Chapter 22: boketto.

7 1 0
                                    

Chapter 22: boketto.

boketto;

the act of gazing vacantly into the distance without a thought.

______________

"Kenalin ini Vareswara, teman aku!" ucap Carabella pada Xenia yang baru datang menghampiri meja Carabella dan Vareswara.

Vareswara berdiri dari duduknya dan tersenyum ke arah Xenia, "Vareswara, salam kenal!"

Xenia tersenyum balik ke Vareswara dan menerima jabatan tangan dari Xenia. "Xenia dan senang bisa bertemu kamu. Terima kasih sudah mau menjadi teman Rabell."

Carabella tertawa tanpa suara sembari melihat Xenia. Bisa-bisanya mengatakan itu. Memang hanya dia saja yang mau berteman dengan Carabella. Dasar Xenia, anak orang kaya yang hartanya tak habis tiga turunan. Itu hanya kalkulasinya setelah melihat kehidupan keluarga Xenia yang hedon, seakan uang dapat di dapatkan dengan sangat mudah.

"Xenia pemilik restoran ini dan makanan di sini enak-enak!" ucap Carabella kepada Vareswara dengan diakhiri senyum.

Xenia melihat jam tangan buatan disainer itu kemudian melihat Carabella dan Vareswara secara bergantian. "Kalian pesan apa aja dan aku yang traktir!"

Senyum mengembang di bibir Carabella, "Padahal aku datang ke sini tidak minta makan gratis. Tapi, dengan senang hati kami menerima kebaikan hati Xenia!"

Jari Xenia menoel pipi Carabella gemas. "Masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Selamat menikmati makan malam!"

"Terima kasih!" ucap Vareswara dengan wajah terlihat sungkan.

Xenia menjawab dengan senyuman dan sebelum pergi dari hadapan Carabella dan Vareswara, ia mengatakan sesuatu pada Carabella. "Rabell, menginap di rumah ku malam ini, ya!"

Carabella memasang wajah imut sambil tersenyum, "Rumah kamu adalah hotel bagiku!"

Senyum Xenia sangat manis dan kedua lesung pipitnya terlihat begitu jelas. Setelah menanggapi jawaban Carabella dengan tersenyum, ia berjalan menjauhi meja Carabella dan Vareswara menuju pintu keluar ruangan.

Tak lama setelah kepergian Xenia, makanan mereka datang dan senyum leber dari keduanya setelah mengucapkan terima kasih pada pramusaji yang telah mengantarkan makanan mereka. Mereka berdo'a kemudian memakan makanan mereka dengan senyum serta merasakan rasa masakan yang terasa enak. Begitu membuat lidah bahagia saat menyantapnya dan menumbuhkan domapin bahagia dalam otak. Memang dengan memakan makanan yang enak dapat membuat diri menjadi bahagia karena makanan enak salah satu pemicu hormon bahagia.

"Makanan ini sangat enak!" puji Vareswara setelah menelan potongan asparagus.

Carabella meminum satu teguk susu almond stroberi dan menyahuti pujian dari Vareswara. "Chef di restoran ini kakak ipar Xenia. Dia tidak menyukai profesi ini tapi terus melakukannya karena masakannya mendatangkan penghasilan untuknya."

Vareswara urung memasukkan steak ke dalam mulutnya dan memajukan wajahnya ke arah Carabella sedikit. "Bagaimana orang bisa terus melakukan pekerjaan itu padahal tak menyukainya?"

"Apa kamu bekerja karena menyukai pekerjaan itu atau karena income yang di dapat atau terpaksa karena tak tau harus melakukan pekerjaan apa lagi?" tanya Carabella balik pada Vareswara dan pria itu nampak berpikir.

Evanescent [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang