Seseorang berjalan menuju sebuah bangunan tua setelah dia lelah melihat dunia yang begitu menyibukkan baginya. Sebuah hiruk pikuk perkotaan membuatnya sangat bosan.
Dia sudah menyelesaikan semuanya, dia nampak begitu bosan melihat tanaman yang ditanam di jendela sudah mati tanpa kehidupan, sedangkan dia masih gagah berdiri tanpa ada luka. Bahkan umurnya dengan sang tumbuhan hampir sama, hanya saja sebuah perbedaan membuat mereka nampak kontras. Iya, manusia banding tumbuhan itu sangat tidak elit, sama seperti sebuah pemikiran. Dendam banding dengan merelakan, sangat kontras tapi semua orang tidak bisa membedakan.
Tahun-tahun berlalu setelah dia puas mendapatkan apa yang inginkan. Sebuah peristiwa berdarah seperti yang dia inginkan, sebuah kepuasan dendamnya. Menjadi pemecah dalam hubungan pertemanan adalah sebutan barunya, dan menggunakan cara pengkhianatan adalah senjatanya sekarang.
"Mari lihat apa yang dilakukan si bodoh itu,"gumamnya. Dia berjalan menuju jendelanya, terlihat di sana ada laki-laki yang akan bermain-main dengannya. "Bodoh yang ambisius." Tak lama laki-laki itu menghilang bersama teman-temannya untuk masuk ke cafe.
Soobin berjalan keluar, menemui seseorang yang dapat membantunya melancarkan semuanya. Dia berjalan mengendap-endap ke sebuah apartemen, dia melihat ada seseorang yang sedang duduk dengan membaca bukunya.
"Senang bertemu denganmu Kim."
Bughh
Sebuah pukulan keras membuat seseorang yang sedang bersantai tadi terkejut dan tidak sadarkan diri. Dengan begitu Soobin meraih ponsel orang itu yang ada di atas nakas.
"Halo paman, besok aku akan berkunjung ke rumahmu. Aku sangat merindukan Hoonie,"ucapnya di telepon setelah itu mematikannya.
"Terimakasih, Kim Soobin. Kau membuatku lebih mudah mengawasi mereka dari dekat."
Jam demi jam terlewati, Soobin berjalan dengan penuh keyakinan. Dia sudah tau semuanya, Kim Soobin, Kim Seokjin begitu juga dengan Kim Sunghoon. Seseorang yang akan andil dalam permainannya nanti.
"Paman aku datang,"ucap Seokjin mempersilahkan Soobin masuk.
"Masuk lah aku akan menelfon sepupu mu."
"Iya paman, terimakasih banyak."
Setelah pertemuan itu dengan keluarga Kim, Soobin menghilang. Tidak pernah kembali lagi, karena dia memiliki sesuatu yang tentunya akan sangat menyenangkan. Dia akan menjadi saksi dan penonton untuk aksi mereka kali ini, dan melihat kebodohan seorang Jungwon yang telah menyelamatkan kehidupan generasi barunya.
.
.
."Bagaimana dengan tawaranku?"
"Tapi itu nyawa."
"Lebih baik nyawanya atau nyawamu?"
"Baiklah."
"Bagus, Park. Lakukan untukku dan semua hutang-hutang mu."
Laki-laki bernama Park itu mengusap surainya kasar, bagaimana bisa dia melakukan itu? Dia tidak punya uang, bahkan semua yang ada di rumahnya tidak akan membantunya sama sekali.
Dia berjalan di sepanjang jalan dengan pikiran yang berkecamuk, dia belum pernah membunuh orang sebelumnya. Lalu apa motif orang itu menyuruhnya untuk membunuh?
"Hyung, kau sudah pulang?"tanya seseorang di depan pintu rumah.
Bukannya menjawab, dia justru menatap ke dalam. Ada sebuah helm di sana, dia harus memanfaatkannya. Dia berjalan masuk untuk meraih helm itu walaupun sang adik sudah menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CALLING : DUSK TILL DAWN [✓]
Fanfic"Bagaimana? hanya itu yang ingin aku tau." "Tidak semua layak untuk kau tau." Disaat seseorang menolak adanya sebuah perubahan, merasa nyaman akan masa lalu dan tidak mau semuanya berubah walaupun terlihat sama. Ketika semua ingatan menghilang, past...