menuruni gedung perkantoran D&C Med. Yang menempati lantai sebelas hingga enam belas.

Sebenarnya gedung ini memiliki dua puluh tujuh lantai. Dengan dihuni berbagai perusahaan, tentu tidak ada yang namanya pengkhususan lift atasan. Semua sama. Terkecuali lift A untuk perusahaan a. Lift B untuk perusahaan b. Itu saja.

Hingga di depan pintu lift, Ayu berpapasan dengan atasan dari atasanya.

"Yu!" Atasan dari atasanya menyapa Ayu.

Ayu menurunkan kaca matanya. Sambil berucap bingung. "Eh.. pak?"

"Nanti ke ruangan saya ya!" Pinta atasan dari atasanya sambil berlalu menuju loby.

***

Banyak pertanyaan dalam hatinya yang membuat ia ragu untuk melangkah. Namun, seberat-beratnya langkah. Bukankah harusnya ia tak melangkahkan kaki ke ruangan ini sampai sejauh ini?

Berdiri di dekat pintu ruangan itu, ragu-ragu Ayu mengetuk pintu. Dan tak lama terdengar suara sahutan dari dalam.

"Masuk!"

Ia membuka pintu. Sedikit membungkukan badan dan berdiri tegap kembali, segera ia menyapa dengan wajah ceria. "Siang pak Danu."

"Apa kabar Yu?"

Laki-laki paruh baya yang masih tampak gagah itu menyapa Ayu. Kaca mata yang dipakaianya lantas dilepasnya dari wajah teduh nan berseri, diletakan di atas meja kerjanya. Tak menunggu jawaban dari pertanyaanya, ia melanjutkan.

"Akhir-akhir ini D&C makin rame ya..?"

Ayu menunduk. Tanganya saling tertaut di depan perut. "Maafkan saya pak." Wajah ceria yang Ayu tampakan tadi, seketika berubah sendu.

"Kox minta maaf. Saya nggak lagi membicarakan kamu lhoh. Silakan duduk dulu!" Pintanya.

Laki-laki paruh baya yang menampilkan senyum teduh itu berdiri dari kursi kebesaranya. Meski badanya tampak masih gagah, namun tak bisa disembunyikan wajahnya terlihat agak sedikit layu. Lantas berjalan ke arah Ayu.

Pada akhirnya keraguan itu tetap menuntun Ayu berjalan menuju sofa ruangan itu. Setelah atasanya ikut duduk bergabung di sofa. Lalu ia pun duduk.

"Gimana kabarnya pak Danu? Maaf belum sempet nengok."

"Apa-apaan kamu sih, Yu. I am fine, as well as you can see. Saya bugar bukan?"

Ayu mengangguk. Dan hening sesaat.

"Gimana kabar ibu sama Zizi?"

Sebelum menjawab Ayu memandang dalam ke wajah pak Danu, atasan yang selama dua bulan tak ditemuinya karena menjalani pengobatan di Singapura ini wajahnya teduh nan berseri. Memancarkan aura positif untuk orang-orang yang berada di dekatnya. Orang bilang, jika keberhasilan sebuah perusahaan adalah melihat dari wajah pimpinan. Nah, ini Ayu setuju sekali. Sangat pas untuk diaplikasikan ke pak Danu Lukita, sang pendiri D&C.

"Zizi sehat Alhamdulillah. Ibu Alhamdulillah stabil akhir-akhir ini. Mereka pasti senang kalo dengar pak Danu sudah balik ke Jakarta."

Pak Danu mengangguk-anggukan kepala. "Alhamdulillah." Ucapnya.

Mengehela nafas sebentar, pak Danu lalu dengan lirih berucap. "Maaf, apa yang sudah terjadi sama kamu akhir-akhir ini, Yu."

"Memangnya saya kenapa pak?" Tanya Ayu bingung. Sambil mengerjap dua kali.

SEPARUH (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang