Bab 1

1.7K 66 0
                                    

    sekolah SMU dengan seragam putih abu-abunya, menyuguhkan cerita segar agar menjadi kenangan terindah. Setidaknya itu adalah motto hidupku, semua terasa sempurna sebelum akhirnya Cika pindah ke sekolah yang sama denganku. Menambah daftar list orang yang membenci keberadaanku.

    Cika sepupuku.

    "siram dari atas!" Teriakan itu membuatku sesak nafas. Asma ku kambuh, dan aku basah kuyub karena guyuran air dari atas toilet wanita. Aku kenal betul suara siapa itu. Itu suara Cika dan teman-temannya.

    "TO-long!" Ucapku berkali-kali menggedor pintu. Sekolah sudah mulai sepi dan aku yakin pak Parjo pasti sudah pulang mengantar Cika ke rumah. Dan kemudian tinggallah aku yang entah kapan dan entah siapa yang akan menyadari keberadaanku.

    rasanya sakit ketika kita tidak dianggap, ketika tak ada yang menyadari jika kita menghilang. Pasalnya mereka mengerjai kU bukan tanpa alasan, karena aku mengejar-ngejar pria yang disukai Cika. Aku tak ingin berkompetisi dengan sepupuku sendiri, tapi apa daya, rasia seram yang populer itu tak bisa kU bendung. Menyukai saja tak apa kan?. Menurutku tak apa, menurut Cika aku adalah sebuah ancaman, dan ketika ia mengakui perasaannya pada Rahwana dan kemudian ditolak, aku adalah pelampiasannya.

Padahal aku sendiri juga ditolak. Hanya saja aku dan Cika berbeda, bagi Cika penolakan itu artinya jika ia tak dapat memiliki maka aku pun tidak.

dan aku? Aku menempel Pada Rahwana, tak perduli pada tatapan tajamnya, ucapan pedasnya, kata murahan yang ia lekatkan padaku. Aku tak perduli. Aku hanya ingin Rahwana. jika dia tak suka padaku, maka aku yang akan menyukainya. Aku memang keras kepala jika sudah menyangkut perasaan.

    "TO-long" ucapku putus asa, kemudian yang terjadi adalah aku berulang kali menghirup obat asma yang sisa sedikit sambil menangis. Dan tangisan itu berbuah baik.

    pintu kamar mandi di dobrak dan membuatku jatuh ke belakang tersentak kaget., dan mata seorang Rahwana menatapku begitu tajam. Rahwana pria yang kujadikan sebagai sasaran berlabuhnya cintaku. Yang rahasianya kupegang erat. Yah, pria petarung tinju jalanan.

    "kamu gak apa-apa?" Rahwana Merangkulku, ucapannya tentang tak perduli padaku tak terbukti benar. Ucapannya berbanding terbalik dengan perlakuannya sekarang.

    "enggak kak. Tapi Aku takut" dan kemudian tubuhku menjadi lemas, yang bisa kulakukan hanyalah menyadarkan seluruh tubuh pada Rahwana.

    keesokan harinya. Rahwana masuk ke kelasku, mendobrak pintu hingga aku sendiri terkejut. Melihat kedua mata Rahwana yang tampak marah.

    "Shin! Dia ngamuk" kak Radit menyenggolku, kak Radit salah satu sahabat Rahwana dan juga sepupu jauh kU.

    "kenapa?" Bisik ku pada Radit.

    "kemarin gara-gara lo kekunci di kamar mandi, tuh anak kelas sebelah udah habis dibuatnya sampai ngaku, sadis amat si Cika, gue malu nagaku in dia sepupu sumpah!"

    "udah lah kak." Ucapku pada Radit aku tak perduli pada Cika, aku hanya tak ingin Rahwana mendapat masalah karena ini tahun terakhirnya.

    dia harus lulus dengan nilai sempurna.

    "jangan ke gue bilangnya, itu ke Soulmate lo!" Ucap Radit menunjuk Rahwana yang menghampiri Cika di tempat duduknya.

JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang