27. Sisi Lain Lavina

77 16 5
                                    


Seperti yang diminta Gio. Martin hanya memberitahukan tentang isi Kitab Suci Kerajaan Fýsi dan ramalan takdir Lavina sebagai seorang penerus Fatum Numen, yang sangat bertentangan dengan apa yang disampaikan Corajus.

Yang Lavina ketahui dari Kitab Suci yang diberikan Corajus, Fatum Numen adalah Dewi Takdir yang akan membawa malapetaka, karena perbuatan semena-menanya. Ia juga pernah mendapatkan peringatan dari Corajus. Jika Lavina menemukan Gladius Mortis, ia harus langsung melenyapkan benda tersebut, agar tidak dimiliki sang Dewi dan disalah gunakan.

Dari kedua penjelasan yang bertentangan tersebut dan dari mimpi-mimpinya tentang Fýsi. Tanpa diberitahu siapa pun, Lavina paham siapa seseorang yang sedang berhianat kepadanya dan sebangsanya. Karen itu pula, ia menggila. Ia ingin segera kembali ke Negeri Anhfi dan memberantas semua musuh.

Martin hanya menjelaskan apa yang ditanyakan Lavina. Ia juga tidak memberitahu kebenaran tentang dari mana ia mengetahui tentang Lavina dan Anhfi. Lavina hanya diberitahu, bahwa Martin bisa mengetahui semua hal tersebut, berkat buah dari obsesinya terhadap hal tak kasat mata, seperti yang orang kebanyakan ketahui. Saat menjelaskan, Martin tidak sekalipun menyinggung nama Gio dan Corajus.

Namun, Lavina tidaklah terlalu bodoh. Ia bisa menyimpulkan apa yang terjadi dan memendamnya sendiri. Ia benar-benar dibuat kecewa, apalagi Gio pun sungguh tidak ingin membantunya.

Dahi Lavina yang terluka tertutup plester. Pagi ini ia telah berpakaian rapi, siap pergi ke sekolah. Ia berniat mencari duobus-nya yang ia percayai ada di sekitarnya.

Dibandingkan perkataan Martin dan Gio. Perkataan Esca lebih Lavina percaya. Ia tidak ingin mengandalkan Gio lagi, meskipun Gio dan ayahnya tetap berusaha akan menepati janji untuk membuat mesin penjelajah antar ruang dan waktu. Martin bahkan mulai kembali merencanakan dan mencari apa saja yang dibutuhkan.

Semenjak kejadian penolakan Gio. Lavina tidak sedikit pun bersikap manis kepadanya. Ia bahkan tidak berbicara sepatah kata pun pada Gio, seperti keputusannya kali ini.

Dibandingkan harus pergi bersama seperti biasanya Lavina memilih menghubungi Mr. Jhon untuk mengirim supir untuk menjemput dan mengantarkannya ke sekolah.

Namun, sebelum berangkat perut yang lapar dan hidangan menggiurkan di meja ternyata menggoda Lavina. Perempuan bersurai silver itu lantas duduk.

"Putri Lavina, kau sudah siap berangkat ke sekolah sepagi ini?" tanya Martin begitu ramah. Ia sibuk memasak di dapur.

Lavina hanya mengangguk seraya tersenyum samar. Ia lalu mengalihkan pandangan dan tak sengaja melihat ke dalam kamar Gio yang pintunya sedang terbuka.

Dari kejauhan, Lavina bisa melihat pantulan bayangan Gio yang sedang menggunakan seragam di cermin. Lelaki berahang kokoh itu bertelanjang dada. Membuat Lavina yang sedang meminum susu lantas tersedak saat melihat simbol naga dan lotus di dada kiri Gio.

"Kau baik-baik saja, Putri Lavina?" tanya Martin seraya menghidangkan omelette telur yang baru saja dibuat.

Lavina mengangguk samar. Lalu, kembali menatap Gio yang masih bersiap selama beberapa saat, sebelum kemudian bergeming seraya meneguk semua susu sampai habis.

Selama sarapan bersama Martin, tak sekalipun Lavina menatap ke arahnya ataupun berkata satu kata pun. Ia hanya tetap diam dan hal itu membuat Martin cukup cemas, khawatir Lavina terlalu memikirkan nasib negerinya.

"Putri Lavina?" tanya Martin.

Perempuan bersurai silver itu lantas menatapnya. Bersamaan dengan datangnya Gio yang kemudian ikut duduk dan sarapan bersama. Gio duduk berhadapan dengan Lavina.

PRINCESS LAVINA & THE FIRST HUMAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang