[3] Empty Mind

456 79 28
                                    

וח Empty Mind —ו×

Sudah hampir satu malam Jungwon memikirkan ucapan yang dia dengar akhir-akhir ini. Jika saja 'dia' kembali, harusnya menampakkan diri tidak seperti ini. Yang masih menjadi pikirannya adalah, apa maksud dari perkataan yang akhir-akhir ini dia dengar?

Berhati-hati untuk apa?memangnya siapa yang akan berbuat jahat padanya? Memilih abai dengan semua hal yang mengganggunya, Jungwon berjalan menghampiri kasurnya dan berbaring telentang menatap langit-langit.

Kamar ini sangat berbeda dari kamarnya yang dulu, bisa dikatakan kamar ini lebih santai dari pada kamar Jungwon yang dulu. Karena sekarang kamar yang dia gunakan bukan miliknya, melainkan milik orang lain.

"Jungwon! Ayo turun, sudah waktunya makan malam." Seorang laki-laki berlesung pipi sama seperti Jungwon membuka pintu kamar sang anak.

"Iya Appa, aku akan menyusul."

Mendengar jawaban dari anaknya membuat sang ayah berjalan mendekati kasur, yang dia inginkan adalah anaknya turun bersamanya bukan mengabaikannya. "Ayo turun, kau ada masalah apa?"

"Tidak ada apa-apa, aku hanya... ya, biasa." Jungwon terduduk dan menatap ayahnya yang berdiri di hadapannya.

"Kau terganggu dengan teman-temanmu? Apakah mereka tidak menganggap mu?"tanya sang Ayah.

"Tentu saja tidak! Mereka baik denganku, hanya saja sebelumya aku tidak pernah berteman jadi ini sedikit aneh untukku,"jawab Jungwon.

Namjoon— ayah tiri Jungwon— duduk di samping Jungwon dan merangkul sang anak. "Tidak masalah, semua akan terbiasa seiring berjalannya waktu. Aku yakin kau pasti bisa,"ucap Namjoon berhasil membuat senyum Jungwon mekar.

"Appa, boleh aku tanya sesuatu?"

"Eum, boleh. Tanya saja!"

"Bagaimana awalnya Appa dan Jungwon bertemu? ah maksudku Appa dengan Yang Jungwon,"tanya Jungwon.

Seketika Namjoon terdiam, dia tidak bisa berkata-kata lagi. Dia tidak ingin mengingat saat-saat menyakitkan waktu itu. Melihat orang asing seperti anaknya sendiri, merawatnya dengan kasih sayang hingga— ah dia tidak sanggup.

"Appa bertemu dengannya saat Appa pertama kali pindah ke sini,"jawab Namjoon.

"Lalu?"

"Tidak ada, hanya bertemu biasa. Sudahlah, ayo turun. Nanti Eomma marah,"sergah Namjoon.

"Appa!!! Katakan! Kumohon,"ucap Jungwon memohon dengan segala melasnya.

"Appa berjanji pada Jungwon hanya Appa dan dia yang tau,"jawab Namjoon.

"Tapi aku juga Jungwon."

.
.
.

Tidak ada yang istimewa, hanya malam gelap tanpa bintang yang menghiasi langit. Tepat di bawah pantulan sinar rembulan ada seseorang yang sedang berjalan dengan wajah yang kebingungan, entahlah dia seperti baru mendapatkan sebuah bisikan gila di telinganya.

"Heeseung Hyung!!" Panggilan itu sukses membuat laki-laki yang sedang berjalan itu terhenti. Tanpa pikir panjang seseorang yang baru saja menyerukan nama itu berlari menghampiri sang laki-laki. "Sedang apa malam-malam di luar?"

THE CALLING : DUSK TILL DAWN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang