Hai, follow dulu yuk biar author semangat nulis.
Enjoy!
---
Genangan air yang memantulkan cahaya bulan tertangkap oleh sepasang netra kecoklatan. Sekali-kali angin malam menerpa wajah si pemilik netra hingga helaian rambut bagian depannya sedikit acak-acakan. Ia duduk di kursi santai sambil menatap air kolam renang yang tenang. Ingin rasanya menenggelamkan diri dalam kolam di depannya. Bukan karena ia bosan hidup, melainkan betapa ia menyukai air. Ia merasa senang, sekaligus dapat berpikir jernih disaat bersamaan.
Sebagai penyuka film, ia mengamati bahwa betapa bermanfaatnya scene air untuk menjelaskan suasana hati sang Aktor. Ketika seseorang memiliki hal yang mengganggu pikiran seakan membakar otak dan kepala, ia akan mendinginkan kepalanya dengan guyuran air shower. Pada saat masalah terlalu pelik, menumpuk, lalu merasa tidak tahan, ia akan menenggelamkan diri dalam bathtube. Bagi mereka yang putus cinta, semua scene air sangat membantu mendramatisir suasana, menangis dibawah guyuran shower, dibawah deraian air hujan, menenggelamkan diri dalam bathtube atau kolam renang. Tidak hanya tentang kesedihan, semua fasilitas yang berhubungan dengan air tersebut, baik itu shower, bathtube, dan kolam renang, juga dijadikan media saat mengekspresikan cinta. Tak salah, air memang kebutuhan manusia. Bahkan dari adegan percobaan bunuh diri hingga bercinta, air sangat diperlukan.
Ia sangat ingin memvalidasi adegan tayangan film yang ditontonnya. Tentu bukan bagian adegan bercinta. Namun sayang, rumah sederhananya tidak menyediakan fasilitas tersebut seperti rumah yang disinggahinya kini. Hal itu terwujud saat ia pergi olimpiade ke luar kota, lalu mereka difasilitasi hotel untuk bermalam. Ia membuktikan bahwa guyuran air shower dapat sedikit menenangkannya saat ia gugup memasuki final. Setelah pembuktiannya, ia sering kali mendatangi kolam renang berbayar untuk refreshing pikiran.
Dalam lamunannya, ia mendengar derap langkah seseorang. Ia bisa menebak siapa yang menghampirinya.
"Kamu disini, Ze. Aku kira di taman belakang."
"Aku lebih suka kolam renang dari pada taman."
"Oh, ya? Kamu atlit renang?"
"Bukan, cuma suka aja."
"Oh. Terus suka apalagi?"
Zeline mengalihkan padangannya pada si pemilik pertanyaan, "Kegiatan?"
Kairo mengangguk.
"Aku suka baca, fiksi maupun non fiksi, nonton film dan video-video tentang investasi, dengarkan podcast.
Kairo tersenyum sambil mengangguk. Ia senang Zeline menceritakan hobi-hobinya.
"Film apa yang kamu suka? Genre apa?"
"Banyak. Kalau diceritakan semua nggak cukup semalaman."
Kairo kembali mengangguk.
"Kalau kamu suka apa?"
Suka kamu.
"Seperti yang sudah pernah aku ceritakan, aku suka menggambar, desain, dan musik."
"Selain gitar, bisa main musik apa?"
"Kamu tahu aku bisa main gitar?"
Zeline mengangkat bahunya lalu berucap, "Aku lihat gitar di kamar kamu."
"Oh. Selain gitar, bass, drum, dan piano."
"nge-band?"
"Iya, pernah. Tapi nggak lanjut."
"Kenapa?"
"Gak apa-apa. Karena memang cuma buat having fun aja."
"Kamu suka musik?" lanjut Kairo bertanya.
"Hmm.. Suka mendengarkan beberapa lagu yang menurutku enak didengar."
"Bukan karena liriknya?"
Zeline tersenyum. Ia mulai suka dengan pertanyaan Kairo.
"It depend on mood. Listening to the good melody, it can relax your mind. Listening to the good lyric, you get the message of the song. They both have their own functions."
Kairo mengangguk sepakat.
"So what song do you like the most? What's genre?"
"I'll tell you next time," ucap Zeline tanpa melunturkan senyuman.
Lagi-lagi Kairo merasa senang melihat Zeline berbicara santai padanya. Cukup berbeda dengan Zeline beberapa menit yang lalu saat di meja makan ketika merundingkan pernikahan mereka.
"Gimana tes seleksi beasiswa kamu kemarin lusa?"
"Lancar."
"Aku yakin kamu lulus."
"Semoga. Aku juga yakin."
"Pekan depan kamu ujian seleksi masuk universitas'kan?"
"Iya."
"Mau aku temenin?"
"Gak usah, Kai. Kamu kerja."
Kairo sudah menebak jawaban Zeline. Tes untuk seleksi beasiswa yang berlokasi di perusahaan papanya saja, Zeline enggan ditemani.
"Ze?"
"Ya?"
Kairo sedikit memperbaiki posisinya. Ia memusatkan perhatiannya pada Zeline meski debaran dadanya cukup menganggu.
"Ekhem. Ze, aku paham dengan alasan kamu gak mau adanya tunangan dan aku gak masalah dengan itu. Tapi walaupun kita gak ada tunangan, aku mau kasih kamu ini Ze."
Kairo memperlihatkan kotak kecil yang digenggamnya gemetar. Saat dibuka, dua cincin terpasang di dalamnya. Zeline melihat Kairo yang tersenyum kikuk padanya.
Kairo semakin gugup saat Zeline menyodorkan jemarinya. Ia meraih cincin yang lebih kecil lalu memasangkannya pada jari manis Zeline. Cincin mungil dengan hiasan satu permata saja, telah ia siapkan sejak pekan lalu. Ia memilih cincin yang tidak terkesan berlebihan, cocok dikenakan Zeline. Meski ia tak menampik harapan bahwa Zeline mau menerima dan menyukai pemberiannya, namun ia juga siap jika ternyata Zeline menolak. Kini cincin itu menghiasi jari lentik Zeline. Kairo beberapa saat menggenggam jari-jari itu. Kairo bahagia melihatnya.
Zeline menguraikan tangan Kairo yang terpaut dengannya. Ia meraih cincin lainnya yang masih tersemat di dalam kotak, lalu meraih jari manis Kairo dan memasangkannya. Kairo tak sempat mencerna apa yang terjadi hingga Zeline mengucapkan terima kasih lalu meninggalkannya. Seseorang telah menganggu keromantisan mereka. Panggilan dari Ibu Zeline mengakhiri saling tatap mereka yang tidak berlangsung lama.
--- To be continue ---
Judul part-nya geli banget gak sih? Hihi..
Kalian tahu ada judul lagu tahun 2000-an yang sama dengan judul part ini? kalau tahu mungkin kita seumuran. Hahaha..
Tinggalkan vote kalau kalian suka ceritanya.
Tinggalkan komen kalau ada saran, pertanyaan dan komentar.
Next part belum tahu bakal update kapan. Tergantung!
19/02/21

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE AND LOGIC
Fiksi Umum"Cinta selalu ada logika" Zeline, seorang gadis yang selalu mengedepankan logika dan rasionalitas, memiliki sejuta cita-cita yang telah ia rancang untuk masa depannya. Rencana tersebut seakan pupus ketika ibunya meminta ia melakukan suatu hal diluar...