17. Pretty Savage

94 17 0
                                    


"Nyonya, hampir semua informasi yang dia berikan itu palsu."

Mengetahui data yang diberikan Lavina tidak terbukti ke konkritannya Adelia lantas begitu geram. Ia berusaha menahan amarah.

"Baiklah. Sekarang, awasi dia. Cari tahu siapa dia sebenarnya!" titah Adelia kemudian mengakhiri panggilan.

Adelia masih penasaran tentang siapa diri Lavina sebenarnya. Terutama, karena Lavina sampai bisa tinggal bersama putranya, juga membuat kepala sekolah UIHS tunduk pada setiap perkataannya.

***

Pagi hari, lorong sekolah dan aula tampak begitu sepi. Semua murid telah memasuki kelas masing-masing. Sedangkan Gio dan Lavina masih berlarian karena datang terlambat.

Mereka datang terlambat akibat ulah Lavina yang kekeh ingin membawakan buket bunga mawar merah muda untuk Mr. Mark. Kebetulan hari ini Mr. Mark ada jadwal mengajar pagi-pagi sekali di kelas 3-1.

Sebelum berangkat, Gio dan Lavina terus berdebat. Gio tidak ingin mengantar Lavina membeli bunga. Hal itu membuat Lavina hampir menangis, sebelum akhirnya Gio pun pasrah memenuhi permintaan Lavina. Karena ia tidak ingin saat datang ke sekolah ia dan Lavina tiba dengan keadaan basah kuyup.

"Hari ini kita akan membahas—"

"Permisi! Maaf kami datang terlambat!" pungkas Gio dengan napas terengah-engah. Ia dan Lavina berdiri di ambang pintu dengan keadaan membungkuk karena lelah, mengalihkan perhatian Mr. Mark dan semua murid di kelas.

Mr. Mark memperhatikan Lavina yang masih membungkuk dan di tangannya memegang sebuket bunga mawar merah muda. Melihat tatapan Mr. Mark kepada Lavina, Gio bergegas berdiri tegap.

"Demi semesta, berlari seperti itu sangatlah melelahkan!" Keluhan Lavina terdengar semua orang. Kemudian, ia pun kembali berdiri tegap dan menatap semua orang. "Apa kalian memiliki air? Aku haus."

Gio terbelalak dan langsung  menendang kaki Lavina, membuat sang empu meringis kesakitan dan hampir mengumpat. Namun, tidak terjadi karena ia terlanjur menyadari keberadaan Mr. Mark yang masih menatapnya.

Siswa-siswi lain pun masih menatap aneh Lavina. Mereka berpikir, bagaimana bisa ada seseeorang yang datang terlambat, bisa meminta minum dengan sesantai itu.

"Ah. Mr. Mark. Ini bunga untukmu!" ucap Lavina seraya tersenyum begitu lebar dan menyerahkan buket yang ia bawa dengan penuh kebahagian. Mr. Mark tertegun dan para murid ternganga tidak percaya dengan apa yang Lavina lakukan.

"Asataga! Apa dia meyukai Mr. Mark?"

"Dia benar-benar pretty savage!"

"Ya ampun, dia sangat berani!"

Billy dan Lay langsung menoleh kepada Albert. Lelaki bermata teduh itu tertegun dengan mulut terbuka. Tatapannya begitu menyedihkan, penuh rasa sakit akan kandasnya harapan yang selama ini ia simpan dalam hati.

"Aku tidak pernah membayangkan hal seperti ini akan terjadi langsung di depan mata kepalaku seperti ini," ujar Billy ditanggapi anggukan kepala oleh Lay dan keduanya masih menatap ke arah Lavina dan Mr. Mark.

Merasa dipermalukan kembali,Gio langsung menghela napas kasar seraya memalingkan wajah karena kesal. Mengapa ia harus bertemu perempuan senekad Lavina.

"Maafkan aku dan Gio. Kami terlambat karena ulahku yang ingin membawakan bunga ini untukmu. Jadi, terimalah." Ucapan santai Lavina mengejutkan para siswi hingga memekik dengan cukup nyaring.

Meskipun merasa canggung dan cukup malu. Akan tetapi, Mr. Mark tetap menerima buket bunga mawar merah muda yang diberikan. Ia membalasnya dengan senyuman canggung.

PRINCESS LAVINA & THE FIRST HUMAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang