Jogja. Kota yang sangat indah. Entah mengapa aku selalu ingin menulis tentang Jogja dan juga segala isinya. Bagaimana bisa kota tua itu tak memberikan rasa asing padaku yang baru dua kali menginjakkan kaki ke tempat ini. Jogja memang hebat, Jogja ajaib. Di Jogja banyak seniman luar biasa yang selalu membuatku takjub. Seperti Dunia magis tua yang selalu hidup.
suara-suara pengamen yang tak main merdunya, para pelukis yang tak main ramahnya, bahkan aku tak perlu takut jika tersesat. Jogja tak akan menelan kU hidup-hidup. Tak seperti Jakarta yang selalu sibuk pada macet, banjir dan juga segala kenangan buruk. Apakah aku harus pindah ke Jogja?
mungkin bukan ide buruk jika aku minta pindah ke tempat ini.
sudah tiga hari aku di Jogja. Menetralkan pikiranku dan juga hatiku. Asmaku juga tak kambuh, dan liputanku pun sudah selesai tentang kerajaan Jogjakarta. Malam ini rencananya aku akan pergi ke pasar kangen Jogjakarta, membeli barang-barang kuno , mungkin saja aku bisa menemukan jimat disana agar aku selalu beruntung dalam dunia percintaan. dan mencicipi makanan jadul ala Jogja.
Walau aku asli dari Bali tapi bagiku rumah kedua kU adalah Jogja. Jadi Rindu Bali, Mungkin sehabis dari sini aku akan singgah ke Bali sebelum pulang ke Jakarta.
sementara aku bersih-bersih hanya memakai celana pendek dan juga tank top hitam aku memilih merebahkan tubuhku yang terasa ringan ke atas tempat tidur yang empuk. Tak ada kabar dari Rahwana, atau pun Rendi. Seperti nya pria itu tak memberitahukan apa pun pada Rahwana tentang tujuanku.
ketenangan itu bertahan hingga beberapa menit kemudian sampai deringan di ponselku yang kelima kali kU abaikan akhirnya kuangkat. Tertera nama Koko disana.
"halo KO? Apaan sih ganggu ampe lima kali panggilan tak terjawab. Gue lagi istirahat tau. Kirim aja Biografinya Rahwana biar gue edit dulu."
namun Bukan suara Koko yang kudengar melainkan suara yang tak asing dan tak lain adalah Rahwana.
"Kamu dimana Shinta?" Suara itu memporak-porandakan ketenanganku. Lagi jantungku bekerja lebih cepat dari biasanya.
"Kak- ken.. kenapa?"
"Kamu dimana?" Pertanyaan itu diulang sekali lagi dengan nada yang menyeramkan. Tersirat seperti ancaman.
"kerja, ada dinas di luar kota."
"Kota apa?"
aku menarik nafas frustasi sambil mondar-mandir di dalam kamar.
"mana Koko kak? Aku mau bicara."
"sayangnya dia tidak bisa bicara sekarang" ucapan itu membuatku semakin takut, aku paham benar seperti apa Rahwana, dulu aku berhasil menjinakkan pria itu, menumbuhkan rasa kepedulian, kasih sayang yang dulunya tak ada. Setelah dia menjadi sempurna ia langsung meninggalkanku jauh di belakangnya. Sungguh luar biasa.
"kakak apain Koko kak? Jangan diapa-apain kak. Koko gak salah apa-apa."
"jadi siapa yang salah?" Tanya Rahwana mencoba mengusik ketenanganku. Astaga apa yang harus kulakukan. Dan kemudian aku mulai berpikir untuk mengetes takdir pada seberapa ajaibnya cinta.
"aku yang salah. Kakak mau tahu dimana aku sekarang?" Aku menelan ludah. Menahan nafas sambil menghawatirkan Koko.
"benar sekali."
"aku di Jogja. Sedang meliput berita, malam ini rencana nya aku akan ke pasar Kangen puas?" Tanyaku dengan membentak.
"tunggu saya disana-" ucapan Rahwana cepat-cepat kupotong. " aku tidak akan pernah lagi menunggumu Rahwana. Tidak akan pernah!" Dan telepon kU tutup. Jantungku berdetak lebih cepat. Begitu juga dengan rasa yakin kU. Entah ucapanku seperti bom yang akan meledakkan Rahwana aku tak perduli lagi. Karena sekarang aku tidak bisa lagi menahan rasa amarah ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji
RomanceKenapa Bahagia selalu datang dengan syarat-syarat yang tak pernah diketahui manusia. Hanya ingin Bahagia saja sangat susah untukku? Lidahku kelu, melihat pria yang kucintai. Pria yang kuberikan segalanya sepenuh hati adalah kakak tiriku. Mengapa ji...