🐝 Devaul • 19

984 96 37
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Laura salah. Dia pikir dia kuat, tapi itu hanya sebuah kata-kata penyemangat. Dia pikir dia bisa, tapi nyatanya tidak. Laura seharusnya tetap tidur saja, dari pada harus melihat raut kecewa dari kedua orang tuanya.

"Kamu kenapa baru jengkuk Ayah sama Bunda sekarang?" Risa bertanya dengan nada sedih. Please, Laura ingin menenggelamkan dirinya sekarang juga.

Dia tidak kuat melihat wajah Sang Ibunda.

Laura menghela nafas pelan. Cewek itu mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuh, kemudian menatap Risa berani. Rehan sampai terkejut begitupun dengan Risa.

"Memangnya kalian penting?" Laura bertanya sarkas. Maafin-maafin aku! batin Laura.

Selin tersenyum miring. Anak pintar!batinnya senang.

"Laura kenapa ngomong begitu, Sayang?" Risa bertanya, tangannya terulur untuk memegang tangan Laura tapi cewek itu mundur ke belakang karna tak sampai hati jika harus menepis.

"Karna aku gak suka kalian! Aku benci kalian! Kenapa kalian harus bangun lagi? Kenapa gak tidur terus aja?" Laura menunduk kemudian memejamkan matanya erat saat ucapan bodoh itu terlontar dari bibirnya.

Dada Rehan dan Risa mencelos begitu saja. "Apa kami pernah berbuat salah sehingga sikap kamu begini? Apa kami gagal mendidik kamu?" Rehan bertanya dengan raut yang susah dijelaskan.

Enggak! Ayah sama Bunda gak salah, aku yang salah di sini! batin Laura berteriak keras.

"Nggak, kalian gak salah. Aku aja yang mau begini," jawab Laura lalu keluar, memaksakan kakinya agar berjalan dengan normal walaupun sakit.

Parsetan jika dia akan dimarahi oleh Oma Selin. Dia sudah tidak kuat lagi. Setelah jauh dari ruangan itu, Laura berhenti. Tubuhnya dia benturkan pada tembok, lalu merosot ke bawah.

"Bodoh! Gue terlalu bodoh!" Laura memukul kepalanya keras. Ingin menolak keinginan Selin, tapi disatu sisi, dia juga ingin kakaknya bahagia.

"Lau, stop!" Devano berlari mendekati Laura, langsung menahan tangan cewek itu agar berhenti memukul kepalanya.

"Dev," panggil Laura pelan saat Devano membantunya berdiri. "Gue salah, Dev. Gue udah ngecewain kedua orang tua gue. Gue ... bodoh, 'kan?"

Devano diam. "Bukan bodoh, tapi goblok," balas Devano kesal. Cowok itu mendudukkan Laura di kursi panjang. Laura menunduk, cewek itu memainkan ujung kaosnya.

"Seharusnya ... gue tidur terus aja, Dev. Dari pada harus ngeliat muka kecewa Ayah sama Bunda. Gue benci liatnya, Dev, gue benci," ucap Laura berbisik.

Devano menghela nafas. "Yaudah, kalau gak kuat gak usah paksain."

"Gak bisa." Laura menggeleng, cewek itu menoleh kepada Devano. Berusaha mengembangkan senyuman lebar walau dadanya sedang berdenyut nyeri.

Devaul • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang