18

50.2K 594 25
                                    

"emchhh mau ronde dua?"

"eenghhhh iya segera"

ravi bangun melepaskan penyatuan kami, sepertinya ia ingin mengubah posisi. aku disuruhnya menungging dengan arah bokong membelakangi dia dan kepala ku menghadap depan.

perlahan ia mengelus bokong ku dengan halus, kemudian ia menuntun penisnya untuk masuk ke kandangnya.

JLEB

desahku pelan menjadi tanda untuk memulai permainan di ronde ke dua ini, ravi menggerakkan pinggulnya ke maju mundur dengan sangat amat pelan. sebenarnya aku frustasi tetapi aku berusaha untuk menikmatinya.

lama kelamaan pergerakannya semakin cepat, desah kami saling membalas satu sama lain dengan keringat yang sudah terkucur ditubuh masing masing.

benda benda dan polaroid yang ada di kamarnya ravi menjadi saksi bisu atas permainan kami berdua, biar saja hanya kami dan tuhan yang tahu.

aku merasakan tubuhku sedikit lagi akan mencapai puncaknya, aku sudah tidak tahan lagi sakit dan nikmat bercampur aduk. nikmatku berasal dari penyatuan ganas kami, dan sakit ku berasal dari cakaran ravi pada bokongku karna gemas dan nafsu.

"aaahhh sakitt viihhh jangan dicakarhhh emhhh"

"aaahhh hanaaa enak bangethh nusukhhh enghhh kamuhhh dari belakang ahhh enggghhh emhhh"

"vihh aku mau keluarhhh enggghhh ahhh shhhh"

ketika cairanku baru ingin keluar, ravi mencabut penisnya. ah kesal! tetapi ia langsung melahapnya dengan mulutnya.

AAHHH APA NIH EENNGHH, batinku

dan yup, ravi menjilati vagina ku dan menyedot nyedot klitorisku. ku lebarkan kakiku agar dia leluasa dan ku turunkan sedikit pinggulku hingga mengenai wajahnya.

ah, sungguh nikmat ketika lidahnya menerobos masuk ke lubangku. ku remas remas dan ku pukul sprey kasurnya. ku gigit bawah bibirku dengan kencang hingga berdarah, memang rasanya perih tetapi aku tak menghiraukan itu.

darah dari bibirku menetes mengenai bantal, sementara ravi masih menjilati vaginaku.

slruupppp slrruuppp ck ck ck, terdengar ravi sangat menikmatinya aku pun juga. beberapa menit kemudian ravi selesai, tubuhku lemas dan ambruk dengan tengkurep.

ravi menghampiriku, ia menciumi punggungku hingga leherku. aku balik badan menghadapnya, saat itu juga ia langsung memasang wajah panik.

"kok mukanya berdarah? kan yg di tusuk yang dibawah?"

aku tak menghiraukannya, aku masih diam me-rileks an badanku sejenak namun ravi terus menanyakan darah itu.

"tadi gua gigit bibir gua, kyknya kekencengan jadinya berdarah"

"astaga, sini gua bersihin dulu"

ravi mengambil tisu, dibersihkan wajahku menggunakan tisu itu dengan lembut. setelah itu ia mengelus kepalaku lalu mencium keningku.

"makasih" kata ravi

"he em" jawabku dengan singkat sambil merem

"gitu doang?"

"nah elu makasihnya gitu doang?" aku menatap ravi sinis

"makasih yaaaa sayangkuuuu yang cantiiiiiikk" ravi memasang wajah imut

setelah itu kami bersih bersih, berbincang bincang dan menonton film sambil begadang. sesekali aku dan ravi berciuman di atas sofa, depan cemilan yang banyak, lampu yang estetik dan ruangan yang sangat amat bikin nyaman.

pura-pura polos✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang