Prolog

1.4K 116 6
                                    

21 Februari 2043

Bruumm

Sreet

Sebuah motor sport dikemudikan dengan kecepatan di atas rata-rata tanpa adanya beban sama sekali. Dia membuka kaca helm nya dan merasakan udara pagi yang sangat menyejukkan.

Daun-daun beterbangan setelah motor itu berjalan layaknya angin yang menyapunya. Meter demi meter terlampaui hingga akhirnya dia berhenti dan mematikan motornya tepat di sebuah rumah yang sudah tidak asing baginya.

"Pagi Appa!" sapanya kepada sang ayah. Belum lama ini dia memiliki seorang ayah, secara resmi.

"Dari mana saja? kenapa tidak ada di rumah semalam?"tanya sang ayah.

"Dari rumah Heeseung Hyung, kemarin aku menginap di sana," jawab sang anak dengan wajah lucunya mencoba mengalihkan emosi ayahnya.

"Yasudah masuk sana, ibumu sudah masak."

"Yeay, aku masuk dulu. Appa semangat!!" Sang anak berlari masuk ke dalam rumah sementara sang ayah berjalan menghampiri mobilnya di garasi untuk pergi ke kantor.

Pemandangan yang terlihat ketika masuk rumah adalah seseorang yang sedang menyiapkan sarapan di meja makan. Niat hati sang anak ingin jahil tapi dia urungkan saat melihat ibunya dengan susah payah menyiapkan semuanya.

"Pagi Eomma!"

"Pagi, sudah pulang?"

"Belum, aku masih tidur,"jawab sang anak.

"Ish, sini makan."

"Sip!"

Kehidupan yang sangat harmonis dan tenang, siapa sangka di balik semua itu ada seseorang yang merasa tidak suka. Dia lebih suka yang dulu daripada yang sekarang.

Seseorang dengan baju santai terduduk di depan rumahnya, menatap seseorang yang tak jauh darinya. Dengan segera dia meraih ponselnya dan mengetik beberapa digit nomor di sana. Sambungan telefon terhubung dengan cepat dia memulai pembicaraan.

"Aku mau kita bertemu." Hening sejenak mendengar jawaban dari sang lawan bicara. "Aku mau semuanya berjalan mulus dan aku mendapatkan apa yang aku mau." Senyuman terukir jelas di wajah orang itu. "Baiklah!"

Ketika rasa dalam diri memberontak antara memilih diam dan berteriak jika bisa dia akan memilih berteriak. Tapi keadaan di mana membuatnya membisu tidak bisa mengutarakan perasaannya membuatnya diam dan membiarkan perasaannya berkecamuk.

Dia menerima apa yang terjadi tapi tidak dengan pengganti yang sama sekali tidak bisa di bilang sebagai pengganti.

"Kau bukan dia, dan tidak akan pernah bisa menjadi dia."

Ingatkan dia kalau semuanya sudah berakhir dan menerima apa yang terjadi. Ya, semuanya sudah berakhir tapi tidak bagi dia, semuanya terasa berbeda.

"Tunggu saja."

~~~
Copyright ©210303

THE CALLING : DUSK TILL DAWN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang