Chapter 4: elan.
elan;distinctive and stylish elegance, impulsive, confident ardor.
___________
Sebuah harapan yang begitu besar membuat seseorang berusaha keras untuk membuat harapan itu terwujud. Harapan yang pikiran pikir akan benar-benar indah karena selama ini Tuhan telah sangat berbaik hati kepada mereka tanpa memberikan sebuah ujian yang berat. Kalau pun ada, hanya sebatas ujian kesabaran menanti hari dimana ikatan yang terjalin menjadi sakral di mata Tuhan. Manusia yang begitu percaya pada nasib baik akan tiada ujian yang diberikan oleh Tuhan. Membentuk sebuah keyakinan penuh jika mereka memang ditakdirkan bersama.
Angin musim kemarau membuat tubuh menggigil pada pagi hari, sedangkan saat siang akan begitu panas seperti percikan api ikut terbang bersama angin lalu menyentuh kulit. Manusia yang jatuh cinta sulit untuk memikirkan kenyataan yang tak sama dengan harapan. Seperti halnya, apa pun yang ada di dunia ini dapat berubah dalam sekali ketip. Pagi tak akan sama dengan siang, begitu pun dengan sore dan malam. Bahkan malam, tengah malam dan akhir malam pun terasa berbeda.
Tak perlu bingung untuk memikirkan hal ini, nikmati alurnya dan rasakan setiap momen dengan penuh senyum hangat sebelum senyum hangat itu lenyap menjadi derai air mata dan rasa sakit hati karena kecewa.
Carabella tersenyum dan menepis semua mimpi buruk yang menghampirinya saat tidur malam. Mimpi yang membuatnya menangis ketika bangun dan ia berdoa pada Tuhan agar itu semua hanya bunga mimpi. Bunga mimpi yang tak akan pernah terjadi. Wajahnya merasakan embusan angin pagi hari, kedua matanya melihat rerumputan hijau yang tertutup embun. Telapak tangan kanannya terasa dingin namun perlahan menjadi hangat ketika tangan kiri Alfandy menggandengnya erat.
Rasanya, mimpi buruk itu telah sirna dan ia sudah tak mengingatnya lagi. Alfandy adalah orang yang mampu membuat dirinya menjadi membaik dan menghapus ingatan buruk tentang masa kecilnya secara perlahan tanpa Alfandy ketahui.
"Gimana, tampilan depan rumah kita nanti?"
Sebuah rumah minimalis yang belum selesai di bangun terpampang jelas di depan kedua mata Carabella. Rumah yang kemungkinan besar bila sudah selesai di bangun sepertinya akan menjadi rumah minimalis yang hangat dan rindang. "Aku suka dengan pepohonan yang tak ditebang."
"Aku sengaja membiarkan beberapa pohon tetap berdiri tegak untuk menjaga keseimbangan lingkungan."
Mereka menginjakkan kaki di atas halaman rumah yang belum sepenuhnya jadi itu. Kedua mata mereka melihat sekeliling halaman serta rumah yang dindingnya belum di cat, hanya tertutup semen. Udara di sekitar juga masih terasa segar meski bangunan ini berdiri di pinggir kota yang cukup ramai dan dekat dengan jalan raya. Jalan raya yang di lewati oleh banyak kendaraan bermotor. Maka dari itu, Alfandy tetap mempertahankan beberapa pohon di sekitar halaman rumah sebagai penyeimbang lingkungan.
"Gimana kalo ada kolam ikan dan air mancur di depan teras. Terus ada sarang burung juga di genteng, biar digunakan burung liar sebagai rumah," pinta Carabella setelah melihat-lihat halaman rumah, depan rumah serta atap rumah.
"Untuk kolam ikan dan air mancur aku setuju, tapi kalo untuk sarang burung di genteng, aku gak setuju. Bukan burung liar yang akan tinggal, tapi tikus." Respon Alfandy dan ia terlihat tak keberatan dengan permintaan Carabella.

KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent [Tamat]
RomanceDalam gerbong kereta di stasiun terakhir Terlukis indah di setiap stasiun pemberhentian Ketika senja tiba, Semua harapan dalam petikan harpa itu seperti suara peluit panjang dan tak terdengar lagi Menyisakan berbagai pertanyaan tak terjawab Mengiri...