bagian 28✔

7.4K 514 30
                                    

Sedari tadi Aldo mondar mandir membuat Ujang pusing saja "lo gak bisa diem ya,pusing gue lihatnya" Celetuknya namun Aldo malah tak mengubris Ucapan Ujang.

"Do elah pusing gue lihatnya diem napa" Ujar Ujang sekali lagi dan Aldo langsung duduk dipinggir Ujang.

"Perasaan gue gak enak anjay, kenapa ya gue bingung, kayak ada sesuatu yang bakal terjadi sama Vian, soalnya dari tadi gue kepikiran dia mulu anjir" Jelas Aldo membuat Ujang mengangkat sebelah alisnya.

"Ya moga moga aja dia gak kenapa kenapa" Balas Ujang santai menyenderkan bahunya pada sofa diruangan Vian.

Aldo yang sedari gelisah, langsung menarik lengan Ujang, membuat Ujang yang tak siap dengan perlakuan Aldo langsung oleng, untung saja Ujang bisa menyeimbangkan tubuhnya, kalau enggak udah nyungsep dia.

"Si bangsat main tarik tarik aja, lo kira gue layangan" omel Ujang yang tak terima ditarik keluar oleh Aldo.

"Diem sat, kita susul Vian ke ruangan Vano, sumpah perasaan gue gak enak" Aldo terus menarik Ujang.

"Nama gue Ujang bukan Sat, iye lepasin dulu tangan lo, entar dikira kita apaan lagi" Kata Ujang sambil menghentakan tangan Aldo.

Diperjalanan menuju ruangan Vano, dan mereka melewatu kantin,mereka melihat Kevin malah makan berdua mesra, wah nih anak gak tau apa temennya lagi panik gak karuan, lah ini malah mesra mesraan, inget woy pacar temen lo itu, Ujang yang melihat Kevin dan Kinan hanya melototkan mat kaget, Aldo tak mau menegur mereka lebih baik cari Vian.

"Udah jang yang itu nanti aja" Ujarnya menarik Ujang menjauh dari kantin.

Sesampainya di ruangan Vano, mereka tak melihat ada Vian, hanya Vano, kakak Vano entah lah Aldo dan Ujang tak tau, dan kedua orang tuanya, Lah terus Viannya kemana- batin Aldo.

"Kalau Vian gak disini, terus dia dimana jang" Ujar Aldo semakin khawatir dengan keadaan Vian.

"Kita cari dia" Ucap Ujang dengan keyakinan penuh, tumben lo Ujang Serius gini.

Mereka pun berjalan, menyusuri setiap tempat dirumah sakit, namun nihil tetap saja mereka tak menemukan Vian, dan hanya satu tempat yang belum mereka datangi rooftop, mereka pun berlari menapaki tangga rumah sakit, dan sesampainya dirooftop mereka melihat Vian melentangkan tangannya seakan ia ingin melompat dari gedung rumah sakit yang cukup tinggi, Ujang menganga menatap Vian, sedangkan Aldo kaget bukan main, tanpa basa basi ia pun berlari dan meraih tubuh Vian dari tepi rooftop, Ujang yang tadi diam langsung berlari menghampiri Aldo yang sudah memeluk tubuh Vian dari belakang.

"Lo mau mati hah" Bentak Aldo yang sudah tersulut emosi melihat kelakuan Vian, ia langsung menarik kera baju Vian.

"Apasih siapa yang mau mati elah" Vian menepis tangan Aldo dari kera bajunya "lo pikir gue mau loncat, ya kali Do, gue masih mau menghirup udara didunia ya" Sambung Vian membuat Aldo dan Ujang mendelik, lah kirain dia mau bunuh diri.

"Ya kali aja lo bosen hidup, Yan lo kalau punya masalah cerita sama kita, jangan dipendam sendiri" Lirih Aldo menatap lekat lekat mata Vian.

Vian tak yakin, apakah ia harus menceritakan semua masalahnya pada mereka?, Vian tak mau menambah beban Mereka, Vian tak mau menyusahkan siapapun itulah prinsip hidup Vian.

"Nah betul, cerita Yan cerita" Ujang duduk dan menepuk tempat kosong disebelahnya, dan Aldo juga ikut duduk membuat Vian mengangkat sebelah alisnya.

Vian lantas duduk disebelah Ujang, ia meraup oksigen disekitarnya, begitu damai.

"Cerita Yan"

"Cerita apa elah, gue lagi gak punya bahan buat diceritain" Vian masih fokus menatap langit yang indah dengan taburan bintang bintang.

ALVIANO [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang