Pt. 3

1K 106 5
                                    

Mei 1996

Dia kabur.

Sendirian sekarang di sebuah tempat yang dingin dan kelam. Rimbun dengan pepohonan tinggi, gelap, hening. Berbau lembab, dikarenakan kurangnya sinar matahari. Tempat yang tidak tertembus. Masih memakai kemeja, dan rok sekolah, dia duduk di dahan yang besar, cemberut menatap lengannya yang terluka akibat Umbridge. Luka ukiran sihir biasanya akan lama pulih.

Sialan.

Dia mengutuk wanita itu atas apa yang telah dia lakukan kepada para murid. Membuat aturan yang mengada-ngada. Tidak bahkan untuk bersenang-senang seperti kembang api. Dia dan si kembar mendapatkan hukuman. Dan sekarang dia membuat sebuah–sesuatu seperti tidak boleh bergaul atau akan dihukum. Dia tahu apa yang Umbridge maksud, itu tentang Harry dan Dumbledore's Army.

Clementine mengetahuinya tentu saja, tapi dia tidak ingin tahu atau ingin diberi tahu oleh siapapun tentang dimana tempat pertemuan mereka. Lebih baik tidak tahu, pikirnya. Harry dan yang lain sempat mengajaknya bergabung, dia memilih tidak ikut. Clementine tidak juga membaca pikiran anggota DA, berharap semoga dia tidak melakukan kesalahan dengan tidak sengaja memasuki pikiran salah satu dari mereka. Blaise masih memantaunya dalam diam. Dan benar saja, manusia Malfoy mengejarnya. Dia dan ular yang lain menjadi tim penyidik. Tahu bahwa Clementine berteman dengan musuh, mereka mencoba untuk mendapatkan informasi dari. Itu membuatnya sering bersembunyi seperti saat ini, kali ini tidak ada tempat aman, tidak bahkan bersembunyi di asrama. Itu malah akan memudahkan mereka. Berakhir dengan dia sendirian di hutan terlarang, dengan sebuah buku kecil.

Buku itu berisi catatan mantra dan kutukan yang sudah dikumpulkan Papanya sejak Clementine belum lahir. Mengingat dia selalu berpindah-pindah, banyak mantra yang berbeda disetiap negara. Dia sudah melihatnya mempraktekan beberapa–sebagian besar. Bersyukur bahwa Papanya mencantumkan semua tentang mantra dan kutukan tersebut, seperti gerakan tongkat dan efeknya, juga lawan dari mereka. Beberapa adalah hitam, dia tidak pernah masalah dengan itu bila mungkin berguna.

Sore hari setelah kelas, dia berhasil menyelinap dari semua orang ketempat ini. Dia tidak masuk terlalu dalam, khawatir mengganggu makhluk lain di hutan. Memilih tanah kosong yang sering Hagrid pakai untuk mengajar. Berlatih beberapa hal yang dia pikir perlu diasah.

"Kau di sini."

Sebuah suara menariknya kebelakang, menemukan Harry yang sedang memakai jubah gaib diseluruh tubuh kecuali kepalanya.

"Harry, jangan lakukan itu lain kali," memberikan tatapan tajam pada lelaki yang kini ikut merosot ke dahan pohon.

Harry terkekeh geli, "Aku lihat kau menghilang."

"Ya, kau juga tampak begitu."

"Tidak takut tertangkap?"

"Kau?"

Harry mengangkat jubah gaibnya, Clementine memberikan anggukan, "Aku lihat, mungkin kita bisa berbagi jubah saat kembali kalau kau tidak keberatan?"

Harry bergumam, "Ya..."

Mereka berdua terdiam, yang satu melamun sesekali menghembuskan nafas berat. Sedangkan si gadis melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti menenggelamkan dirinya pada tulisan di buku. Mata Harry mengikuti gerakan tongkat Clementine. Mengerinyit bingung saat dia membaca mantra yang tidak pernah lelaki itu dengar.

"Ini dari negara lain, mau aku ajari?" Clementine menyeringai.

"Efeknya membuat lawanmu ditusuk seribu jarum gaib di kulitnya, nama kutukannya Agoda, tidak berakibat fatal itu hanya membuat seseorang kesakitan beberapa detik saja. Cocok untuk memperlambat musuh."

𝐃𝐑𝐎𝐖𝐍𝐈𝐍𝐆 | ᴛᴏᴍ ʀɪᴅᴅʟᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang