Beberapa minggu setelah rumor itu merebak dan sikap serta perlakuan orang-orang difakultasnya berubah, Sakura berusaha untuk tidak terlalu mendengarkannya. Toh sebelum rumor ini ia juga tidak terlalu dikenal ataupun mengenal orang-orang yang menggunjingnya. Toh yang ada dirumor itu sebenarnya bukan dia. Meski dia memang ada ditempat yang sama. Lama kelamaan juga rumor itu akan padam dengan sendirinya, pikir Sakura. Lagian Sakura bukan seleb kampus yang apa-apa harus diketahui orang.
Jadi Sakura berusaha bersikap biasa saja. Masuk kelas seperti biasa, selesai kelas ya pulang ke rumah seperti biasa. Ia juga masih main dengan Jiwon, karna hanya gadis itu diangkatannya yang memang berteman dengannya meski ada rumor buruk tentangnya. Jiwon sendiri tau bagaimana ceritanya. Jadi hubungan keduanya masih baik.
Hari ini setelah selesai kelas, Sakura hangout bareng Jiwon dan Chaeyeon. Ada cafe baru yang kata Jiwon lagi hits. Makanya Jiwon saranin disitu biar sekalian cicip menunya.
"Katanya disini lagi butuh pekerja sambilan. Apa aku ambil aja ya ? Gimana menurutmu ?" Tanya Jiwon.
"Yakin ? Mau emang cuci piring, nyapu, ngepel lantai ?" Balas Chaeyeon.
"Seolah-olah ya. Aku juga ngerjain itu sendiri di apart tau." Jiwon memelototi Chaeyeon.
"Ya kan sesekali doang. Eonni nyapu sama ngepel juga paling seminggu sekali." Balas Chaeyeon lagi. Chaeyeon itu beda dua tahun sama Jiwon dan Sakura, tapi cuma panggil Eonnie sama Jiwon. Panggil Sakura ya pake nama aja.
"Ish suka bener."
"Lagian emang uang kiriman masih kurang ?" Tanya Sakura. Bukannya mengecilkan niat Jiwon untuk belajar bekerja, hanya saja seingatnya Jiwon itu terlahir dengan sendok emas. Keluarganya itu termasuk keluarga kaya di Busan. Mana cuma dua bersaudara, anak perempuan pertama pula. Makanya mau kuliah di Seoul aja dibeliin apartment buat tempat tinggal. Makanya Sakura gak yakin kalau Jiwon dibolehin part-time sama mamanya apalagi jadi pelayan cafe.
"Gak sih. Cuma lumayan lah bisa lihat cowo-cowo ganteng kalau disini kan."
Sakura dan Chaeyeon saling lirik lalu memutar matanya malas.
"Ngerjain tugas aja masih keteteran. Emang mau waktu party nya berkurang ?" Celetuk Chaeyeon yang diangguki Sakura.
"Savage amat sih. Eh Kura, boleh tanya gak ?"
"Tanya aja, kayak mau tanya sama siapa aja."
"Hmm... aku penasaran. Kau gak mual-mual kayak yang di novel-novel gitu ?"
Sakura menggeleng sambil menikmati green tea lattenya. Sesekali mengunyah churros.
"Aneh sekali. Atau... Mualnya lari ke Senpaimu itu ya ?"
"Hm ? Memangnya bisa begitu ?" Tanya Chaeyeon yang heran.
"Ya bisa. Kali. Yang ada dinovel kayak gitu."
"Korban Novel."
Sakura menggelengkan kepalanya tapi mulai membayangkan apa yang dikatakan Jiwon. Senpainya mual-mual setiap paginya. Membayangkan betapa tersiksanya si Senpai membuat Sakura mau tak mau tertawa.
"Oh iya, yang mualnya lari ke si cowo itu kalau si cowonya bucin banget sama ceweknya. Alias cintanya cowo itu melebihi cintanya si cewe. Berarti senpaimu itu gak bucin dong."
"Makin ngawur. Teori novel lagi tuh." Ledek Chaeyeon.
"Senpaimu itu yang mana sih ? Yang ngehampirin ke kelas waktu itu atau yang nolongin ke rumah sakit ?"
"Kepo." Sakura menelan kunyahan churrosnya.
"Ih Eonnie udah pernah lihat yah muka senpainya Kura kayak apa ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Curious
FanfictionDari sebuah rasa bosan kemudian penasaran yang menghasilkan....