6. Paman Raja

128 29 0
                                    


"Terima kasih atas bantuannya! Sampai jumpa lagi, Paman Raja!" Lavina melambaikan tangan seraya tersenyum lebar kepada seorang pria paru baya yang baru saja balas melambai kepadanya dari dalam mobil. Sebelum, kemudian berlalu pergi meninggalkannya di depan area parkir gedung apartemen yang Gio huni.

Perempuan berambut silver yang masih mengenakan hoodie dan training milik Gio itu begitu terlihat sangat senang. Ia kemudian kembali melangkah, hendak memasuki area apartmen. Namun, kehadiran Gio dan ketiga temannya yang baru saja turun dari kendaraan sukses menghentikan niatan Lavina.

"Astaga!" Lavina lantas langsung berjongkok dan bersembunyi di balik salah satu mobil yang terparkir.

"Demi semesta! Gio sudah pulang! Bagaimana ini? Bagaimana jika rumahnya masih berantakan?!" Lavina bermonolog seraya mengacak rambutnya dengan frustrasi.

"Aish! Aku harus segera masuk ke dalam rumahnya, sebelum dia yang masuk terlebih dulu!" ucap Lavina sembari kembali mengintip Gio yang mulai memasuki lobi apartmen bersama teman-temannya.

Netra Lavina kemudian melirik ke segala arah. Mencari jalan lain yang bisa membuatnya sampai terlebih dulu daripada Gio. Sampai, seulas senyuman kemudian terukir di bibir ranum tersebut. Lavina menemukan sebuah tangga yang baru saja selesai dipakai petugas renovasi apartemen dan tangga itu masih bersandar pada dinding. Tepat mengarah masuk pada salah satu jendela apartemen yang terbuka.

"Aku sedang beruntung," ujar Lavina kemudian segera berdiri dan berlari menuju arah tangga berada.

Suasana di luar nampak sepi. Tidak ada satu pun orang yang menyaksikan saat Lavina menaiki tangga. Ia sukses masuk ke dalam apartmen seseorang yang ia kira apartemen milik Gio.

"Aish, apa ini benar rumah Gio?" heran Lavina. Tepat saat dirinya masuk lewat jendela dan bertengger di atas kusen jendela seraya menatap seluruh isi apartemen yang nampak berbeda.

Namun, kepolosan Lavina tidak membuatnya merasa jika itu bukanlah apartemen milik Gio. "Paman raja pasti menyuruh orang-orangnya merapihkan keadaan di sini, karenanya semuanya terasa berbeda." Lavina nampak serius seraya mengangguk-angguk yakin. "Iya, pasti seperti itu."

Tidak berselang lama Lavina turun dari atas kusen jendela. Aroma makanan yang begitu menggugah rasa lapar dan rasa penasarannya tercium. Sesuatu yang nampak menggiurkan, sampai membuat perutnya kembali keroncongan.

"Demi semesta! Aromanya enak sekali!" Lavina menarik napas agar aroma tersebut terhirup lebih dalam. Matanya bahkan terpejam. Sementara hidungnya terus berusaha mengendus aroma makanan tersebut, sehingga dengan reflek kakinya pun melangkah mengikuti dari mana sumber aroma makanan itu berasal.

***

"Aku sudah sangat penasaran. Bagaimana rupa wajah perempuan aneh itu?" tutur Billy seraya berjalan di samping Gio. Sedangkan Lay dan Albert berjalan di belakangnya.

"Aku harap, kalian atau aku tidak akan melihatnya, karena aku berharap perempuan aneh itu sudah pergi dari apartemenku," ucap Gio. Ia nampak terlihat begitu jengkel.

"Aish, lalu mengapa kau mengajak kami untuk melihatnya, jika kau berharap ia pergi dan kami tidak melihatnya? Membingungkan sekali!" timpal Lay dengan kerutan keheranan yang nampak terlihat jelas di dahinya. Gio hanya menatap sekilas. Sebelum, akhirnya ia dan ketiga temannya sampai di depan pintu aprtemen yang sengaja tidak Gio kunci agar Lavina bisa pergi.

Seisi apartemen nampak rapi dan bersih. Tidak kotor dan berantakan seperti tadi pagi. Gio sungguh dibuat tertegun tak percaya. Ia bahkan langsung pergi ke dapur, hendak memeriksa isi kulkas miliknya. Namun, langkah kakinya kemudian kembali terhenti, karena sangat terkejut dengan makanan yang telah terhidang rapi di atas meja makan.

PRINCESS LAVINA & THE FIRST HUMAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang