Hotpot

81 19 1
                                    

Cuaca yang cerah pagi ini. Apalagi untuk lari pagi seperti sekarang yang Winwin lakukan dengan muka bantalnya. Niatnya untuk tidur lebih lama tergadaikan oleh Seon Gyeom, ayahnya yang membangunkan dan mengajaknya lari pagi. Jadi bisa dibilang ini pemaksaan. Ibunya dulu juga bilang kalau ayahnya suka sekali memaksa ibunya untuk lari pagi bersama. Untuk kesehatan alasannya. Padahal ini sudah musim gugur, udara semakin dingin. Untung saja pagi ini cuacanya bagus.

Saat Seon Gyeom sudah masuk ke putaran ketiga, Winwin sudah menyelesaikan putaran pertamanya dan duduk di bangku taman sembari meminum air dari botol yang sudah ia bawa. Melihat ayahnya yang masih bersemangat untuk lari. Tak lama dari itu, Seon Gyeom ikut duduk bersama Winwin.

"Himdeureo ?" Tanya Seon Gyeom menyeka keringat dengan handuknya.

Winwin mengangguk lalu mengoper botol minum ayahnya.

"Sepertinya sudah lama tak olahraga ya... "

Yah bisa dibilang sebelumnya Winwin memang lari pagi seperti ini, saat ada ayahnya dirumah. Jadi bisa dibilang berminggu-minggu yang lalu. Lagi pula belakangan ini ia terlalu lelah untuk berolahraga.

"Terakhir mungkin bersama Appa waktu itu."

"Ah. Lama sekali. Sedang banyak tugas ?"

"Terlalu lelah untuk olahraga. Tidur lebih enak."

"Ah. Kau memang mirip Eommamu."

"Eomma bilang aku hanya menumpang hidup dengannya sembilan bulan karna terlalu mirip dengan Appa."

Seon Gyeom tertawa.

"Padahal yang paling kesulitan Eommamu... Apalagi mendekati hari kelahiran. Tekanan darahnya tinggi sampai ia harus bedrest dirumah sakit."

"Appa ngapain waktu itu ?"

"Appa ? Ehm...Sedang di Pulau Jeju. Waktu itu ada jadwal pertandingan."

"Jadi... Appa... Tidak ada waktu aku lahir ?"

"Ada. Tentu saja ada. Seperti scene dalam drama, Appa langsung ke bandara untuk datang ke Zhejiang tempat ibumu berada."

Kalau mendengar cerita ayahnya, hubungan ayah dan ibunya baik-baik saja. Malah seperti drama-drama. Mereka memang hidup bersama sampai Winwin pindah sekolah ke Seoul dan tinggal disini. Setahun pertama masih aman. Sampai di tahun kedua sma Winwin, ibunya pergi kembali ke China. Mereka hanya akan berkumpul di saat-saat tertentu saja. Seperti libur tahun baru, atau libur natal.

"Appa... Kemarin... Appa bertemu Eomma ?"

Winwin bertanya karena ia tahu ayahnya pergi ke China untuk urusan pekerjaannya.

"Tentu saja. Ibumu semakin cantik. Dan dia bertanya kenapa kau tidak lagi sering menghubunginya."

"Appa... Sebenarnya Appa dan Eomma itu bercerai tidak sih ?"

"Anni. Mana mungkin aku melepaskan ibumu. Mendapatkannya saja setengah mati."

"Lalu kenapa kalian hidup terpisah seperti ini ?"

"Ada yang ingin ibumu capai disana. Dan Appa tidak mau menghalanginya. Sebentar lagi ibumu juga menyusul kemari. Atau... Kita saja yang kesana lagi ?"

Winwin masih tak mengerti.

"Aku tidak paham. Apa yang ingin Eomma capai sampai rela terpisah dari kita ?"

"Mimpinya. Dulu saat pertama kali ibumu tahu ia sedang mengandungmu, ia mendapatkan tawaran bagus, tapi ia tolak karena lebih memilih dirimu. Lima tahun pertama usiamu, kau seutuhnya diurus oleh ibumu. Ia merelakan pekerjaannya, kehidupannya dan mimpinya. Sampai kau masuk sekolah Ibumu mulai pekerjaannya lagi meski hanya sambilan. Sampai kita pindah kesini, ibumu mendapatkan kesempatan bagus itu. Karena kau sudah cukup besar, kami pikir kau akan mengerti dan Appa pun mengizinkan ibumu pergi."

CuriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang