🐝 Devaul • 09

1.1K 100 2
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Devano mengerjap, menggeleng beberapa kali untuk menghilangkan pusing di kepalanya. Iqbal yang duduk di samping Devano menyernit, lalu menepuk pundak cowok itu.

"Lo kenapa, Dev? Lo sakit? Muka lo pucat,"

Devano menoleh pelan, sambil memijat pangkal hidungnya. "Kepala gue sedikit pusing," jawabnya pelan.

"Yauudah, ijin aja ke uks,"

Devano mengangguk. "Pak, Devano ijin ke UKS. Lagi sakit soalnya!" seru Iqbal kepada Pak Tomi yang sedang mengajar. Pak Tomi mengangguk mengerti.

Devano pamit lalu berjalan keluar dengan langkah pelan. Cowok itu pergi ke toilet. Masuk lalu menatap pantulan dirinya di cermin. Mukanya pucat, banget. Devano kemudian membasuh mukanya dengan air.

"Uhuk, uhuk ...." Devano terbatuk-batuk. Menepuk dadanya yang terasa terbakar dengan keras. Devano tak mampu menahan berat tubuhnya, cowok itu berlutut.

"S-sakit... semuaa...."

✨✨✨

Laura dengan tas di pundaknya itu berjalan menuju kelas Devano. Di sampingnya ada Katya dan Mey yang menemani. Mey diam saja dari tadi, entah kenapa cewek itu.

"Makasih yang udah repot-repot nganterin gue," ucap Laura dengan senyuman ketika sudah sampai di depan kelas Devano.

"Sans, ae." ujar Katya yang di angguki oleh Mey.

Laura mengangguk, menahan Kisar yang baru keluar dari kelas. Lalu bertanya, "Devanonya aja, Ki?"

Kisar menoleh kebelakang. Ada Iqbal dan Raja yang baru keluar. "Em... itu. Devanonya sakit, nah iya, sakit." jawabnya jadi bingung sendiri.

Mata Laura membulat. "Sakit apa?" tanya Laura sedikit cemas.

"Gak tau. Tadi mukanya pucat banget, trus dia bilang dia kayak pusing gitu."

"Yah," guman Laura sedih. "Yauudah, makasih yah." Laura tersenyum kecil.

Ketiga cowok di depannya itu mengangguk sambil tersenyum lalu beranjak dari sana. Laura menghela napas pelan. Menoleh pada Katya dan Mey yang masih menunggunya.

"Trus gue pulang sama siapa dong?" tanya Laura bingung.

"Yauudah sama gue aja," sahut Katya.

Mey refleks menoleh ke Katya. "Lho, bukannya lo mau temenin gue beli buku?" tanyanya dengan alis yang hampir menyatu.

Katya menggaruk tengkuknya bingung. Menyengir pada Mey lalu merangkul Laura. Dada Mey sesak, ingin sekali ia berteriak bahwa ia mencintai Katya tapi itu semua tidak mungkin.

Devaul • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang