Arsya memasuki ruangan Vian, namun penglihatannya langsung disuguhi dengan
Seorang wanita paru baya yang tengah duduk disamping ranjang kakaknya."Siapa dia" batin Arsya
Arsya mulai berjalan menuju ranjang sang kakak ia nampak tak peduli dengan tatapan bingung Airin, ia mulai mendekati tubuh sang kakak.
"Kak" panggil Arsya membuat Airin mengeryit ketika Arsya memanggil Vian kakak, apakah dia anak Laras dan mas Adrian? Ah Airin sangat ingin bertanya hal itu.
"Kamu Anak Laras?" Tanya Airin yang sudah penasaran.
"Iya, memang ibu siapa kok ada dikamar kak vian" Tanya Arsya kepada Airin.
"Saya ibu tiri Vian dan Vano" Airin tersenyum manis pada Arsya namun sebaliknya Arsya menatap Airin tak suka, Arsya hanya ber-oh saja.
"Saya tinggal keluar ya, tolong jaga Vian" Pamit Airin sambil beranjak meninggalkan Arsya dan Vian yang masih tidur lelap.
Setelah Airin sudah tak terlihat Arsya duduk di bangku yang diduduki Airin tadi.
"Kak bangun yuk, kakak gak kasian sama aku, aku sendirian sekarang Mama sudah masuk penjara, Arsya udah gak punya siapa siapa lagi selain kakak" Ucap Arsya sambil menundukkan kepalanya air matanya keluar begitu saja, ia benar benar hanya memiliki Vian semuanya telah pergi, Ayah? Bahkan iya hanya bertemu sekali saja, Arsya jelas takut apakah ayahnya mau menerimanya, Arsya tak tau harus bagaimana kini yang ia miliki hanya Vian saja, dan apa ini Vian malah terlelap damai.
"Kak bangun Arsya mohon jangan tinggalin Arsya" Kini Arsya mulai mengoyangkan tubuh Vian dengan sangat lembut, ia mulai terisak, ia benar benar bingung harus apa?.
Suara pintu terbuka membuat isak tangis Arsya mulai mere d, nampak seorang dokter masuk kedalam ruangan itu.
"Kamu siapa?" Tanya dokter Arya
"Saya adiknya Kak Vian dok" Ucap Arsya sambil mengusap air matanya.
Dokter Arya pun langsung memeriksa keadaan Vian, saat selesai nampak ekspresi yang sulit dijalankan nampak di wajah Dokter Arya.
"Bagaimana keadaan kakak saya dok" Tanya Arsya penasaran.
"Ibu yang tadi disini mana?" bukannya menjawab pertanyaan dari Arsya, Dokter Arya malah melontarkan pertanyaan pada Arsya.
" tadi keluar dok memang kenapa dengan kakak saya" Tanyanya sekali lagi.
Dokter Arya menghela Nafas berat, keadaan Vian benar benar buruk dan ia harus segera memberi wali dari Vian tidak mungkin ia membicarakan hal serius seperti ini pada adik Vian ia masih kecil untuk mendengar hal seperti ini.
"Tidak perlu khawatir saya akan melakukan yang terbaik untuk kakakmu, saya keluar dulu ya" Ucap Dokter Arya tersenyum manis pada Arsya dan beranjak pergi meninggalkan kamar rawat Vian.
Di tempat lain Adrian terus mondar mandir di kamar rawat Vano entah kenapa perasaannya dari tadi tidak enak, ada apa ini Adrian benar benar bingung, apakah ada sesuatu yang tengah terjadi pada orang yang ada di dekatnya, tapi siapa? Adrian bingung.
Suara pintu terbuka membuat Adrian menoleh dan mendapati sang Istri yang membawa kantong plastik berisi makanan, Airin berjalan menuju meja di dekat ranjang Vano ia pun meletakkan kantong plastik itu.
"Mas" panggil Airin lembut.
"Ada apa" Adrian mengeryit ia memandang ekspresi wajah Airin yang nampak begitu sulit ditebak.
"Vian" Ucap Airin lirih.
Membuat Adrian langsung terkejut, Vian? Ada apa dengan anak itu, apakah ia baik baik saja, meskipun Adrian masih sulit memaafkan Vian ia sudah sedikit mencoba memaafkannya namun Adrian tak tahu kapan ia mau memaafkan Vian, terlalu berat untuk memandang wajah Vian, terlalu banyak kesakitan saat ia memandang wajah itu.
"Kenapa lagi dengan anak itu? Tawuran lagi atau buat onar di sekolah"Ujar Adrian menampak ekspresi tak suka, walau dalam hatinya was was, meskipun ia benci Vian tapi ia juga seorang Ayah.
"Mas berhenti membenci dia, aku mohon" Ucap Airin mulai menangis terisak, ia benar benar bingung dengan jalan pikiran suaminya ini, jelas jelas bukan Vian yang salah mengapa ia masih membenci anak itu.
"Aku sudah bilang aku butuh waktu untuk memaafkan anak itu, sudah berapa kali aku bilang jangan memaksaku Airin" Kini Adrian mulai tersulut emosi entah mengapa saat membicarakan Vian ia begitu ingin marah namun dalam lubuk hatiku ia masih ada sedikit rasa sayang untuk Vian.
"Sampai kapan? Sampai Vian pergi jauh, pergi meninggalkan kita seperti Bian, baru mas mau maafin Vian iya" Kini Airin juga mulai tersulut emosi ia benar benar kesal dengan sikap suaminya yang keras kepala dan hatinya seakan sudah mengeras, "apa itu yang mas mau katakan, kalau iya bunuh saja Vian selesai kan, daripada ia harus tersiksa setiap hari kenapa mas gak bunuh sekalian daripada membunuhnya secara perlahan dengan cara menyakiti batin maupun fisikny" nafas Airin mulai terengah engah ia sudah benar benar emosi dengan sikap suaminya.
"Sudahlah ini rumah sakit aku tak mau bertengkar denganmu" Ucap Adrian beranjak meninggalkan ruang rawat Vano.
Airin hanya menghela nafas kala sang suami sudah mulai berjalan keluar dan menghilang dibalik pintu, kapan suaminya itu membuka hati untuk memaafkan Vian, Airin takut Adrian akan menyesal dikemudian hari.
"Bun" Ucap seseorang dengan lembut.
Airin pun langsung reflek menoleh pada Vano yang sudah bangun, Vano mendengar pertengkaraannya dengan Adrian.
"Mau makan" Tanya Airin namun dibalas dengan gelengan oleh Vano.
"Kapan Ayah mau maafin Vian" Ucap Vano lirih ia lelah dengan sikap ayahnya yang tak mau memaafkan adiknya itu.
"Bunda juga gak tau nak, Vano makan ya, buar cepet sembuh" Ucap Airin lirih sambil menyodorkan sendok yang berisi bubur, mau tak mau Vano langsung melahap bubur itu walau lidahnya begitu pahit.
"Bun aku kangen sama Vian"
Airin meneguk ludahnya keluh ia tak tahu harus bagaimana, ia benar benar hancur dua anaknya terbaring dirumah sakit dan tadi mendapat pernyataan dokter tentang penyakit Vian yang membuat dunia runtuh, dan sekarang ia harus mendengar perkataan Vano yang begitu ingin bertemu dengan sang adik, Airin bingung harus bagaimana.
" Nanti kalau Vano sudah sembuh kita ketemu Vian ya, sekarang habisin makanannya terus minum obat, biar Vano cepet ketemu sama Vian"
Mendengar ucapan sang bunda Vano langsung lahap menghabiskan setiap sendokan yang diberikan bundanya, i ingin bertemu dengan Vian dengan segera, Ia sudah rindu dengan wajah adiknya itu.
"Minum obatnya terus istirahat" Airin menyodorkan pil putih ke Vano dan Vano langsung menelannya dengan bantuan air putih.
Airin membenarkan selimut Vano, Vano akhirnya sudah mulai terlelap, Airin mulai memikirkan sikap Adrian lagi ia harus melakukan apa lagi agar suaminya mau memaafkan Vian,Airin harud bagaimana lagi.
"Anda kamu tahu yang sebenarnya mas, aku ingin mengatakan kenyataanya namun kamu mendengar namanya saja langsung marah, aku harus bagaimana lagi agar kamu mau memaafkan Vian" batin Airin memikirkan keadaan Vian yang sedang sekarat.
Long time no see🎉😋
Maafin author ya sempat menghilang😖😖karena ada kendala sama Hp aku jadi aku baru bisa up saat ini dan maaf kalau up ini sedikit partnya.
Mulai sekarang author bakal berusaha buat up cepat ya tapi gak janji karena ya kalian tau lah tugas banyak sekaliii.
Vote dan komen ya author rindu komen kalian tau😭
Follow akun wattpad author🙏🏻
City, 10 agustus 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIANO [PROSES REVISI]
Teen FictionTidak semua kasih sayang akan selalu berpihak pada kita, kadang ada masa dimana semua kasih sayang hilang dengan begitu saja. ALVIANO BARA ADRIAN laki laki dengan sejuta luka, luka yang selalu menemaninya, cacian yang selalu ia terima setiap hari, a...