🐝 Devaul • 12

984 108 15
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Laura berjalan gontai menuju kamarnya. Lena menatap adiknya itu dengan bingung, tapi ia tidak mau peduli banyak. Laura membuka handle pintu lalu masuk ke dalam kamar.

Laura bersandar pada daun pintu, tubuhnya merosot ke bawah. Cewek itu memeluk lututnya erat dan terdiam memikirkan banyak hal.

Pertama, bagaimana caranya agar Mey bisa kembali seperti dulu. Dua, apakah dirinya siap untuk hari besok. Dan tiga, ia memikirkan percakapan para oma, opa dan kedua orang tuanya.

Laura mendongkak, menatap kamarnya yang bertema angkasa itu. Laura memang mencintai seluruh, apapun itu, yang penting bertema angkasa.

Laura memukul-mukul dadanya dengan keras, berharap rasa sesak yang hinggap itu segera pergi. Laura ingin menangis agar sesak itu hilang, tapi sangat sulit.

"Arggh!" Laura berteriak keras. Tak memperdulikan apa yang akan dibilang kakaknya dan Bibi di rumahnya ini.

Laura memukul tembok dengan keras. Hal yang sering ia lakukan agar emosinya berkurang. Laura terus melayangkan pukulan, tak memperdulikan tangannya yang sudah memar dan terluka.

Laura menghela napas gusar, kemudian membanting dirinya di kasur. Matanya tertutup, Laura berusaha tidur tapi ia terlalu cemas untuk hari esok.

"Gu-e gak yakin gue kuat besok," gumam Laura. Beberapa menit kemudian, Laura relfeks mendongkak saat cairan merah itu mengalir lewat hidungnya dengan deras.

Laura batuk-batuk. Cewek itu meremas dadanya yang terasa terbakar. Laura terlalu memikirkan masalahnya sampai lupa bahwa ia memiliki penyakit.

Laura... masih sanggup, 'kan?

✨✨✨

Lena dengar. Cewek itu dengan cepat berlari saat mendengar teriakkan Laura. Bohong jika Lena tidak khawatir. Lena memang membenci Laura, tapi ia sadar. Laura itu juga adiknya.

Adiknya yang selalu memasang senyum lebar bahkan pada saat-saat sulit.

Ada satu alasan lagi mengapa Lena membenci Laura. Ia tidak mau bersedih saat Laura pergi. Alasan yang tidak masuk akal bukan?

Seharusnya Lena menyayangi Laura, supaya di waktu hidup Laura yang singkat ini bisa menjadi lebih berwarna. Dulunya Lena mengandalkan Mey supaya cewek itu mengantikan perannya menjadi kakak.

Namun, Mey berubah dengan cepat. Lena juga melihat saat di mana Mey membully Laura. Saat itu Vanya bertanya, "Len, lo bakal diam aja Laura digituin?"

Namun, Lena hanya diam saat ditanya begitu. Lena ingin membantu tapi hati dan otaknya berperang. Antara ingin membantu dan ingat pada bencinya pada Laura.

Devaul • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang