Berulang kali Gio berujar pada remot televisi dengan kendali sistem suara tersebut. Tak ada satu pun acara yang berhasil mengalihkan perhatiannya. Di dalam otaknya, ia hanya terus berpikir, bagaimana cara agar Lavina cepat pergi dari rumahnya.
Bibir cukup padat berisinya bahkan sudah nampak kemerahan. Gio terus menggigitinya, kebiasaan di saat ia sedang sangat kebingungan. Bayangan cincin di jari Lavina cukup mengusik dirinya.
"Gio." Suara lembut nan cukup lirih itu langsung membuat Gio menatap Lavina yang kini berdiri di samping sofa tempatnya duduk.
Lelaki bernama lengkap Gio Andrea Bastian itu nampak tertegun. Melihat Lavina memakai hoodie dan celana training miliknya, dengan rambut yang diikat. Nampak sangat mempesona, apalagi leher jenjang nan mulus Lavina pun begitu terekspos. Membuat Gio langsung gugup dan mengalihkan pandangan seraya berdehem canggung.
"Lavi ...." Lavina langsung menatap Gio dengan tatapan cukup aneh. Saat lelaki bermata tajam itu memanggilnya seperti itu. "Gerai rambutmu!"
"Apa?" Lavina melongok seraya memiringkan kepalanya ke hadapan Gio, dikarenakan ia tak mendengarnya dengan cukup jelas.
Wajah oval bernetra ungu itu begitu menyesakkan pernapasan Gio. Secuil jarak yang menyekat keduanya, rasanya tidak sedikit pun meredakan wajah Gio yang mulai memanas. Terutama, posisi Lavina saat ini pun sungguh membuat leher dengan kalung berliontin kristal giok hijau itu semakin jelas.
Merasa hampir gila. Tanpa aba-aba, Gio langsung berdiri dan menarik ikat rambut Lavina. Membuat leher itu kembali tertutup rambut.
Lavina bahkan langsung dibuat ternganga seketika. Sebelum, kemudian menatap tajam lelaki berambut hitam legam itu, karena telah lancang menarik rambutnya. Sesuatu yang paling dibanggakan perempuan bangsa Fýsi di Negeri Anhfi.
"Apa yang--"
"A-apa wujud semua bangsa Fýsi itu sama sepertimu?" tanya Gio dengan tergagap. Nampak tak nyaman. Ia bahkan mengusap punggung lehernya.
Lavina terdiam sesaat, nampak berpikir. "Kurasa, tidak juga. Karena ... selain aku, semua bangsa Fýsi itu berbola mata berwarna hijau dengan ujung telinga yang cukup runcing dan panjang."
Gio mengangguk-angguk. Lalu, tak sengaja kembali melirik cincin di jari manis Lavina. "Apa boleh aku menanyakan sesuatu lagi?"
Lavina menganggukkan kepala. Gio berharap pikirannya benar, karena jika memang seperti itu. Maka ia bisa mengusir Lavina dari apartemennya.
"Apa kau sudah bertunangan? Atau ... menikah, mungkin?" tanya Gio dengan penuh harap.
"Bertunangan? Menikah?" tanya Lavina sembari menahan tawa. Sementara Gio hanya diam memperhatikan.
"Asal kau tahu. Maksudku datang ke bumi ini adalah untuk mencari duobus-ku. Pasanganku. Karenanya, cincin ini melingkar di jariku. Cincin ini diberikan oleh pamanku sebelum aku pergi meninggalkan Negeri Anhfi. Dia bilang, cincin ini berfungsi agar aku bisa beradaptasi di lingkungan manusia bumi dan bertahan lebih lama di sini. Secara, aku tidak tahu siapa duobus-ku yang sebenarnya," ungkap Lavina sembari tersenyum cukup miris.
"Duobus? Pasangan?" ucap Gio sembari mengerutkan dahi, merasa aneh.
"Iya. Karena aku berbeda, takdir pasanganku pun berbeda. Karenanya, aku memiliki pelindung," jawab Lavina sembari tersenyum kecil. Gio lantas menghela napas, harapannya pupus seketika.
Dalam Kitab Suci Kerajaan Fýsi. Lavina adalah satu-satunya keturunan yang berbeda dari tujuh turun temurun leluhurnya. Ia tidak dianugerahi kekuatan seperti keturunan Kerajaan Fýsi lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCESS LAVINA & THE FIRST HUMAN (COMPLETED)
De TodoBermaksud melenyapkan diri Gio malah harus berakhir diikuti seorang perempuan yang mengaku berasal dari dunia lain yang tidak masuk di akal. Terjebak satu atap bersama seorang putri raja yang beralibi sedang mencari takdirnya. Melewati hari-hari tak...