Heart Too Hurt Part 3

5.8K 266 8
                                    

PART 3

Januari 2005

“Lyn jangan main hujan!” Lio menegur adiknya yang asyik bermain air. Separuh tangannya ada di luar dan dia sedang berusaha menjulurkan tubuhnya lebih jauh. “Lyn!” Suaranya meninggi karena adiknya itu malah terkikik gembira.

“Jangan main air, kamu belum sembuh!” Lio menarik Lyn ke koridor rumah sakit yang terlindung dari hujan. “Kakak mau tebus obat kamu dulu, kamu jangan kemana-mana!” Lio menoleh kesana kemari, “Dennis mana?”. Dia dan Dennis, sahabatnya mengantar Lyn ke rumah sakit untuk chek up karena orang tua mereka ada kondangan di Bandung. Sekarang Dennis tidak tampak batang hidungnya.

“Kak Dennis ke toilet.” Lyn berusaha lepas namun Kakaknya lebih sigap menarik penutup jaketnya.

“Dibilangin jangan main air, mau kakak jewer kamu?” Lio menatap adiknya gemas. Lyn membalas dengan memeletkan lidahnya.

Airi Lyn, adik yang paling disayanginya. Yang selalu dijaganya seperti seorang putri. Adiknya itu lebih rapuh dari porselen, tidak boleh tersentuh apalagi sampai terguncang. Lyn menderita kelainan jantung sejak umurnya sepuluh tahun dan dia harus terus meminum obatnya hingga kini.

“Itu Kak Dennis! Kak Dennis!” Lyn melambaikan tangan pada seseorang yang berlari menembus hujan berpayung bungkusan plastik yang menggembung.

Mati aku, batin Lyn. Dennis kembali di saat yang tidak tepat, Dennis tidak ke toilet tapi dia suruh membelikannya coklat. Yah dia sebetulnya tidak boleh makan coklat, tapi kalau sangat ingin bagaimana? Sedikit saja dia rasa tidak apa-apa. Rasanya lebih parah dari Ibu hamil yang mengidam. Habislah Lyn kalau sampai Lio tahu.

“Ini Lyn coklatnya!” Dennis memberikan plastiknya yang basah dan terus mencerocos tanpa dosanya. “Demi kamu nih aku hujan-hujanan sampai minimarket di depan, mana tinggal itu stoknya, buruan makan!” Dia menepuk – nepuk jaketnya yang setengah basah. Keadaan rambutnya tidak jauh berbeda, rambutnya yang tadi keren dengan gel sekarang lepek menempel di dahinya.

“Aduh!” Dennis menjerit dan berjingkat ketika Lyn menginjak kakinya. “Lyn kamu ini!” Dia ingin memukul puncak kepala Lyn tapi Lio menarik adiknya itu ke belakang punggungnya.

“Kak aku…” Kata Lyn lirih, dia sudah tertangkap basah. Dia nyengir, jurus maut untuk merayu kakaknya. Jika dia sudah memasang tampang tidak berdosa, maka  kakaknya itu tidak akan bisa berkutik. “Aku cuma pengen nyoba aja, aku kemarin lihat Suster makan itu, kelihatannya enak.”

Lio menghela nafas, dia tidak pernah bisa marah pada adiknya. Sebaliknya dia memberikan tatapan membunuh pada Dennis yang menunjukkan tanda-tanda ingin kabur, cengengas-cengenges tidak jelas. Lyn bilang dia sudah boleh makan coklat jadi  Dennis menurut saja ketika Lyn meminta tolong padanya untuk membeli coklat.

“Lyn…” Lio memegang kedua bahu adiknya. Bagaimana dia bisa marah pada adik yang secantik, sepintar dan juga penuh semangat seperti Lyn? Dia bahkan tidak pernah mengeluh sakit, tidak pernah menangis ditambah lagi tingkahnya yang seperti anak laki-laki. Lyn sedikit tomboy. Mungkin karena terlalu sering bergaul dengan dia dan Dennis.

Heart Too HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang