Surprise

79 16 2
                                    

Chaeyoung dan Dahyun masih tak percaya setelah mendengarkan penjelasan serta bukti dari Jisun. Mereka berempat sekarang ada di sebuah warnet. Jisun yang sudah mendapat titik terang dari masalah yang menimpa Sakura akhirnya memanggil Sakura tapi malah ada orang lain yang datang. Ya sekalian saja, meskipun agak bikin shock.

"Jadi kau mau apa Sakura ? Perlu aku posting semua ini ?"

Dahyun dan Chaeyoung masih terdiam.

"Aanii.. tidak perlu... nanti malah jadi masalah lagi."

"Lalu kau mau membiarkan saja namamu yang sudah rusak ?"

Sakura diam. Ia menoleh ke Chaeyoung dan Dahyun yang masih menatapi layar monitor dengan serius.

"Bukankah kalian bilang dia mengancam akan menyebarkan foto yang lebih jelas lagi ? Sebaiknya kalian segera temui dia dan membicarakan hal ini secara baik-baik."

"Yaa. Itu kalau bisa diajak bicara baik-baik sih. Apa kalian perlu file-file ini ? Berjaga-jaga saja kalau orangnya mengelak." Kata Jisun yang mendapat senggolan dari Sakura.

"Apa kalian akan menyebarkan ini ?" Tanya Chaeyoung lirih.

"Apa kau masih ingin menuduh Sakura yang tidak-tidak ? Kau tak dengar dia bilang tidak tadi ? Mauku sih sebar
saja biar orang tau manusia seperti apa teman kalian itu. Tapi temanku bilang tidak perlu."

"Khamsahamnida sunbaenim...  Maaf karena telah menuduhmu kemarin..." Chaeyoung membungkukkan badan.

"Aku juga minta maaf atas nama temanku Sakura-ssi... Dan sangat berterima kasih jika kalian tidak menyebarkan hal ini...." ucap Dahyun.

"Sudah, tidak apa-apa."

Sakura ikut membungkuk sekilas tak enak dengan Chaeyoung. Akhirnya kesalahpahaman itu berakhir.

"Kalau begitu kami permisi dulu Sakura-ssi , Jisun-ssi... sekali lagi maaf dan terimakasih..." ucap Dahyun diikuti oleh Chaeyoung.

"Iya... semoga masalahnya cepat selesai ya..." balas Sakura sebelum Dahyun dan Chaeyoung pergi duluan.

Ia melihat jam tangannya dan...

"Ah... Jisun-ssi, aku permisi duluan,  terimakasih banyak yaaa.. aku tidak tau lagi harus berbuat apa tanpamu."

"Hmm.. traktir sushi bisa."

"Call. Nanti telpon saja kalau mau makan sushi. Aku pergi dulu ya."

"Oke. Hati-hati..."

--------
  

      
Langit sudah mulai gelap saat Sakura keluar dari warnet dan pergi mengunjungi rumah Winwin. Lebih gelap lagi saat memutuskan untuk pulang ke rumahnya setelah mendapati rumah Winwin kosong. Tadinya ia ingin masuk tapi ia pikir tak sopan meskipun Winwin sudah membolehkan. Hanya saja ia tak enak kalau-kalau ayah Winwin tiba-tiba datang. Jadi setelah beberapa kali menekan bel dan tak ada jawaban akhirnya Sakura memilih pulang.

Uangnya hanya pas untuk naik bus dari halte dekat rumah Winwin karena sudah dipakai untuk naik taksi dari warnet ke rumah Winwin yang cukup jauh. Ia juga heran kenapa orang itu rela jauh-jauh ke warnet itu hanya untuk menyebar rumor temannya sendiri. Dan sedikit heran bagaimana bisa Jisun sampai sana. Yah, itu semua yang dinamakan kenekatan.

Akhirnya Sakura berjalan kaki dari halte dekat rumahnya ke rumahnya. Menatapi langit malam sambil memegangi perutnya yang terasa lapar. Tadi ia hanya makan kimbap segitiga dua bungkus untuk makan siang dan susu pisang saat ia istirahat ditaman. Bayangan tteokpokki buatan papa Chanyeol terbayang membuat perutnya semakin lapar. Kalau begini sampai dirumah nanti ia mau minta papa Chanyeol memasakkannya plus tumis sosis paprika. Duh jadi gak sabar. Jadi hilang sesaat Winwin dari benaknya

CuriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang