"Emm a-aku ingin beda kamar, sampai aku benar-benar siap jadi istri seutuhnya buat kamu. Boleh?"
Jaehyun tersenyum tipis lalu menghampiri Ten, dan ketika ia sudah berada di hadapan pria mungil itu lengannya memegang bahu sang istri.
"Iya nggak apa-apa, aku ngerti kok. Dan aku udah tahu pasti bakal seperti ini, maka dari itu aku udah nyiapin kamar buat kamu."
Mendengar itu mata Ten berbinar begitu senang, sebab ia tidak perlu merasa tidak enak dengan Jaehyun karena suaminya itu ternyata sudah peka.
"Oh iya? Dimana kamarku hyung?" Ten mengedarkan matanya ke seluruh penjuru ruangan.
Jaehyun sebenarnya gemas, tapi ia harus bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipi sang istri.
Sabar Jae, sabar.
"Kamar kamu ada di atas, sebelah kiri kamar aku yang pintunya berwarna putih."
Ten mencari ruangan yang dimaksud oleh Jaehyun, dan ketika ia menemukannya maka segera berlari menuju kamarnya.
Melihat Ten yang seperti itu, Jaehyun menyunggingkan senyumnya.
"Gemes banget kayak anak kecil," gumamnya pelan kemudian menyusul Ten menaikki tangga.
"Gimana suka nggak?" tanya Jaehyun saat ia melihat Ten yang sedang memandangi seisi kamarnya yang bernuansa biru laut.
"Sukak~~ makasih ya hyung.."
Ten tersenyum begitu manis dan lagi-lagi membuat Jaehyun tak bisa tak turut tersenyum."Yaudah kamu beres-beres atau mau istirahat terserah kamu, aku ada meeting mendadak jadi harus ke kantor sekarang.
Nggak apa-apa kan aku tinggal?"Ten menoleh ke arah Jaehyun yang sedang menatapnya.
"Iya nggak apa-apa hyung, kalau aku mau ke rumah mamah boleh nggak? Aku belum terbiasa dirumah ini sendirian."
Jaehyun berjalan mendekati Ten, mengusak rambutnya gemas.
Spontan tindakan Jaehyun tersebut membuat Ten mengedipkan matanya lucu, terlalu syok dengan skinsip ini."Boleh lah, masa nggak boleh. Atau mau sekalian berangkat bareng aku?"
Ten menggeleng cepat.
"Nggak usah, katanya tadi mendadak pasti Jaehyun hyung buru-buru kan?"
Jaehyun melihat jam tangan yang ada dipergelangan tangannya.
"Iya sih, tapi kamu gimana? Atau gini aja nih kunci mobil, kamu bisa nyetir kan? Ini kunci mobil brio yang berwarna putih di garasi tadi, kamu pakai aja mobil itu." Jaehyun menyerahkan sebuah kunci kepada Ten.
"Tapi hyung---"
"Tapi kenapa? Kamu nggak bisa nyetir?"
"Bukan gitu, maksudnya itu kan mobil kamu. Aku nggak enak kalau mau pakai."
"Hey..." Jaehyun meraih tangan kedua tangan Ten membuat sang empu memandangnya kaget.
"Kamu itu istri aku, apapun milik aku itu berarti juga milik kamu. Jangan pernah sungkan atau merasa nggak enak okay? Kamu pakai ini, aku harus pergi sekarang.
See you."Jaehyun mencolek hidung Ten gemas sambil tersenyum begitu mempesona, setelahnya ia keluar dari kamar Ten dan pergi dari rumah meninggalkan Ten yang memegangi dadanya.
"Jantung, sehat-sehat ya!"
.......
Sesuai ucapannya tadi kepada Jaehyun, Ten benar mengunjungi ibundanya.
Lelaki mungil itu memarkirkan mobilnya
dihalaman rumah, kemudian turun dan bergegas masuk ke dalam rumah."Mamah~~~"
Ten berseru begitu kerasnya saat ia memasukki rumah, berjalan cepat mencari keberadaan ibundanya.
"Ten? Kok kamu kesini?"
Ten menoleh ketika mendengar suara Yuri, ibundanya.
"Mamah~~ Tennie kangen~~"
Yuri terjingkrak kala Ten memeluknya tiba-tiba.
"Jawab pertanyaan mamah dulu dong, kok kamu kesini?"
Ten melonggarkan pelukkan, lalu menatap Yuri sembari mencebikkan bibirnya.
"Emang kenapa? Ten nggak boleh kesini lagi emangnya?"
"Bukan gitu sayang, sini duduk."
Yuri menuntun Ten supaya duduk di sofa."Jaehyun mana? Harusnya kamu dirumah sama dia, kenapa malah kesini?"
"Jaehyun hyung lagi meeting, lagian aku udah ijin kok ke dia kalau mau kesini."
"Oh gitu, kirain kamu kabur."
Ten merotasikan matanya jengah.
"Ya walaupun aku nggak setuju dengan perjodohan konyol ini, tapi aku nggak sebandel itu kali mah main kabur-kaburan.
Bagaimanapun kan Jaehyun hyung udah jadi suami aku, ya aku harus menghormati dia."Mendengar itu Yuri mengusap lembut kepala Ten.
"Maafin papah kamu ya, disaat kamu masih sekolah malah kamu udah nyandang status sebagai istri orang."
Ten menghela napasnya pelan.
"Ya gimana lagi, itu kan wasiat papah.""Tapi Jaehyun baik kan sama kamu?" Yuri menatap Ten intens.
"Baru sehari mah, masih keliatan baik sih. Nggak tahu deh besok-besok."
"Kalau menurut pandangan mamah sih baik kayaknya ya, mana ganteng lagi."
Ten mengherdikan bahunya.
"Ganteng sih, tapi udah tua ah mah beda delapan tahun sama aku. Aku sih masih belum kebayang nganggep dia suami."
Yuri menyentil dahi anaknya.
"Dasar kamu ini," ucapnya sembari tertawa keras bersama sang putra.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jaeten] The Perfect Husband✔
Любовные романыThank you for being the best and perfect husband for me- Tenlee Warn!! Boys love alias ganda putra Homophobic go away ©Valentinesse10