Sampai di teras rumah. Aku berlari menggendong Ruby menuju gerbang. Aku menggeser gerbang sambil merunduk, takut tembakan leser itu mengenai kepalaku, benda yang mirip drone menghiasi langit gelap, melesat tercerai berai, memuntahkan tembakan entah kemana.
Ruby memelukku erat, bisa kurasakan detak jantungnya berpacu cepat, begitu pula denganku, semua emosi bercampur menjadi satu. Teriakan di mana-mana, orang berlari, sembunyi di balik tembok runtuh, menghindar, melompati pohon tumbang. Api tersulut dari sisa-sisa ledakan, semuanya kacau.
Kakiku ketar ketir berlari, jalan aspal retak, dan entah bagaimana retakannya sememakin melebar. Sesekali berhenti, menghindar dari lesatan cahaya menubruk bangunan sekitar dan meledak, berusaha keras berlindung dan terus berlari mencari tempat aman.
Dalam satu masa, aku tidak sanggup menggendong Ruby, rasa sakit memberontak akan semua pergerakannku, sampai tidak tertahan dan kami berdua tersungkur bersamaan dengan lesatan cahaya biru melintas tepat di atasku dan menubruk pohon yang berada di samping jalan. Aku ingat, pohon itu adalah pohon yang kujadikan pegangan saat aku di seret orang setengah setan. Bekas tembakan laser meledak di batangnya, dan menyebabkan lubang bergerigi, lantas pohon itu mulai mengeluarkan suara kretek yang menghawatirkan.
Aku buru-buru menyuruh Ruby bangkit dan lari, sebelum pohon itu tumbang menggencet kami berdua, ku usahakan untuk bangkit. Nampak Ruby yang sudah jauh di lain jalan, setidaknya mampu membuatku sedikit tenang. Kakiku sulit untuk terangkat akan perih dari jahitan yang terbuka.
'Kretek tek'
Pohon tersebut mulai miring ke arahku, sedangkan aku masih dalam usaha menghindar, namun tungkaiku bagai mati rasa tak bisa ku gerakkan. Ruby meneriakiku dari kejauhan hendak berlari menghampiriku. Sontak aku kembali meneriaki nya. "Diam di sana!" Ia terhenti setengah jalan, matannya menyorot ke arah batang pohon lalu melirikku, ia menggeleng cepat dan kembali berlari. "Ruby jangan mendekat! Berhenti!"
'Krektek tek tek'
Kembali tersadar dan menoleh balik ke batang pohon, mataku membelalak, Pohon tersebut akan segera tumbang dan menindas tubuhku, di lain arah Ruby mengejar bersamaan dengan robohnya batang. "Jangan Ruby!..." suasana kacau, jantungku berdetak kencang, sampai bisa tetdengar jelas di kedua telingaku. Rasa panik dan khawatir menyelimuti setiap sel pikiran, waktu seakan melambat.
Tubuhku memanas, peluh mengkucur menetes dari dagu, ku rasakan setiap inci kulitku bagai ada semut merayapinya, rasa geli membangkitkan remang dalam kekacauan, detak jantungku berpacu tiga kali lebih cepat. Lalu sebirat asap menyala merah keluar dari pori-pori kulit menyelimuti tubuhku, pengheliatanku kacau, ku rasakan sesuatu menarikku ke bawah, meringsuk ke dalam aspal jalan.
Entah bagaimana aku bisa berada di belakang Ruby, anehnya lagi aku berada dalam keadaan berdiri. Ruby berlari mendekat, bersamaan dengan pohon yang sudah bergerak tumbang, aku segera meraihnya, menghempas tubuhku bersama Ruby yang ku raup di pelukan, kami berdua berguling ke samping menghindari terjangan. Pohon itu tumbang tepat di sampingku. Telat sedikit saja maka penyesalan seumur hidup akan tercetak dalam ingatan, akan diriku yang tidak mampu menyelamatkan adikku.
Untuk beberpa detik, fikiranku di selimuti kebingungan, namun lesatan cahaya laser tidak memberikanku kesempatan untuk berfikir dan hanya bisa memaksaku untuk segera menyelamatkan diri. Segera aku bangkit menarik Ruby. Satu Drone terbang rendah dan meluncur ke arah kami. Drone tersebut melesat dengan cepat menyeimbangi pergerakanku dan terhenti tepat di depan menghalangi pelarian-- Kami berhadapan.
Benda yang kukira Drone. Di lihat sedekat ini malah tidak mirip drone biasa melainkan sebuah Cyberpunk Drone.
Benda ini berbentuk bulat seukuran tiga kali kepala orang dewasa, dominasi warna putih dan hitam, dengan beberapa bentuk menonjol rumit mengelilingi tubuhnya. tidak ada baling-baling, namun memiliki komponen seperti pendorong jet terpasang di bawah, samping dan belakang. Mungkin itu yang membuatnya bisa melesat cepat. Ada sepasang senter putih kecil terpasang di kedua sisi bulatan yang mirip sebagai matanya, dan antena pendek menyembul di samping. Serta tambahan moncong senapan di kedua sisi atas matanya. Tubuhnya seperti terbuat dari bahan logam, besi entahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Opponent : The Transform Sferastrom
Science FictionSeorang gadis desa tertutup dari dunia luar, yang selalu di katai bodoh oleh adiknya, buta arah dan hanya mengikuti takdir tanpa bisa membantah. Hirarin sakira, melarikan diri dari rumahnya pada tengah malam untuk mencari ketenangan. Ia tidak tahu...