Chapter 10: voex.

9 2 0
                                        

Chapter 10: voex.

voex;

wishes.

_______________

Carabella menjatuhkan ponselnya dari atas balkon sebuah kafe karena membaca pesan dari Alfandy. Pesan yang mengatakan bahwa pria itu akan berhenti menantinya dan tak akan mencintai Carabella lagi. Dan saat ia berada di Castelluccio, pria itu mengatakan bahwa keluarganya mengakhiri pertunangan dan pria itu tak bisa membantah. Kenapa Alfandy dengan begitu saja bisa menerima tanpa memberi alasan. Tak seharusnya ia mengaktifkan ponsel agar tak membaca pesan dari Alfandy. Bahkan tak ada kata selamat tinggal yang terucap. Ia sangat kecewa pada Alfandy dan ia tak akan mau kembali ke Surabaya lagi karena kota kelahirannya itu adalah sumber kemalangan.

"Neden telefonunu düşürdün," teriak seseorang yang berada di bawah balkon.

Carabella terkejut dan ia melihat ke bawah balkon kafe. Seorang laki-laki berdiri di sana sembari memegang ponselnya dan laki-laki itu adalah orang yang menemaninya liburan di Fathiye dua tahun lalu. Orang yang ia nanti kehadirannya selama ini.

"Fusena," gumam Carabella dengan mata tertuju ke bawah.

"Selenophile," ucap Fusena memegang ponsel Carabella dengan pandangan mendongak tak percaya.

"Aku sudah tidak suka dengan bulan dan membencinya," teriak Carabella frustasi karena ia benci bila ada yang menyinggung tentang Selenophile.

Setelah berteriak, Carabella berjalan menjauh dari balkon kafe dengan meninggalkan uang di atas meja kafe. Ia menuruni tangga kafe dan berjalan menuju pintu keluar kafe. Saat keluar dari pintu kafe, kakinya mendekat ke arah Fusena yang membawa ponselnya itu. Tiba-tiba jantung Carabella berdegup dengan cepat, sama seperti dua tahun lalu. Iramanya masih sama dan ia tak pernah mengerti kenapa terasa seperti ini.

"Kenapa, bukankah dulu kamu sangat mencintai bulan dan terus memandangnya ketika berada di Fathiye," tanya Fusena kemudian berjalan mendekat ke arah Carabella yang juga berjalan menuju ke arahnya.

Ingatan dua tahun lalu menghampiri Carabella. Dimana ia melihat bulan di langit Fathiye bersama Fusena. Ia tersenyum tipis. Senyum tipis itu berubah menjadi wajah kecewa yang terlihat kentara. "Ketika aku melihat bulan penuh yang begitu indah, aku kehilangan orang yang aku cintai untuk kesekian kalinya."

Kakeknya meninggal setelah Carabella melihat bulan purnama yang begitu indah di langit malam. Hal yang sama terjadi lagi dan ia kehilangan bibi kemudian neneknya. Hatinya berduka dan tak lama, hubunganya dengan Alfandy harus berakhir sebelah pihak. Bulan yang tadinya membawa ketenangan dan kebahagiaan berubah menjadi penanda datangnya duka.

"Kamu hidup di jaman modern, tak perlu percaya dengan mitos atau hal-hal seperti itu," tegur Fusena, pria yang pernah menemaninya keliling kota Fathiye secara tidak sengaja itu. Membuat ia seperti menjilat ludahnya sendiri. Ia berulang kali mengatakan hal seperti itu pada Alfandy dan keluarga Alfandy tapi kini seolah dirinya baru sadar bahwa ia telah melakukan sebuah kesalahan.

"Aku tak pernah percaya pada mitos dan hal semacamnya, hanya saja ketika melihat bulan, rasanya seperti menguak rasa sakit dan kehilangan. Ada lubang hitam besar di dalam hatiku. Seperti sebuah tanda bahwa akan ada perpisahan dan aku benci itu."

"Bahkan burung terbang rendah adalah tanda hari akan hujan."

Carabella terdiam sejenak kemudian mengatakan sesuatu yang membuat hatinya begitu benci. "Bahkan bulan indah di Milan sebagai tanda akan berakhirnya pertunanganku."

Evanescent [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang