Pt. 6

727 104 19
                                    

"Avada Kedavra!"

"Expelliamus!"

Clementine bernafas lega, Harry bangkit susah payah dari serangan Voldemort. Sihir mereka bentrok, berkeinginan untuk melahap satu sama lain. Harry memegang tongkat dengan kedua tangannya, dihentakan kayu itu sesekali untuk membuat sihirnya maju. Walaupun Clementine tebak Tongkat Elder yang digunakan Voldemort adalah milik Draco, tidak menapis betapa hebat tongkat itu bahkan kepada seseorang yang bukan tuan.

Saat sihir Harry hampir melahap miliknya, dua Death Eater maju berencana untuk membantu. Tapi, Voldemort menyingkirkan mereka dengan tangan satunya, tidak mau diganggu. Ini adalah pertarungan antara dia dan Harry Potter. Clementine mengerti kepuasan apabila kita dapat menghancurkan musuh dengan tangan sendiri. Terutama dengan ego Voldemort yang percaya kalau dirinya penyihir paling hebat, mengalahkan Harry Potter dengan bantuan adalah sebuah penghinaan.

Tongkat Clementine terlempar lima langkah darinya pada saat Bellatrix menyerang. Wanita gila itu bernafas di lehernya, menjilat kulit Clementine sesekali, tertawa gila. Menjijikan. Bellatrix walaupun memperhatikan Tuannya, dia tetap mengeratkan ujung tongkat kepada leher gadis itu. Tidak lengah. Clementine membuka telapak tangannya yang bebas, membacakan mantra pemanggil di dalam hati. Pandangan jatuh pada tongkat yang tergeletak di tanah.

Saat tongkatnya kembali, Clementine segera menyikut kepala Bellatrix. Melepaskan diri darinya.

Rosier yang sempat melupakan kehadirannya, menyadari lagi. Dua orang itu mengejar Clementine dengan serangan, agak jauh dari duel maut Harry dan Pangeran Kegelapan.

Clementine loncat saat reruntuhan menghalangi langkahnya, berguling kala tersandung kerikil. Pekikan kecil keluar dari mulutnya. Melihat tembok di sisi kanan musuh, dia memiliki ide cemerlang. Dengan secepat kilat gadis itu mengayun tongkatnya kearah tembok.

"Bombarda Maxima!"

Tembok meledak, tapi Bellatrix lebih cekatan. Goyangan tongkat Bellatrix membuat bongkahan batu yang jatuh terpental menjauh, dan menabrak tembok, hancur lebur. Tidak menghancurkannya, "Kau jalang licik."

Tawa Voldemort mengintrupsi kedua orang gila yang mengejar Clementine. Sihir Harry hampir terbabat habis, hanya beberapa langkah. Voldemort berpikir dia akan menang, lidahnya menjulur, senyum lebar terbit.

Harry melangkah maju, berusaha mengeluarkan kekuatannya lebih banyak lagi. Keringat bercucuran di dahi dan telapak tangannya. Mengenang orang-orang terkasih yang pergi, atau terluka. Harry tersenyum ingat seberapa dia di cintai. Semangat berkobar lagi di jiwa lelaki itu.

"Kau yang akan mati, Tom Riddle."

Dia menarik keluar semua sihirnya, membuat sihir Voldemort semakin terpojok. Voldemort tampak mengeluarkan usaha yang besar untuk ini, dahinya berkerut. Sihir Voldemort menipis seiring Harry memakannya. Letusan dahsyat memotong duel keduanya. Membuat semua orang terkesiap.

Voldemort dikalahkan.

Pangeran kegelapan berteriak saat sihirnya mati, tangan pria ular itu menjadi abu yang berterbangan di udara. Dia kehilangan pegangan atas Tongkat Elder. Panik atas tubuhnya yang sedikit demi sedikit hancur.

Dia melangkah lunglai tangan kirinya mencoba meraih Harry, tapi tak sampai. Voldemort jatuh bertumpu dengan suara rengekan tua menyatu. Menghilang seperti abu. Yang tersisa hanya jubah hitamnya.

Clementine tersenyum lebar, dia dan yang lain. Orang-orang yang bertahan.
Dilain sisi para Death Eater membeku, beberapa dari mereka berjalan mundur ketakutan. Tuannya telah mati. Mereka kalah.

Harry berjalan mengambil Tongkat Elder dari tanah. Tongkat kuat yang tidak akan pernah mengkhianati tuannya.

Clementine dengan gembira datang menghampiri Harry walaupun dengan sedikit ringisan kecil akibat dari luka-luka yang diterimanya.

𝐃𝐑𝐎𝐖𝐍𝐈𝐍𝐆 | ᴛᴏᴍ ʀɪᴅᴅʟᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang