Tom Marvolo Riddle x Original Character
Tom-
Crows laughed at me
The inferi tore my body
Even the worst of you, hear my voice
Hoarse, blood
Taste like lead in all over my mouth
Why are you pushing me roughly?
How ironic, I know that you want me.
(s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Air merayap masuk kelubang pernapasannya. Adapun tangan dengan jari-jari yang lentik mencoba meraih udara yang mana hampir tidak dia dapatkan, kaki pendek mencari pijakan. Sinar matahari masih dapat gadis kecil itu rasakan, itu musim panas saat kakak tirinya mendorong dia ke danau di belakang tempat tinggal mereka.
"Blaise–"
"T-tolong!"
Anak lelaki dengan kulit gelap itu menyeringai melihat gadis kecil yang berusia satu tahun di bawahnya kesulitan. Cukup lama untuk membuat paru-paru adiknya dipenuhi air, dan titik-titik hitam mulai merayapi penglihatannya.
Mungkin aku akan segera menemui Mamma, pikir gadis itu.
Aku akan bertemu Mamma.
Tubuhnya hendak menyerah, penglihatannya menggelap dengan satu titik cahaya matahari yang semakin menipis. Rasanya sangat pusing dan... Ringan?
Semuanya hampir terjadi bila saja tidak ada tangan yang menariknya kepelukan. Gadis itu setengah sadar saat melihat sosok tegap berkemeja putih basah menyeretnya keluar dari air yang dingin, membuat kehangatan hidup kembali.
"Stay with me, Sweetheart," kepanikan mewarnai suara pria itu.
Sambil terus memanggil nama putrinya dia berusaha memompa keluar air dari tubuh gadis itu.
"Clay? Clementine! Kau mendengarku sayang?"
Terbatuk, air keluar dari mulut, dan hidung Clay. Rasanya sangat pedih, bahkan keringanan tadi lebih didambakan olehnya.
"Papa..."
Itu suara serak dan tipis yang tidak dia kenali, pelukan hangat dari pria yang dia panggil Papa membuatnya tersadar bahwa dia masih memiliki pria itu.
Ibu tirinya- Aida Zabini tergopoh-gopoh mengkhawatirkan Clementine. Di Manor Aida mengeringkan tubuhnya, ada pula gumaman kata "focillo", dan sedikit goyangan tongkat berhasil menghangatkan tubuh Clementine yang tadinya dingin, dia juga membuatkan coklat panas untuknya. Tidak lupa dia memarahi Blaise atas tingkahnya yang tidak baik. Sungguh ibu tiri yang dia harapkan. Selama ini Clementine tidak mendapat perhatian seperti ini dari seorang ibu. Clementine kira walaupun Blaise seorang bajingan, Aida adalah orang baik. Ya, setidaknya itu yang dia kira.
Di kamarnya Clementine merenungkan semua yang terjadi, mulai dari Papanya yang bertemu dengan Aida, dan menikah. Dia tidak pernah tau apa yang ada di benak wanita itu, misterius. Lalu, ada Blaise yang jelas-jelas pengganggu, orang itu tidak banyak berbicara tapi pikiran jahatnya selalu berjalan semenjak mereka mengenal pertama kali. Akhirnya hari ini, Blaise cukup berani untuk merealisasikan pemikiran piciknya.