Bab 19 sebelum akhir

435 39 0
                                    

    Aku tahu tentang petaka yang dibisikkan Bulan padaku ketika malam-malam tenang datang bertubi-tubi, ketika malam-malam aku diserang oleh cinta dengan bisa yang menyengat. Yang membuatku terlena dan tak ingin sadar. Walau sebenarnya aku tahu betapa bahagia nya semu, namun aku ingin minta lagi, bertahan lebih lama lagi. Hidup dalam dusta bahwa semua akan baik-baik saja satu malam lagi.

sepanjang perjalanan aku hanya bisa diam, memikirkan tentang bagaimana aku harus memulai perbincangan. Dan yah akhirnya kepalaku bisa bekerja setelah sedari tadi aku memutar kepala bagaimana caranya agar artikel Jogja selesai dan mendapat kolom terindah di majalah online dan juga di cetakan fisiknya.

    "gimana kerjaan kamu mas?" Aku tersenyum sambil melihat ke arah Rahwana yang sedang menyetir disampingku.

    "bagus." Rahwana mengangguk kemudian kembali diam. Sayangnya diam itu berlanjut hingga kami sampai di apartemen miliknya. Dan di dalam kamar miliknya lah tampak tas ku dengan isi yang sudah disetrika Dan dirapikan, tas yang dibawa Netti dari tempatnya.

    "kamu setrika baju aku?" Aku menunjuk baju dan juga pakaian dalam yang sudah tampak rapi. Karena bisa kupastikan Netti sudah menggulung semua baju-bajuku jadi bola dan memasukkannya ke dalam tas.

    "bukan, jadi disini ada bibi yang aku pekerjakan setiap hari. Kamu mau makan malam apa sayang?" Rahwana terlihat tampak baik-baik saja dengan Memanggilku dengan sebutan itu. Entah mengapa malam ini rasa ingin makan Putu kembali tersarat di benakku yang isi kepalanya hanya berisi tentang Rahwana.

aku diam melipat kaki sambil memenangkan bagaimana kelapa dan gula yang diletakkan di kue Putu akan masuk dan bersatu dalam mulut.

"kamu mau makan sesuatu?" Pertanyaan itu menyadarkan kU dimana aku sekarang. Yah aku ada di dalam dunia Rahwana.

"iya, mau makan Putu"

"aku beli sekarang?" Pria baik itu menawarkan kU makanan idaman yang awalnya tak terlalu kusuka.

"gak usah mas, kemarin juga gitu, suka sama Putu tapi pas dibeliin Koko , aku gak makan sama sekali."

Rahwana hanya tertawa. Dalam benakku aku rela membayar berapa pun juga semahal apa pun itu demi melihat Rahwanaku dengan senyumannya. Walau rasanya ada yang janggal. Sikapnya yang tenang membuatku takut.

setengah jam kemudian kue Putu terhidang di atas meja depan televisi, membuatk tersenyum sambil bertepuk tangan. Kue Putu menjadikanku anak kecil yang hanya menatapnya saja sudah membuatku kenyang.

"jadi hanya dilihat in begini aja?" Pertanyaan Rahwana kujawab dengan anggukan kepala. Ia mengelus kepalaku dan itu membuatku bahagia. Kue Putu dan Rahwanaku. Sempurna bukan?.

    "kemarin aku ketemu Natalie" ucapan itu membuat rasa mual di perutku.

    "hah? Oh. Ada perlu apa mas?"

    "katanya kamu ke apartemennya" kali ini senyum Rahwana memudar. Aku tahu ini lah kejanggalan yang baru kU sebutkan tadi. Aku hanya dapat melihat wajah Rahwana agar tidak ada yang curiga.

    tahu kah kamu Rahwanaku, aku menyukai rambut legam mu, menyukai senyumanmu dan semua Tentangmu. Aku menikmati hari-hari kita, hari-hari dimana kita yang tak punya jarak seperti ini.

    "oh"

    "apa yang kalian bicarakan?" Tanya Rahwana kembali, namun aku tidak takut,atau pun gugup.

    "apa yang dia bilang ke mas?"

    "aku mau dengar jawabanmu."

    "aku bilang kalau kamu laki-laki yang baik."

JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang