Entah sudah keberapa kalinya Leta bolak-balik ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.
Namun ketika ia ingin memuntahkan isi perutnya malah yang ada hanya cairan bening yang keluar. Tapi entah kenapa mualnya benar-benar menyiksa.
Leta membuka pintu kamar mandi setelah selesai dengan membersihkan wajahnya. Ia menatap wajahnya di cermin. Pucat, wajah Leta terlihat pucat.
Leta berjalan keranjangnya. Duduk di tepi ranjang merasakan mual yang tidak kunjung reda.
Entah kenapa ia jadi berpikir dengan terakhir kalinya mendapatkan menstruasi. Akhirnya ia mengecek tanggalan untuk melihat kapan terakhir kali ia datang bulan.
Leta melihat tanggal yang di lingkarin di bulan sebelumnya. Lalu ia kembali mengecek di tanggal yang sama di bulan ini dan ternyata ia telat datang bulan untuk bulan ini.
Leta menaruh tanggalan tersebut. Ia membuka laci nakas yang berada dekat di samping ranjangnya. Lalu Leta mengambil isi laci tersebut, menatapnya dengan seksama lalu membalikkan benda tersebut membaca cara pemakaian benda itu.
Leta mengangguk saat mengerti dengan arahan penggunaan yang diberi tahu di kemasan benda tersebut.
Dengan harap-harap cemas Leta Kembali memasuki kamar mandi lalu ia mulai membuka bungkus benda tersebut. Dan mulai melakukan cara penggunaan benda tersebut seperti apa yang sudah di arahkan.
Dan beberapa menit kemudian hasilnya muncul. Leta rasanya ingin menangis saat itu juga.
***
Zeno baru Kemabali dari kantornya. Karena kesibukannya membuat dirinya telat untuk pulang.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Zeno berpikir Leta pasti sudah tidur. Ia juga tadi mengabarkan Leta agar lebih makan dan istirahat duluan.
Zeno membuka pintu kamarnya. Pemandangan pertama yang ia dapatkan kamarnya yang sunyi dan gelap.
Zeno menutup pintunya kemudian ia berjalan kearah saklar lampu untuk menghidupkan lampunya. Pada saat lampunya menyala Zeno melihat sebuket bunga dan juga sebuah benda kecil berbentuk panjang. Zeno tahu ini tespack.
Zeno melihat garis dua yang muncul di tespack yang ia pengang. Tiba-tiba sebuah tangan memeluknya dari belakang. Zeno langsung menunduk melihat tangan yang melingkar di tubuhnya.
Berbalik, menatap Leta yang sedang tersenyum menatap dirinya.
"I'm pregnant." Dua kata itu diucapkan oleh Leta yang membuat Zeno terdiam sebentar.
Zeno masih menatap Leta lambat laun tatapannya turun mengarah ke perut Leta yang masih datar.
Zeno menunduk hingga wajahnya pas di depan perut Leta. Mengusap pelan perut Leta. Tersenyum kala mengetahui ada calon anaknya didalamnya.
Leta mengusap pelan kepala Zeno, Zeno mendongak lalu berdiri dan memeluk Leta dengan erat. Leta membalas pelukan Zeno.
"A-aku gak tau harus bicara apa. Tapi aku seneng banget," Ujar Zeno masih dengan memeluk Leta.
Leta mengusap bahu Zeno. "Aku juga seneng banget pas aku tahu, aku hamil anak kamu."
Zeno makin memeluk Leta. Membiarkan Leta bersandar di dada bidangnya. "Besok kita kerumah sakit untuk periksa kandungan kamu."
Leta mengangguk mendengar perkataan Zeno. "Coba kamu tebak apa jenis kelamin baby kita nantinya, " Ucap Leta dengan menatap Zeno dan masih memeluk Zeno.
Zeno menatap mata Leta lalu tersenyum senang. "Pastinya jagoan, biar bisa lindungin adik-adiknya nanti, " Ujar Zeno.
Leta menunduk dan menautkan jarinya ke jari-jari Zeno. "Tapi aku mau anak perempuan yang pertama, " Ucap Leta dengan mata yang berharap.
Zeno mengelus puncak kepala Leta laku bergantian mengelus perut Leta yang masih rata.
"Sayang, apapun jenis kelaminnya nanti, itu gak masalah. Yang penting, kamu sama calon baby-nya sehat oke? " Jelas Zeno.
Leta tersenyum dan mengangguk. Lalu memeluk Zeno lebih erat lagi. Zeno pun membalas pelukan Leta dengan erat.
"Nanti kalau aku mau sesuatu harus diturutun pokoknya! " Ucap Leta tanpa bantahan.
Zeno tertawa pelan. "Always all in you, " Bisik Zeno dan mengecup bibir Leta. Leta pun tersenyum senang, dan membalas ciuman Zeno dengan singkat.
***
Leta dan Zeno baru saja keluar dari ruangan kandungan. Leta duduk di kursi tunggu yang ada disana sedangkan Zeno sedang menebus obat dan vitamin di apotek yang ada di rumah sakit tersebut.Tak lama Zeno kembali dan membawa kantong plastik kecil berwarna putih yang berisi obat dan vitamin untuk Leta.
Zeno menghampiri Leta, lalu mengelus pelan rambut Leta. "Kita pulang sekarang? " Tanya Zeno.
"Memangnya kamu gak kekantor? " Tanya Leta balik.
Zeno tersenyum. "Khusus hari ini, waktu aku buat kamu. "
Leta tersenyum bahagia. "Really? Wahh akhirnya, kamu memang pembawa keberuntungan ya, " Ujar Leta kepada bayi yang ada dalam kandungannya.
Zeno yang melihat tingkah istrinya itu, hanya menggelengkan kepalanya tak mengerti dengan sikap Leta. " Udah ayo pulang. " Ajak Zeno.
Leta mengangguk. Zeno merangkul Leta dan mereka berjalan bersamaan.
***
Hidup kita itu tidak ada yang tahu, hanya Tuhan yang tahu. Kamu berencana dan Tuhan yang menentukan.Seakan semua berubah dengan begitu drastis, tidak seperti yang di rencanakan.
Maka itu adalah takdir Tuhan paling indah untuk kamu...
We Are Immortal
____________________
Halo guyyss!!!
Mohon maaf cerita ini ke gantung dengan sangat nanggung
Karena beberapa bulan ini aku menyelesaikan tugas masa magang aku, jadinya cerita ini terhenti tanpa kejelasan
Tapi masih ada kan yg baca cerita ini?
Yok vote dan komen yaa
Thankyuuuuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Immortal
RomanceLanjutan cerita dari Will Be Together? Diharapkan untuk membaca cerita Will Be Together? Sebelumnya membaca cerita ini. __________________________ Immortal, Abadi. Lima tahun lamanya terpisah jarak, namun kini mereka berdua kembali di pertemukan...