Chapter 33

1.6K 221 16
                                    

Disaranin buat baca chapter 23 dulu biar nggak bingung sama bagian awal chapter ini 😉

●●●

"Kau terlihat berbeda," komentar Jaemin sambil duduk di kursi di seberang Donghyuck. Ia memiliki senyuman indah yang mengingatkan Donghyuck pada masa-masa sekolah menengah mereka, ketika semuanya menyenangkan dan masalah terbesar yang mereka hadapi adalah ujian dan nilai, bersama dengan perkelahian kecil Renjun dan Jeno. Itu adalah hari-hari yang indah, hari-hari yang indah saat Donghyuck masih memiliki teman-temannya.

Donghyuck sedikit malu mengakuinya, tapi ia merindukan Jaemin. Ia merindukan Jaemin ketika tidak datang ke tempat pertemuan tidak resmi mereka, dan sedikit kecewa ketika memikirkan bahwa mungkin, karena Jaemin sudah mengatakan apa yang ingin ia katakan, ia tidak punya alasan untuk bertemu Donghyuck lagi. Menyedihkan, tapi Donghyuck pikir ia tidak dalam posisi untuk menuntut apa pun dari Jaemin, terutama ketika ia tidak mengatakan atau melakukan apa pun untuk meminta maaf dan menebus hal-hal yang telah ia lakukan.

Mengejutkan sekaligus menyenangkan ketika melihat Jaemin di kafetaria, mencoba menemaninya sekali lagi. Ia bahkan tidak bisa menyembunyikan senyum di wajahnya saat menyadari bahwa ia tidak akan menghabiskan istirahat makan siangnya sendirian.

Donghyuck harus mengakui bahwa rasanya semakin sepi. Pada sebagian besar waktu, Donghyuck menemukan dirinya tenggelam dalam kesendirian saat ia menunggu kelasnya berakhir, ketika ia akhirnya bisa pulang dan berbicara dengan Doyoung tentang hari mereka satu sama lain. Donghyuck akui, hal itu membuat sesuatu yang baik dalam hubungannya dengan sang sepupu, tapi ia juga masih berharap memiliki orang lain untuk menghabiskan hari-harinya yang panjang.

Seseorang seperti Renjun.

Renjun tidak bisa menghindarinya selamanya, itu sudah pasti, terutama karena mereka berada di jurusan yang sama. Jalan mereka pasti akan berpapasan. Donghyuck bertemu dengannya beberapa kali, dan beberapa kali Donghyuck mencoba mendekatinya. Beberapa kali Renjun menghindarinya. Beberapa kali, Renjun berpura-pura tidak ada.

Donghyuck akan berbohong jika ia mengatakan bahwa itu tidak membuatnya frustrasi. Ia ingin berbicara, dan ia sangat ingin melakukannya. Tapi memaksakan apa yang ia inginkan pada Renjun hanya akan menariknya kembali ke kebiasaan lama, dan Donghyuck pada saat ini sudah tahu apa yang lebih baik untuk dilakukan.

Batasan. Mereka ada di sana karena suatu alasan. Apa yang ia inginkan bukanlah satu-satunya hal yang penting di dunia ini. Kenyamanan orang lain juga perlu diperhatiman. Donghyuck sudah bertindak terlalu jauh untuk kembali ke kebiasaan lamanya.

"Jadi, ada yang terjadi saat aku pergi?" tanya Jaemin. "Sesuatu yang membuatmu merasa sedikit lebih baik?"

Donghyuck tidak akan pernah tahu bagaimana dan mengapa Jaemin bisa berbicara dengannya begitu saja tentang apa pun, seolah-olah tidak ada yang terjadi, seolah-olah mereka masih Jaemin dan Donghyuck dari masa sebelumnya.

"Mungkin," jawabnya. Bagian dalam dirinya ingin berbagi cerita tentang pertemuannya dengan Mark, tapi ia tidak tahu apakah itu pantas. Ia tidak yakin apakah Jaemin akan tertarik untuk mengetahuinya, atau apakah ia hanya mencoba untuk mengobrol.

Jaemin mengangguk. "Itu bagus. Kita semua pantas mendapatkan saat-saat kecil seperti itu."

Jaemin tersenyum. Donghyuck balas tersenyum. Ia bisa melihat bahwa ia bukan satu-satunya yang merasa sedikit lebih baik setelah situasi dan masalah yang mereka alami. Awalnya, ia merasa cemburu karena Jaemin dan Jeno dengan mudah berdamai dengan Renjun, sementara Jeno terus menghindarinya seperti wabah. Tapi sekali lagi, itu adalah hubungan mereka. Itu adalah sesuatu yang berada di luar kendali Donghyuck. Tidak ada gunanya marah pada hal itu ketika ia tidak ada sangkut pautnya dengan hubungan mereka.

[Terjemah] INKED ON MY WRIST CARVED IN MY HEART | Markchan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang