bagian 21✔

7.6K 500 13
                                    

"Hidupku memang seperti ini tak ada kebahagiaan hanya ada luka"

_ABA

"Vian ikut nenek tinggal di Surakarta ya, Nanti Vian juga pindah sekolah disana" Ucap Nenek Arda sambil mengelus puncak kepala Vian.

Vian berfikir kalau dia ikut Nenek dan Kakeknya ia akan terbebas dari semuanya tapi kalau dia ikut ancaman ayahnya kemarin membuat Vian mau tak mau menuruti perkataan sang ayah.

"Kamu harus tetap bersamaku, jangan pernah mau pergi bersama Ibuku, kalau kamu pergi bersama Ibuku aku akan membuat mu tak pernah melihat Ibuku"

Kata-kata itu sedari malam selalu terngiang di pikiran Vian, Kini sorotan mata tajam sang ayah membuatnya semakin bingung ia harus bagaimana?melihat tatapan sang ayah Vian yakin ayahnya tak main-main.

Vian menghela nafas "Aku tinggal disini aja Nek, aku gak bisa ninggalin keluargaku" Ucap Vian dengan sorotan mata menyedu.

"Kamu yakin" Ujar sang Nenek dan dibalas dengan anggukan oleh Vian.

"Ya sudahlah, kita pamit ya, Daren sama Vano jaga adek kalian, kamu juga Adrian dan Airin jaga Anakmu baik-baik saya tidak mau ada berita buruk tentang Vian" Ucap Kakek Vian kepada Meraka "dan kamu Vian jaga diri baik-baik kalau ada apa-apa hubungin Kakek sama Nenek, kami pamit" Pamit sang Kakek dan beranjak pergi keluar rumah disusul oleh sang Nenek dari belakang.

Setelah Nenek dan Kakeknya berangkat untuk kembali ke surakarta, Vian kini berada di kamarnya, Tatapannya menyedu ia ingin sekali tinggal bersama Nenek dan Kakeknya, Vian tak mau disini.

Suara pintu terbuka membuat Vian menoleh dan melihat sang ayah sudah berdiri diambang pintu, Adrian pun menghampiri Vian yang duduk di kursi.

"Ternyata kamu menuruti perkataan saya Vian" Ujar Adrian.

"Seperti yang ayah tahu, sekarang ayah mau apa kesini"

"Memangnya saya tidak boleh kesini ini rumah saya jadi saya berhak dong Vian" bentak Adrian membuat Vian semakin mengeram kesal.

"Karena kamu sudah menuruti perkataan saya, saya sudah siapkan kamu hadiah" Ucapnya membuat Vian mengernyit tak mengerti.

Lalu tiba-tiba sang Bunda masuk ke kamar Vian dengan membawa kotak, ah mungkin itu yang dimaksud sang ayah.

"Nih mas emang isinya apa sih, kenapa juga kamu mau beri hadiah segala sama dia" Ucap sang bunda membuat hati Vian terenyuh, apakah ini bundanya?.

"Karna kamu besok ulang tahun jadi saya kasih hadiah sebagai tanda terima kasih karena kamu mau menuruti perkataan saya, dan satu lagi Besok saya mau kamu tetap dikamar ini, jangan keluar karena saya mau merayakan ulang tahun Vano, saya gak mau aja kamu kacauin acara itu, apalagi datang" Pinta Adrian membuat pandangan Vian menyedu, Vian kira kado itu tulus untuk Vian nyatanya sama saja itu cuma hadiah agar Vian tak kemana-mana.

"Aku gak mau kado itu, kalau memang ayah mau Vian lakuin semua itu Vian mau kok tanpa dikasih kado sekali pun"

"Ck, udah deh terima aja masih untung kita kasih hadiah, emang ya kamu tuh anak gak tau terima kasih" Ucap sang bunda membuat hati Vian seperti terhimpit oleh batu, Sakit kenapa kalimat itu yang selalu keluar dari mulut Bundanya.

ALVIANO [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang