Bab 20

392 41 1
                                    

Hari itu terlalu baik untuk benar-benar jadi hari sempurna dalam hidupku.

sudah dua hari terasa tenang dan damai, Rendi sibuk dengan kerjaan dan ruangannya, sengaja karena menghindari kU, sedangkan aku sudah kembali ke dalam rumah, Bunda juga Om Rudi sudah pulang, membawa kabar jika eyang Putri sehat-sehat saja.

aku masih duduk di depan teras tanpa bicara pada Bunda. Namun akhirnya setelah sekian lama aku diam, aku tak tahan jika tak bertanya

"Bun, aku gak pernah mau dilahirkan" ucapku akhirnya.

membuat Bunda melihat ke arahku.

"itu kesalahan terbesar saya. Seharusnya dulu saya tidak melahirkanmu."

"segitu bencinya Bunda sama Shinta?"

"kamu adalah kesalahan" ucapan itu tak urung membuatku menahan tangis. Aku ingin menjerit sejadi-jadinya. Namun kU tahan diri untuk tidak berbicara apa-apa lagi.

inilah rasanya kejujuran, menyakitkan.

    "Kenapa tidak pernah makan obat akhir-akhir ini Bun? Mbok Minah lihat obat Bunda masih banyak"

"saya bukan orang gila!" Ucapnya dengan gertakan gigi. Bahkan langit pun tahu aku hanyalah sebuah alasan dari kebencian agar Bunda berhasil lolos dari rasa ketidakberdayaan melahirkan seorang pewaris yang harusnya ada.

"kamu tidak tahu siapa Rudi. Jangan pernah bermain-main dengannya"

dan kemudian aku melihat Cika di depan gerbang masuk ke dalam rumah menyapa Bunda dan melewati kU, seakan-akan aku tidak pernah ada.

Cika. Seperti nya sebuah badai masuk kembali dan mencoba memporak-porandakan kU.
###

kakiku tegap dan pasti menuju kantor Rahwana, ini seperti yang sudah seharusnya kami rencanakan. Aku dan Natalie akan bertemu di kantor Rahwana, Disitulah Natalie akan memberikanku untuk meninggalkan Rahwana. Agar pria itu tak tahu apa-apa. Dan memang dia tak perlu tahu tentang semua nya. Tentang rasa sakit, tentang meninggalkan, untuk pertama kalinya aku menjadi wanita paling jahat sedunia.

mungkin begini rasa kecewa Bunda ketika melihat ayah selingkuh. Setidaknya aku tak seburuk Bunda yang terikat pernikahan, aku dan Rahwana memang tak ada hubungan apa pun dan tak perlu penjelasan apa pun untuk menjelaskan padanya, mengapa aku berdiri mematung dan menangis tanpa perlu berteriak.

Natalie duduk di pangkuan Rahwana dan saling mencumbu. Bibir mereka saling terpaut, melihat aku yang berdiri di depan pintu menatap bagaimana panasnya ciuman yang dulu pernah mencumbuku itu. Aku yang salah, aku yang lupa diri, aku lupa dimana tempatku harusnya berdiri.

karena aku hanya sebatas Adik tiri. Dan tak mungkin jadi lebih. rasa takdir hanya sekedar menyentil kU, menyadarkan kU agar seharusnya aku jadi putri yang berbakti, bukan melacur diri seperti sekarang ini.

aku hanya butuh alasan, dan aku mendapatkan alasan itu. Rastan mencegah Rahwana untuk mengejar kU, tepat sebelum lift tertutup aku melihat bagaimana Rahwana yang tampak begitu frustasi menin ju wajah Rastan hingga pria itu terhuyung dan memilih melepaskan singa yang kelaparan.

aku mundur beberapa langkah, mencoba menetralkan nafas, mencoba untuk mengkhianati cinta. Aku tahu semua tak seperti yang kulihat, aku tahu bagaimana Natalie yang memaksakan ciuman itu, hanya saja kau tak ingin tahu, aku hanya ingin mendapatkan alasan dan kemudian pergi dengan tenang.

rasa sakitku bertubi-tubi. Aku memutuskan untuk mengambil izin dan pulang ke rumah Netti. Aku tak sanggup jika menemui Bunda, Rahwana pasti akan mengejar kU sampai rumah.

JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang