EXTRA PART

9.1K 415 18
                                    

10 tahun berlalu

Terlihat seorang anak kecil berlari di sebuah taman berumput hijau, dengan senyum yang tak pernah sirna dari wajahnya, ia terus berlari kala seseorang mengejarnya, ia kadang tertawa saat pria yang mengejarnya tak dapat menangkap dirinya.

"Vian sudah ya kita makan, kasian bunda udah nunggu" Ucap sang pria dan menangkap tubuh mungil si bocah yang ia panggil Vian tadi.

"Ayah...Ayah...Bunda masak apa ya" Tanya anak yang berada di dekapan pria itu.

Ia menatap putra nya gemas, membuatnya merindukan seseorang "Yaudah ayo masuk kita lihat bunda masak apa oke" Ucapnya lembut seraya mengendong anak itu masuk kedalam rumah.

Terlihat di meja makan sudah banyak makanan yang tertata dengan rapi, dan terlihat seorang perempuan manis tengah berjalan membawa sebuah lauk dan tersenyum manis.

"Mas ayah suruh makan, sampe kapan dia harus kayak gini aku gak tega liatnya" Ucap perempuan itu.

Pria itu pun menurunkan Vian kecil "Aku ke kamar ayah bentar" Ucapnya sambil berjalan menjauhi meja makan.

Akhirnya ia sampai di sebuah kamar dengan dekorasi yang cukup sederhana dan rapi namun terkesan cukup mewah, ia berjalan menghampiri pria paruh baya yang tengah duduk di tepi ranjang sambil memandang sebuah foto.

"Ayah" panggil nya, membuat sang pria paruh baya menoleh namun tak ada respon darinya.

Ia mendaratkan dirinya di samping pria paruh baya itu "mau sampai kapan ayah seperti ini? Sudah 10 tahun sejak vian meninggal, ayah vian udah bahagia di sana, vano yakin vian juga udah maafin ayah, berhenti nyiksa diri ayah, ayo kita makan perut ayah harus di isi, nanti ayah sakit lagi" Ucap Vano.

Asal kalian tahu! Sejak meninggalnya Vian, Adrian dan Airin resmi berpisah, Airin memutuskan untuk berpisah dengan Adrian karena Airin rasa ia sudah terlalu kecewa dengan suaminya ini, namun ia juga kecewa dengan dirinya yang dulu pernah kasar dengan Vian.

Kini Vano sudah bertumbuh dewasa, dan menikahi seorang gadis hingga mempunyai anak yang ia beri nama Vian, bukan apa-apa ia hanya ingin anaknya menjadi pribadi yang kuat seperti adiknya, dan keadaan Adrian selama Vian meninggal setiap hari hanya memandang foto Vian.

Adrian begitu menyesali perbuatannnya selama ini, namun semua sudah terlambat ia baru menyadari betapa kuatnya Vian menghadapi semuanya sendiri, bahkan terkadang ia menangis kala membuka memori betapa bejatnya dia kepada Vian dahulu.

Penyesalan Adrian seperti tak berujung bahkan sudah 10 tahun ia masih begitu menyesali semua perbuatannya, ia merasa menjadi ayah yang begitu buruk, bahkan sepertinya lebih dari kata buruk.

"Ayah menyesal Vano" Ucap Adrian tak terasa sebuah liquid bening jatuh begitu saja dari kelopak matanya.

"Ayah Vian gak akan tenang disana kalau Ayah belum ikhlasi Vian, Ayah sudah cukup penyesalan Ayah 10 tahun ini, masih ada Vano yang butuh ayah disini, Ayah berhenti siksa diri ayah"

"Maafin ayah" Ucapnya dan langsung memeluk tubuh Vano, ia menumpahkan semua penyesalannya hari ini.

"Masih ada Vano disini jadi Vano mohon jangan kayak gini adek juga bakal sedih liat ayah kayak gini"  Ucapnya sambil menatap lekat sang ayah yang sudah entah berantakan sekali.

"Ayah minta maaf, Ayah akan mencoba mengikhlaskan bantu ayah"

"Vano pasti bantu, Ayo makan dulu, Rara udah masak banyak tadi, Vian juga udah nunggu" Ucap Vano sambil menarik tangan Adrian.

Kini mereka sudah berada di ruang makan, terlihat Vian kecil begitu lahap memakan masakan sang bunda, begitu menggemaskan, tak kala Adrian tersenyum melihat tingkah sang cucu.

"Kakek thenapa liatin vian gitu, itu makanannya di makan ih, nanti kasihan perut kakek tau" Ucap Vian

Adrian tersenyum kala melihat vian kecil memarahinya "Hahaha iya sayang, lucu banget cucu kakek satu ini"

Begitu bahagia bukan? Keluarga kecil yang akan terus mengingat sebuah perjuangan yang di lakukan oleh bagian dari keluarga mereka, penyesalan selalu berada di akhir, Adrian sungguh menyesali perbuatannya terhadap putranya, namun ia juga sadar tak seharusnya ia menyiksa dirinya, banyak hal yang harus ia perjuangkan saat ini, yaitu hidup bersama keluarga kecilnya saat ini dan ia tak akan pernah melupakan putra satunya "Alviano"

*****

Terlihat 3 orang pemuda tengah berada di pinggir sebuah gundukan tanah dan menaburkan beberapa bunga di atasnya, ah mereka kevin, aldo, ujang sahabat Vian.

"Vian gue minta maaf pernah jahat sama lo, gue bener-bener nyesel pernah lakuin hal yang salah walau niat gue pengen lo bahagia tapi gue tau cara gue salah dengan nyuruh kinan pacaran sama lo, gue nyesel, walau udah 10 tahun lo gak ada, gue tetep nyesel ngelakuin itu, gue harap lo bahagia disana" Ucap Kevin penuh penyesalan apa yang ia lakukan di masa lalu kepada vian membuatnya terus menderita kala mengingat hal itu.

"Hai bro gue kangen lu anying, gila bisa-bisanya lu ninggalin gue, gue gak ada temen selain lu bro, mereka berdua gak ada jiwa-jiwa prennya sama gue" refleks aldo dan kevin memelototi ujang membuat ia tersenyum tanpa dosa "enggak mereka pren able kok, bahagia ya yan di sana, gue selalu doain lu di sini"

"Yan gue gak nyangka bakal lu tinggal secepat ini, dan bodoh nya kita saat lu berjuang kita gak ada di samping lu, gue bener-bener minta maaf, lu terlalu berjuang sendiri, goblok bener harus nya lu tuh cerita sama kita, udah 10 tahun kita udah punya masa depan sendiri, andai lo masih hidup kita mungkin masih bisa kumpul kayak dulu, gue kangen lu yan, bahagia di sana kita pamit ya kapan-kapan kita kesini lagi" Ucapnya sambil mengusap nisan bernama "Alviano Bara Adrian", mereka beranjak meninggalkan makam.

Terima kasih vian sudah bertahan sampai saat itu walau akhirnya kamu menyerah, namun semua rasa sakit sudah hilang dan kamu harus bahagia disana, kini tidak ada vian yang kuat, vian yang sendiri memendam rasa sakit, tidak ada vian yang setiap hari menerima perlakuan tidak adil, tidak ada vian yang selalu mengeluh untuk menyerah.

Dari vian

Terima kasih ayah dari mu aku belajar arti perjuangan yang sesungguhnya, berjuang untuk menemukan setitik kasih sayang yang sulit untuk aku gapai, bahkan saat jantungku sudah berhenti berdetak kasih sayang itu tetap tak pernah aku dapatkan, asal ayah tau vian ingin membalas semua perlakuan ayah ke vian, namun tak seharusnya seorang anak berlaku kasar kepada orang tua, jadi vian cuma diam, pinter kan vian hehehe, ayah! Vian sayang ayah jangan terlalu larut dalam penyesalan, sekali lagi terima kasih ayah.






Pipipip maaf kalau extra partnya jelek dan pendek, hahaha oh ya author lagi nulis cerita kedua nih, genre sama kok, tunggu updatenya ya secepatnya akan up, terima kasih Vian dan Author pamit undur diri biasa mau kencan🥱



















ALVIANO [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang