CHAPTER 10

66 2 0
                                    

Happy reading!!!

______________

Sesuai permintaan Zeno, kini Leta dan Zeno sudah berada di salah satu restoran mewah di Jakarta.

Mereka berdua menikmati makan malam mereka dengan tenang. Zeno sengaja memesan ruang VIP agar bisa menikmati waktu berdua mereka.

Setelah beberapa menit makan, akhirnya mereka sudah selesai makan malam dan kini Leta sedang menikmati minumannya sedangkan Zeno memperhatikan leta terus menerus.

Leta malam ini terlihat cantik dengan dress malamnya yang berwarna silver dan di padukan dengan make-up di wajahnya yang tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis, namun pas di wajah leta.

Leta sadar akan Zeno yang terus memperhatikannya, maka dari itu Leta menatap kembali Zeno, sebelah alisnya terangkat.

"Kenapa?", Tanyanya.

Zeno tersenyum. "Kamu cantik malem ini," pujinya.

Leta hanya mengangguk kecil. "Makasih. Zen bisa gak, tetep panggil kayak biasanya, gue kaku kalo pake aku kamu," ujar Leta yang keberatan saat Zeno memanggilnya dengan sebutan 'kamu'

Zeno berdeham. "Kita kan udah tunangan dari dua tahun yang lalu, kita juga lagi merencanakan pernikahan, sedikit banyak seharusnya kita merubah panggilan satu sama lain," jelas Zeno dengan sabar.

Leta menghela nafasnya, memaksa pun percuma jadi ia hanya mengangguk dengan paksa.

"Sebenarnya ada yang mau aku bicarin sama kamu," ujar Zeno lagi.

Leta yang tadinya menatap minumannya, kini tatapannya sudah beralih kearah laki-laki di hadapannya ini.

"Mau bicarakan apa?" Tanya Leta.

"Tentang kita," jawabnya.

Leta menaikkan kedua alisnya. Menunggu Zeno mengatakan apa yang ingin dibicarakan.

"Katakan aja," setuju Leta.

"Leta, aku gak tau kamu sadar atau enggak, tapi selama ini aku punya rasa sama kamu, dan itu udah dari kita SMA," ujar Zeno yang membuat Leta terkejut.

"Ma-maksud Lo?" Tanya Leta tidak paham.

"Aku suka sama kamu dari dulu, dari kamu sama Dev. Enggak mungkin sebelum kamu ketemu Dev aku udah suka sama kamu, tapi aku belum sadar semua itu."

"Aku sadar aku suka kamu pada saat setiap ngeliat kedekatan kamu sama Dev rasanya sakit, awalnya aku mengelak sama perasaan ini, tapi semakin aku ngelak rasanya semakin besar juga rasa suka itu." Ujar Zeno yang menjelaskan perasaannya.

"Tapi lo yang buat gue Deket sama kak Dev pada waktu itu," ucap Leta yang masih tidak percaya.

"Ya. Karena waktu itu aku belum tau kalau aku suka sama kamu," ujar Zeno lagi.

"Tapi Zen, Lo harusnya inget sama kesepakatan kita, diantara kita berdua cuma sebatas sahabat. Dan lo setuju akan hal itu, terus kenapa sekarang lo bilang kek gini ke gue?"

"Apa jangan-jangan selama ini perhatian Lo, kasih sayang Lo, bukan hanya sekedar sahabat tapi karena Lo suka sama gue?" Cerca Leta yang membuat Zeno diam sejenak.

Zeno menghembuskan nafasnya. "Maaf Let, tapi aku gak bisa tahan perasaan ini. Aku juga minta maaf, kasih sayang aku bukan karena sahabat melainkan karena aku tertarik sama kamu,"

"Lagipula, menurut aku mustahil persahabatan antara lawan jenis kalau gak ngelibatin perasaan." Ujar Zeno yang membuat Leta mendengus kesal.

"Tapi Lo tau perasaan gue selama ini buat siapa kan?"

" Ya aku tau, tapi untuk kali ini aku bakal egois, selama ini aku udah ngalah. Dan lihat apa yang terjadi, dia gak bersama kamu selama ini. Tapi aku yang selama ini ada di samping kamu."

"Tapi Zeno, Lo tahu kalau gue gak suka sama Lo, gue minta maaf. Gue pikir Lo bisa bantu gue buat kembali sama kak Dev tapi nyatanya Lo yang ngebuat gue jauh dari dia. Demi Tuhan Zeno gue gak ada rasa sama Lo!" Bentak Leta di akhir kalimat karena emosinya sudah memuncak.

"Tapi disini aku yang berhak atas semuanya Leta! Dan aku juga gak bakal lepasin kamu gitu aja, demi Tuhan juga, aku cinta kamu," ujar Zeno yang memelan di akhir kalimatnya.

Leta hanya menggeleng tak percaya. Leta tidak melihat Zeno yang ia kenal disini, Zeno malam ini benar-benar berbeda dari yang dulu.

"Aleta Nicolla Putri, menikahlah dengan saya dan saya akan membahagian kamu," lamar Zeno kedua kalinya dengan menggenggam kedua tangan leta dengan lembut.

Leta sudah meneteskan air matanya, bukan air mata senang melainkan air mata sedih.

"Maaf Zen, harusnya lo gak gini. Perasaan gue gak pernah buat lo," tolak Leta.

"Dua tahun lalu gue nerima perjodohan ini karena memang paksaan papah, dan sekarang gue gak bisa berbuat apapun saat papah nyuruh gue buat terima rencana pernikahan ini."

"Gue pikir, lo tahu gimana kepribadian gue selama ini, gue pikir lo juga ngerasain rasa sakit yang gue rasain selama lima tahun ini. Tapi nyatanya, bahkan lo malah ngambil kesempatan dari semua ini. Jadi malam ini lo lamar gue untuk ysng sebenarnya, tapi maaf gue gak bakal pernah terima lamaran lo dan penolakan gue gak bakal pernah bisa merubah keputusan kalian. Jadi gue rasa, menolak dan menerima pun gue bakal tetep nikah sama lo,"

"Tapi satu hal yang lo tahu sebelum kita nantinya menikah, gue gak mungkin bisa jadi perempuan yang lo impikan. Gue juga gak bakal bisa jadi istri yang bakal nurut sama lo, maaf sekali lagi maaf Zen. Maafin gue," setelah mengucapkan isi hatinya, leta melepaskan genggaman tangan Zeno yang menggenggam tangannya. Lalu ia mengambil tas nya dan pergi meninggalkan Zeno yang menatap nanar punggung Leta yang mulai menghilang.

Zeno mengeraskan rahangnya. Setelah Leta pergi dan tidak terlihat lagi, dengan kekesalan yang memuncak, makanan yang ada di meja berhamburan kebawah karena zeno yang mendorongnya dengan kuat. Bahkan zeno membanting kursi yang ia duduki tadi.

Amarahnya sedang di ujung tanduk. Ia tidak dapat memgejar leta dan menenangkan cewek itu. Jika ia bertemu dengan leta mungkin ia akan menyakiti leta. Maka dari itu ia lebih baik diam disini mereda emosinya.

Zeno menjatuhkan tubuhnya kelantai. Tiba-tiba air matanya menetes tanpa diperintah. Secinta itukah dirinya kepada Sahabatnya yang sejak lama bersamanya?

Rasanya Zeno belum pernah segila ini. Beribu perempuan ysng pernah ia dekati namun rasanya tak segila ini untuk mendapatkan cinta mereka untuk dirinya. Atau mungkin ini karma karena ia dulu banyak memainkan perasaan perempuan yang tulus mencintainya tapi ia malah memainkan perasaan mereka dan meinggalkan mereka begitu saja.

Kalau memang benar, Zeno sangat menyesal.

Maafkan dirinya Tuhan, maafkan.



__________________

Next?

Jangan lupa vote dan komennya❤️

Sampai ketemu di chapter selanjutnya!!!




We Are ImmortalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang