Chapter 2

4.6K 483 19
                                    

Donghyuck tidak bisa menahan kecemasan yang merayap di dalam dirinya saat mereka berempat berjalan kembali ke apartemen yang ia tinggali bersama Renjun. Ia tidak bisa menahan perasaan familiar yang ia pikir tidak akan pernah mengunjunginya sekali lagi. Jantungnya berdebar kencang, hampir ingin melompat keluar dari dadanya, dan perutnya teremas kencang, saat kepahitan yang familiar berusaha keras untuk naik ke tenggorokannya. Yang diinginkan Donghyuck hanyalah berhenti berjalan, duduk di mana pun kakinya melangkah dan meringkuk pada dirinya sendiri. Ia tidak bisa, karena saat melakukannya, maka ia akan kembali ke tempat gelap yang sama seperti sebelumnya, tempat gelap yang membuatnya putus asa dan hancur. Ia tidak ingin kembali ke sana, tidak ketika ia mengira telah menemukan cahaya lagi.

Jadi Donghyuack terus berjalan, cukup cepat, tidak menyadari bahwa ia sudah membuat jarak dengan teman-temannya.

Pikiran Donghyuck masih dipenuhi dengan seseorang, seseorang yang berusaha keras untuk dilupakan oleh Donghyuck. Ia pikir ia sudah berhasil, ia hampir mengira berhasil. Ia sudah bertahan hidup tanpa membawa kembali pikiran dan mimpinya sejak lama. Ia baik-baik saja, sampai seseorang itu memutuskan untuk kembali lagi.

Ia tidak bisa memahami alasan mengapa orang itu, Mark Lee, harus kembali. Ia tidak bisa mengerti mengapa ia harus muncul di depan Donghyuck setelah hilang selama dua tahun. Ia tidak mengerti mengapa, mengapa sekarang, dan mengapa laki-laki itu tidak datang saat Donghyuck menangisinya dulu. Mengapa harus sekarang, saat Donghyuck telah belajar menguatkan hatinya dan berhenti menangis.

Ia hampir tidak bisa merasakan kehadiran teman-temannya di belakangnya, ia tahu ia berjalan terlalu cepat. Tetap saja, ia tidak bisa melambat, ia takut, takut bayang-bayang yang pernah ia tahu akan menyusulnya. Ia samar-samar bisa mendengar percakapan mereka, ia bisa mendengar tapi tidak bisa mengerti. Kata-kata mereka terdengar omong kosong dari kejauhan, dan bahkan jika ia ingin fokus pada apa pun yang mereka katakan, ia tidak bisa. Ia harus berjalan cepat.

Mark merindukannya, dan Donghyuck ingin tertawa getir. Bagaimana bisa ketika dirinyalah yang pergi meninggalkan Donghyuck? Bagaimana bisa ketika ia bahkan tidak membalas satu panggilan pun? Bagaimana bisa? Jawabannya karena ia bukan pihak yang tidak bisa makan atau tidur sambil bertanya-tanya apakah orang yang meninggalkannya akan kembali.

Mark tidak punya hak untuk merindukan Donghyuck-atau Haechan, dan laki-laki itu tidak punya hak untuk kembali ke kehidupannya lagi.

"Hentikan!"

Donghyuck hampir jatuh ke tanah setelah tiba-tiba berhenti berjalan terlalu cepat. Ia hampir tersandung setelah kehilangan keseimbangannya, hampir, tapi untungnya ia tidak melakukannya dan ketika ia melihat sekeliling, ia terkejut melihat bahwa ia sudah berada di depan apartemen.

Kakinya gemetar dan napasnya tersengal-sengal saat ia berbalik ke tempat asal suara itu. Itu Jeno. Ia awalnya berpikir bahwa Jeno sedang berbicara dengannya. Hanya terpikir olehnya bahwa Jeno sebenarnya, berbicara dengan dua mate-nya, ketika Donghyuck melihat mereka beberapa meter darinya.

Jeno berdiri di antara dua mate-nya, telapak tangannya menekan dada masing-masing, memisahkan mereka. Haechan tidak yakin kapan, tetapi terkadang ketika ia tersesat di dalam pikirannya sendiri untuk sekadar peduli tentang apa yang terjadi di sekitarnya, yaitu Renjun dan Jaemin bertengkar satu sama lain. Sepertinya berbeda dari semua perkelahian mereka sebelumnya, dan bahkan postur Jeno terlihat tegang saat ia berdiri di tengah. Tangan Jaemin masih mengepal di udara.

Mereka bertengkar beberapa kali di masa lalu, tetapi tidak sekali pun itu berubah menjadi sesuatu yang bersifat fisik.

Seolah-olah Donghyuck telah terbangun tiba-tiba, ditarik keluar dari dunianya sendiri. Ia mulai berlari ke arah mereka bahkan jika ia sudah lelah berjalan terlalu cepat beberapa saat yang lalu. Ia merasa bersalah karena melamun, tidak memperhatikan apa yang terjadi di sekitarnya, dan hanya memikirkan dirinya sendiri lagi. Terutama, ia merasa menyesal kepada Renjun karena tidak memperhatikannya. Donghyuck merasa gagal mengembalikan apa yang telah diberikan Renjun padanya.

[Terjemah] INKED ON MY WRIST CARVED IN MY HEART | Markchan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang