beberapa kali aku mengerjapkan mataku, rasanya seperti mimpi, melihat Rahwana yang kini bertelanjang dada memelukku erat. Namun syukurlah karena aku masih berpakaian lengkap. Aku mencoba untuk bergoyang begitu pelan agar tak membangunkan pria itu. Namun hasilkan nihil. Pelukan itu semakin erat.
"selamat pagi" ucapan itu mengagetkan kU, sekian lama baru kali ini wajah itu begitu dekat denganku.
"kamu gak tidur mas? Matamu kok hitam gitu?" Aku memegang kantung mata yang kini tampak benar-benar menghitam.
"gak mudah tidur disamping kamu sambil bahan diri semalaman" kalimat ambigu yang entah mengapa membuat jantungku berdegup dengan kencang. Seketika bayangan Natalie hilang.
"tapi gimana kalau Natalie-?"
"gak ada Natalie untuk sekarang. Yang ada kita. Mengerti?" Ucapan itu membuatku mengangguk patuh.
"tapi mas, ini salah."
"ini tidak salah. Dengarkan aku, cinta kita tidak salah dari awal kita tidak sedarah."
"Tapi Bunda?" Aku mengintai tentang wanita yang sudah mencintaiku itu. Membuatku menggigit bibir dengan gemas ketika kata Bunda membuat Rahwana diam dan menunduk.
"berarti kamu masih belum siap Shin, tapi aku akan menunggu , apa kamu sudah siap atau tidak."
"siap untuk apa? Menunggu siapa?"
"untuk kita" jawaban itu begitu cepat dan spontan , membuatku linglung dan kemudian mencoba untuk berpikir lebih jernih lagi.
"Kamu sudah tunangan Mas."
"tapi aku tidak mencintai Natalie. Sekarang ganti baju, kita akan sarapan di bawah, dan aku harus membeli beberapa baju. Untuk sementara kita akan stay di Bali hingga urusanku disini selesai."
dan pintu pun tertutup, ada sekelebat emosi yang tak dapat ku mengerti menghiasi wajah Rahwana. Namun entah mengapa emosi itu membuatk tersenyum cerah.
aku memutuskan untuk mandi dan mengganti baju kemudian tak berapa lama Rahwana masuk dengan kaos yang sudah berganti.
"beli baju mas?"
"iya, tapi sepertinya aku harus beli celana juga. Ada pertemuan penting soalnya."
"aku temani ya?" Aku mencoba untuk tersenyum, melupakan tentang Natalie melupakan tentang BUnda. Melupakan tenang masa lalu, melupakan tentang hari esok. Yang ada hari ini ada Rahwana disini.
"wajib, karena kamu kita ada disini sekarang." Aku menyipitkan mata, siapa yang meminta dia untuk menyusul ku kesini? Dasar aneh. Aku duduk mencoba mencari sepatu kets yang entah kuletakkan dimana, namun Rahwana datang dari Balik pintu dan memasangkannya ke kakiku, tak hanya itu ia juga mengikat tali sepatuku. Membuatku seperti seorang anak kecil. Aku membelai rambut lebatnya.
astaga sudah berapa lama kami tak sedekat ini. Rasa enggan kU melepas jemariku dari tangannya membuat Rahwana a mendongak ke arahku, melihat aku yang tersenyum cerah. Kedua sudut bibirku tertarik dan kemudian dia menarik lembut jemariku, jemari kami saling bertaut dan kami turun ke bawah.
aku masih menebak-nembak urusan apa gerangan ia ke tempat ini. Tempat dimana aku dan Bunda lahir. Asal usul ku yang sebenarnya,d arah Bali mengalir deras di urat nadiku.
"tunggu aku disini Shinta, dan stop untuk bilang kalau kamu tidak mau lagi menunggu, kalau tidak kamu akan berakhir di atas ranjang tanpa busana denganku, dan aku tidak main-main, ini ancaman."
sepertinya ancaman yang menyenangkan, tapi aku tahu jika itu terjadi maka semua akan selesai. Semua akan berantakan, dan Bunda akan jatuh pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji
RomanceKenapa Bahagia selalu datang dengan syarat-syarat yang tak pernah diketahui manusia. Hanya ingin Bahagia saja sangat susah untukku? Lidahku kelu, melihat pria yang kucintai. Pria yang kuberikan segalanya sepenuh hati adalah kakak tiriku. Mengapa ji...