2. Si Aneh dan Si Ketus

273 44 2
                                    

Di dalam lift. Perhatian orang-orang tak terlepas dari seorang perempuan berpenampilan bak putri sebuah kerajaan dan seorang lelaki yang perempuan itu peluk erat-erat lengannya. Mereka tampak heran sekaligus aneh, apalagi tatapan Lavina pun begitu tidak bersahabat, membuat Gio risih dan malu.

Perempuan bernetra ungu itu merasa ketakutan dan terkejut dengan sensasi yang ia rasakan saat menaiki lift. Bahkan, ia merasa terancam. Karenanya ia memeluk Gio sekencang mungkin, tanpa memperdulikan tanggapan orang-orang asing di sekitar-yang ia rasa mengancam nyawanya.

Gio tampak pasrah. Ia tak tahu harus melakukan apa lagi agar Lavina enyah darinya. Ia telah melakukan segala cara yang ia bisa. Dari mulai mengirim Lavina ke kantor polisi sebagai orang hilang, tetapi itu tidak berhasil. Polisi malah menyarankan Gio membawa Lavina ke rumah sakit jiwa, tempat yang paling Gio tak ingin bahas, apalagi ia datangi.

Lalu, karena polisi menolak Gio pun membawa Lavina ke panti sosial. Akan tetapi, itu pun tidak berhasil. Saat Gio mengelabuinya untuk pergi Lavina menangis deras. Bahkan, tak berselang lama Gio mengganti pakaian, pihak panti sosial langsung menelponnya, agar membawa kembali Lavina dikarenakan telah  membawa bencana. Saat Lavina berada di sana dan menangis sepanjang waktu, hujan turun deras—yang kemudian membuat banjir terjadi.

Akhirnya, dengan terpaksa, Gio pun membawa Lavina ke kediamannya. Apartemen nomor 149-lantai 22 di tengah Kota Kairos. Gedung apartemen setinggi 30 puluh lantai.

"Wah, tempat tinggal para manusia di bumi sangat aneh," ucap Lavina, seusai keluar dari lift ia berjalan di lorong menuju apartemen milik ayah Gio yang diberikan kepadanya.

Lengan Gio kemudian menepis kasar tangan Lavina yang masih berpegangan padanya. Membuat putri dengan rambut panjang bergelombang itu menatap heran Gio, tetapi sembari masih mengekorinya.

Gio terpaksa membawa Lavina bersamanya. Rasanya, ia tidak tega harus membiarkan gadis yang ia anggap aneh itu berkeliaran di kota metropolitan seluas Kota Kairos sendirian. Setidaknya, ia masih berharap akan ada seseorang yang mencari perempuan cantik itu.

"Tuhan, tolong datangkan siapa saja agar perempuan ini segera enyah dari hadapanku!" gerutu Gio sembari terus berjalan di depan Lavina. Namun, langkah Gio kemudian terhenti. Membuat Lavina berhenti mendadak dan menabrak punggung Gio.

"Hei, mengapa kita berhenti berjalan?" tanya Lavina seraya menatap wajah Gio dari samping belakang. Memperlihatkan lirikan tajam dari lelaki berahang kokoh tersebut.

Tak ada sahutan. Gio sibuk membuka kunci pintu apartemen seraya memikirkan bagaimana cara agar Lavina tidak ingin tinggal bersamanya. Sampai, terlintaslah sebuah ide di kepala Gio. Ide yang cukup buruk.

Selesai membuka kunci apartemen. Gio langsung menarik tangan Lavina-yang membuat Lavina kembali kagum juga keheranan dengan isi apartemen Gio yang sangat luas dan bergaya. Akan tetapi, tidak lebih luas dari istana yang dihuninya.

"Astaga! Apakah ini tempat tinggalmu?" tanya Lavina sembari menatap ke seluruh ruangan. "Berbeda sekali dengan tempat tinggal yang ada di Negeri Anhfi."

Gio geram bukan main, gadis di hadapannya terus saja membicarakan hal yang tak pernah ingin ia dengar. Suatu hal yang berada di luar jangkauan pikiran manusia biasa. Ia kemudian langsung menarik lengan Lavina dan menyeretnya hingga terbaring di atas sofa dan langsung menindihnya, sembari menatap tajam kedua netra ungu gadis tersebut.

Lavina cukup bingung dengan apa yang dilakukan Gio. Namun, ia tetap balas menatap mata hitam legam tersebut. Membuat Lavina seolah-olah terhanyut dengan tatapan tajam tersebut. Bahkan, sampai tak menyadari, jika wajah Gio sudah persis berada sangat dekat di depan wajahnya.

"Kau sedang apa?" tanya putri dari Kerajaan Fýsi tersebut, tepat saat napas Gio berhembus hangat di wajahnya. Tak terlihat ada sedikit pun ketakutan di mata Lavina.

PRINCESS LAVINA & THE FIRST HUMAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang