Heart Too Hurt Part 7

3.7K 163 32
                                    

Hai hai author amatiran datang lagi, maaf kalo di part ini banyak typo karena ngeditnya dalam keadaan mata yang udah pedes hehe :D vomentnya ditunggu :D

Part 7

14 Februari 2005

Untuk yang kedua kalinya Diandra mendapat coklat dari cowok itu. Lio. Dia mengulurkannya sambil tersenyum lebar dari balik tirai hijau yang membatasi ranjang Diandra dengan ranjang adik Lio. Coklat dengan pita merah jambu. Walaupun Lio bilang sebetulnya coklat itu untuk Adiknya, namun Adiknya menolak karena dia bilang coklat merk itu pahit.

Diandra sudah sangat senang.

Dia sering mencuri-curi pandang ke tiga sekawan itu setiap berpapasan di lorong rumah sakit, dengan muka tertunduk, tidak berani menyapa. Dan betapa beruntungnya dia ketika dirawat dalam satu kamar dengan Adik Lio, bersebelahan, hanya dibatasi tirai. Untuk pertama kalinya dalam hidup dia tidak menyesal mengidap penyakit jantung.

Non, semua itu ada hikmahnya. Rencana Tuhan itu tidak bisa kita bayangkan.

Itu yang selalu dikatakan Mbok Ida, pembantu di rumahnya yang sudah seperti orang tuanya sendiri. Orang tuanya terlalu sibuk bepergian ke luar kota, apalagi kini dia sudah SMA, jadi orang tuanya membebaskannya mengurus pengobatannya sendiri. Membekalinya dengan beberapa kartu keuangan. Dia sangat kesepian melalui malam panjang di rumah sakit. Apa Mama menyesal melahirkan anak sepertinya sehingga tidak mengurusnya sama sekali? Mungkin mereka kira jantung itu hanya seperti pilek yang bisa sembuh dengan pil yang dibeli di warung.

Atau mereka memang membiarkannya mati perlahan?

Berbeda sekali dengan ranjang di balik tirai yang selalu ramai dengan celoteh dan tawa. Adik Lio dikerubungi oleh teman dan keluarga yang hangat. Kalau Diandra jadi dia, dia tidak akan mau dirawat di Rumah Sakit, keluarga besar akan membuatnya cepat sembuh.

Seperti malam ini, sudah jam sepuluh namun Lyn belum tidur juga, dia masih sibuk bercerita. Diandra hanya mendengar jawaban, ‘ya’, ‘hem’, atau ‘nggak tahu’ keluar dari mulut orang yang sudah tampak sangat mengantuk.

“Ih, Kak Dennis, diajak bicara juga.”

Baru kali ini Diandra menemui remaja penderita penyakit jantung yang bisa berteriak selantang itu. Dia berbaring miring, berisik. Ingatannya kembali ke tadi siang, ke suatu hal yang membuatnya sangat iri. Dennis dan Lio berebutan menyuapi Lyn buah hingga dia kesulitan mengunyah karena mulutnya penuh.

“Kak Dennis…” Kali ini suaranya lebih lembut.

“Lyn, udah malam jangan berisik, tidur aja.” Malam ini Dennis yang menemani Lyn di rumah sakit karena Lio dan Papa Mama pergi melayat ke Bandung, masih saudara. “Apaan lagi sih?”

“Duduk sini jangan di situ, kalau ada hantu gimana? Kalau ada Suster Ngesot, gimana?” Lyn menyuruh Dennis duduk di kursi yang ada di dekat ranjanganya, bukan di sofa.

Dennis mendekat dan menopang dagunya malas. Lyn nyengir menang. “Kak Dennis, nyanyi dong, biasanya Mama suka nyanyi kalau aku nggak bisa tidur.”

Heart Too HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang