Bunyi dentuman kulit dengan kulit terdengar saat tangan Yuta yang terkepal menghantam sudut bibir Wiwin jadi sasaran pukulannya. Lelaki itu tak dapat menahan emosinya saat Winwin hanya diam ketika ditanya soal tanggung jawab. Seolah mengiyakan pikiran buruknya. Jelas Yuta tak terima. Yuta punya saudara perempuan, ia hanya tak terima jika membayangkan saudara perempuannya ada diposisi Sakura. Apalagi ada rasa ingin melindungi yang Yuta rasakan karena Sakura juga berasal dari Jepang, semacam perasaan teman sekampung. Makanya Yuta tak bisa menahan emosinya.
"Aku tidak tau kau bisa seperti ini Win."
Yuta kembali memukul Winwin disaat Jaehyun hanya diam saja berdiri bagai patung. Entah larut dalam pikirannya sendiri atau malah nge-bug seperti biasa.
Sampai di pukulan ketiga, Winwin menahan tangannya Yuta.
"Tanggung jawab seperti apa yang Hyung maksud ? Kalau Hyung berpikir soal pernikahan, dia tidak mau Hyung !" Ucap Winwin sedikit keras. Nafasnya terengah. Sakit juga pukulan Yuta.
Yuta kembali duduk mengatur nafas.
"Hyung mau tau kenapa kami tidak saling bicara ? Karena aku belum bisa menjawab pertanyaannya." Jelas Winwin mengatur nafasnya berusaha tidak larut dalam emosi.
"Aku bilang kalau ini bukan hanya tanggung jawabnya tapi dia malah bertanya, apa aku sudah siap menjadi ayah. Jawaban apa yang harus kuberi kalau Hyung jadi aku ?"
Yuta terdiam.
"Kalau belum siap seharusnya kalian lebih berhati-hati. Ada banyak cara---" Jaehyun yang kembali dari acara nge-bug nya langsung diam lagi ketika Winwin dan Yuta menatap tajam kearahnya yang akhirnya bicara.
"I mean... Apa kau tidak tau ada benda yang dinamakan pengaman ?"
"Tau. Tapi gak pernah beli atau simpan. Mana kutahu juga kalau dua kali percobaan bisa langsung jadi." Kata Winwin mengusap luka dibibirnya. Perkataan yang tidak disangka Yuta dan Jaehyun akan diucapkan oleh seorang Winwin yang kiyowo.
"Dua kali ? Kalian emang udah sering apa---"
"Itu pertama kalinya udah gak pernah lagi Hyung. Maksud aku cuma sehari itu aja--"
"Terus kok sampe gak kepikiran pake pengaman ? Apa kalian ngelakuinnya gak sadar ? Accident gitu ? Mabuk ?" Potong Jaehyun.
"Gak lah. Kita sama-sama sadar, emang gak terencana sih tapi... udahlah. Gak perlu dibahas." Ada rona merah dipipi Winwin. Masa iya, dia harus cerita prosesnya ke Yuta dan Jaehyun.
"Sudah berapa bulan ?"
"Masuk trisemester kedua Hyung."
Gila. Batin Yuta dan Jaehyun. Bisa-bisanya mereka tak menyadarinya.
"Terus kau mau gimana ?"
"Apa normal kalau aku merasa belum siap menjadi ayah tapi aku ingin ikut bertanggung jawab pada Sakura ? Aku tidak tahu apakah aku bisa jadi ayah yang baik nantinya. Makanya aku belum bisa menjawab pertanyaan itu."
Seorang perawat memanggil wali atas nama Sakura Park. Winwin langsung bergegas, sepertinya urusan administrasi.
"Ya, kau punya uang ? Kau--"
"Tenang Hyung. Untuk inilah aku kerja part-time." Ucap Winwin sebelum mengikuti perawat tadi.
Yuta dan Jaehyun saling tatap setelah kepergian Winwin.
"Sumpah, aku pernah menduga tapi tidak separah ini. Benar-benar tidak bisa disangka." Ucap Yuta.
Jaehyun mengangguk mengiyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Curious
FanfictionDari sebuah rasa bosan kemudian penasaran yang menghasilkan....