Pt. 9

746 98 8
                                    

Menurut Tom tidak ada hal yang paling dia benci selain kelemahan. Selama dia hidup dengan paru-parunya, Tom tidak pernah takut akan kematian, dia tidak pernah memiliki perasaan itu. Dia hanya benci bahwa dia memiliki kelemahan yang membawa ketiadaan pada eksistensinya di dunia. Tom tidak seperti itu, dia harus menjadi yang terkuat dari segalanya, bahkan kematian.

"Apa kau mendapatkannya, Avery?"

Sekarang mereka berada di gang-gang kecil Knockturn Alley, bersembunyi. Avery yang baru saja datang dengan wajah muram menjawab dengan anggukan kecil yang padat.

"Sebasta sudah menyiapkan semuanya di sana," Avery agak merundukan kepalanya.

"Baiklah, hari sudah mulai gelap. Kita tidak boleh terlambat."

Dengan senyum hampanya Tom pergi mendahului Avery yang tepat berada di belakangnya. Mereka pergi kesuatu tempat jauh, yang mungkin sebagiannya tidak berpikiran akan menginjaki.

Dunia muggle.

Lebih tepatnya sekarang mereka sudah berada di kuburan Muggle yang telah dibobol, dan pelaku pembobolan nampak tersenyum puas atas kinerjanya, Sebasta Lestrange. Dengan sihir dia mengangkat mayat busuk dari lubang tanah, memasukannya kedalam kuali besar yang sudah berisi air dengan darah Unicorn di dalamnya. Darah murni yang berkilauan, sangat polos. Bergejolak dan panas.

Tubuh ringkih, dengan kulit yang membusuk, darah yang mengering, tulang rapuh, semuanya masuk ke dalam tanpa perlawanan. Tom mengingat, itu hampir seperti kematian si gadis malang. Tidak ada rintihan, dia hanya mati.

Tom berjalan maju, berdiri di atas rune yang telah diukir. Tepat di sebelah kuali yang panas. Tom Riddle membuka atasannya, membiarkan angin malam berhembus, membuat tubuhnya kedinginan. Sedangkan keenam ksatrianya hanya menonton pertujukan hebat yang sesaat lagi akan terjadi. Pembelahan jiwa.

Ya, semuanya telah siap sekarang. Juga buku diarinya, tergeletak di tanah menyentuh jari kaki lelaki itu. Rosier bergerak, dia mengambil air ekstrak dari darah Unicorn dan mayat Myrtle menggunakan gelas. Lelaki itu memberikannya kepada Tom dengan segala Hormat.

"στην απέραντη αιωνιότητα" (stin apéranti aioniótita / dalam kekekalan tak terbatas.) ucap Tom, wajahnya menujukan kehausan yang sangat besar.

Lelaki itu menegak air di gelasnya dengan rakus tidak perduli akan panas yang akan membuat lidahnya melepuh. Beberapa saat kemudian Rosier menyirami Tuannya dengan air tersebut, seketika kehangatan mengalir di seluruh tubuh Tom, kulitnya memerah, dia bahkan merintih, tapi tatapannya tidak pernah padam. Keinginan.

Di keheningan kuburan, suara teriakan kesakitan Tom membuncah. Membuat orang-orang yang menyaksikan hal tersebut ngeri, bahkan bahkan membuat Mulciber meringis, menutup matanya dan berpikiran bahwa Tom gila karena mampu menyakiti dirinya sendiri dengan begitu sadis. Lelaki itu sudah  memotong lidahnya sendiri, dan darah bercucuran di mana-mana, deras keluar dari mulut. Mambuat mual siapapun yang menyaksikan.

Tom bertumpu pada lututnya, tangan lelaki itu bergetar. Dia jelas tersiksa dengan ritual yang sedang berlangsung.

"για την αιωνιότητα." (gia tin aioniótita / untuk keabadian.)

Dia memeras potongan lidah di tangan, membuat darah berjatuhan, menetes pada lembaran kertas diari. Memerah.

"Η δύναμή μου είναι στην ψυχή μου." (I dýnamí mou eínai stin psychí mou / Kekuatanku ada di jiwaku.)

Lantas lidah yang sudah terkuras tersebut, dia makan. Dia menelannya tanpa mengunyah lidah tersebut. Ujung tongkat diarakan kedada.

"Choríste Zoume!"

𝐃𝐑𝐎𝐖𝐍𝐈𝐍𝐆 | ᴛᴏᴍ ʀɪᴅᴅʟᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang