Heart too Hurt part 25

2.3K 106 23
                                    

Maaf kalau makin absurd dan gak ngefeel, happy reading :D

**

Death is note the greatest loss in life, The greatest loss is what dies inside while we life (Norman Cousin)

**

Sejak enam tahun lalu Orion tidak pernah lagi berdoa atau meminta apapun dari Tuhan. Tuhan sudah mengambil papa, mama dan adiknya, jadi dia berpikir Tuhan tidak lagi menyayanginya. Dia kemudian memutuskan hidup sesukanya sendiri, tidak peduli salah atau benar, merugikan orang atau tidak yang penting dia terhibur dan sejenak melupakan himpitan yang menderanya. Beruntung usianya masih sebelas tahun waktu itu, jadi pikirannya belum sampai pada alkohol dan narkoba. Walaupun dia sering melihat, menyentuh dan membauinya namun belum pernah sekalipun dia mencicipinya.

Dia juga terlalu sibuk untuk sekedar ke sana ke mari, pacaran, tebar pesona ke gadis-gadis, mengantar mereka ke mana-mana, menonton di malam minggu. Rute hidupnya enam tahun ini adalah sekolah, mamanya, rumah sakit, klub malam, berantem dan juga kantor polisi.

Namun hari ini dia sadar, dia butuh Tuhan. Dia menyebut namanya berulang kali, memohon padanya. Memohon agar Tuhan mau menyelamatkan wanita yang berbaring di balik tembok. Dia memohon berulang kali sambil memeluknya di dalam mobil yang dikemudikan sopir papanya. Mendekap tubuhnya yang diam dan dingin.

Dalam enam tahun untuk pertama kalinya dia takut kehilangan seseorang. Dia kira karena sudah habis tidak akan ada yang bisa Tuhan ambil darinya. Dia kira dia sudah kebal kehilangan namun ternyata belum. Dia tidak pernah merasa secemas ini selama enam tahun.

Hatinya yang mati telah hidup kembali.

Dia -wanita yang menurut Juna membuatnya jatuh cinta- bilang sekarang dia juga hanya pasrah pada Tuhan.

Juna benar, dia menyukai wanita itu. Pertama kali menyukai wanita, tujuh tahun lebih tua dan dia menyukai orang lain. Wanita yang dia benci bahkan sejak dia belum tahu namanya. Jatuh cintanya seperti sebuah kutukan saja.

Hari ini untuk pertama kalinya, Orion tidak menolak satu mobil dengan Rania, sepanjang perjalanan Rania menatapnya dari jok depan dengan cemas. Dan dia juga hanya diam ketika Rania menggenggam tangannya di depan ruang gawat darurat. Orion juga pasrah ketika Rania memeluknya, menepuk punggungnya dengan lembut dan berbisik.

Dia akan baik-baik saja, percayalah padaku.

Lihat apa yang telah diperbuat guru jelek itu? Membuatnya cemas, menangis dan juga membuat Rania berani menyentuh kulitnya untuk pertama kalinya.

Dia membuat banyak hal baru terjadi hari ini, untuk pertama kalinya. Dan saat dagunya terbenam di bahu Rania, Orion sadar hal-hal yang terjadi untuk pertama kalinya ini tidakklah terlalu buruk; Melepaskan beban dengan menangis, pelukan, berdoa dan ibu tirinya.

**

Tidak banyak yang Lyn minta semenjak dia tahu jantung kakaknya telah berpindah ke tubuh orang lain dan dia dan orang itu berpisah jarak enam jam dengan pesawat -dia tidak tahu jika jarak itu berubah menjadi belasan jam- tanpa kepastian bisa bertemu lagi atau tidak. Dia hanya ingin selalu bisa bernapas dengan lapang, selalu bersama mama papanya dan bertemu Dennis lagi.

Dalam perpisahannya dengan Dennis dia selalu membayangkan seperti apa Dennis tumbuh; seberapa tinggi dia sekarang? apa dia berkumis? Apa minus matanya bertambah? Apa dia punya abs?  Juga berapa nilai kelulusannya? Masuk universitas mana? Apa ada gadis yang menguntitnya di kampus?

Sebelum tidur dia selalu memutar filmnya sendiri. Film tentang dia yang tiba-tiba muncul di depan Dennis setelah lama menghilang, memberinya kejutan. Lalu Dennis akan terpana melihatnya yang tumbuh besar, mereka berpelukan, saling melepas rindu lalu bercerita tentang kehidupan mereka masing-masing selama terpisah, diselingi canda dan tawa sambil makan es krim. Namun nyatanya itu hanya skenarionya. Yang paling hebat, tentulah skenario Tuhan.

Heart Too HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang