Tell Him

342 40 5
                                    

Sudah beberapa kali Sakura menekan bel namun sepertinya tak ada tanda-tanda orang dirumah yang akan membukakan pintunya. Jadilah Sakura memasukkan sendiri kode pintu apartmentnya. Ia sudah terbiasa kesini. Ada dua orang penghuni apartment ini. Sepasang anak dan bapak. Dan si anak adalah teman yang ingin ditemui Sakura sekarang.

Saking seringnya kesini, Sakura jadi diberitahu kode pintunya. Meski begitu, Sakura selalu menekan bel terlebih dulu setiap datang, sampai tak ada yang jawab atau membuka pintunya, barulah Sakura masuk. Itupun kalau sedang ada urusan yang sangat penting saja. Kalau tidak ya mana berani Sakura masuk-masuk begitu saja ke apartment ini.

Setelah masuk Sakura bisa mengambil kesimpulan kalau tak ada orang dirumah ini. Bahkan setelah masuk ke kamar orang yang dia caripun tetap tak menemukan adanya manusia disana. Akhirnya Sakura merebahkan dirinya diatas ranjang di kamar temannya itu.

Membalikkan badan ke samping. Diatas nakas ada foto temannya bersama keluarga.

"Kawaii..." gumam Sakura. Padahal sudah berapa kali ia melihat foto itu tapi tetap saja ia tak bisa lepas dari keimutan sosok temannya sewaktu kecil itu. Sakura memandang langit-langit kamar itu. Membayangkan bagaimana respon si pemilik kamar kalau ia memberitahu kabar yang sangat tak biasa ini. Bagaimana lelaki itu menanggapinya. Apa yang akan diucapkan pertama kali.

Bayangan Sakura jatuh pada wajah polos lelaki itu yang tampak bodoh. Kemungkinan butuh waktu untuk mencerna kabar yang akan Sakura berikan. Kemudian muncul pertanyaan apakah Sakura benar-benar....

Bayangan lain muncul, mungkinkah laki-laki itu lebih responsif dan reaktif. Setelah mendengar kabar lelaki itu akan kaget, baru kemudian berteriak kegirangan karena akan memiliki status baru dihidupnya, seorang ayah.

Tetot.

Sepertinya bayangan yang tadi sangat tak mungkin terjadi. Siapa pula yang akan senang mendengar kalau ia berhasil menghamili seorang yang bukan pacarnya, tanpa menikah, tanpa status, tanpa pekerjaan tetap di usia muda.

Sakura memejamkan matanya.

Ranjang ini memang selalu berhasil membuatnya ingin tidur. Masih empuk meski ia tau sebenarnya ini bukan kasur baru, ini kasur lama yang tak terlalu empuk dibandingkan kasur zaman sekarang. Kasur ini sampai dibawa dari China saking berharganya. Kasur dari kecil katanya. Sakura membayangkan si pemilik kasur yang masih kecil tertidur diatas ranjang yang lumayan besar ini. Pasti nyaman sekali.

Pip pip pip.

Terdengar bunyi pintu dibuka. Sepertinya orang yang dia tunggu sudah datang. Baru saja Sakura mau memejamkan matanya, orangnya sudah pulang. Sakura akhirnya bangun dan berjalan kearah pintu. Baru saja ia mau meraih gagang pintunya, tau-tau pintunya terdorong terbuka membuat Sakura reflek melangkah mundur.

"Woo woo woo... Winwin sudah berani menyimpan gadis di kamarnya dude.." Suara menggelegar mengagetkan Sakura. Dan bunyi derap langkah terdengar berikutnya.

Sakura kenal mereka semua. Ada yang masih merupakan seniornya waktu SMA, ada yang cuma ia tau berdasarkan cerita. Diantara beberapa lelaki itu, muncul dari belakang orang yang Sakura cari.

"Sakura ?"

"Senpai !"

Setelah keterdiaman dan kecanggungan yang berlangsung beberapa detik lewat, akhirnya teman-teman Senpainya kembali ke ruang sofa depan tv berikut Sakura dan senpainya itu. Dan atas inisiatif sendiri, para teman senpainya itu mengenalkan diri lagi.

Johnny, si teman senpai yang memiliki badan tinggi semampai. Yang langsung nyaring saat melihatnya dikamar senpai. Usianya tiga tahun lebih tua dari Sakura. Yang Sakura tau merupakan mahasiswa juga. Sakura tak tahu banyak, hanya suka melihat dari foto yang disimpan senpainya. Taeyong, si teman senpai yang paling tampan menurut Sakura. Seperti keluar dari manga. Tapi agak sedikit seram.  Mahasiswa juga, tapi Sakura tak tahu jurusan apa. Sama seperti Johnny, Sakura juga tak terlalu mengenal Taeyong.

CuriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang