12_ Run

45 14 1
                                    

Aku mohon, siapapun katakan padaku, aku sangat membutuhkan kata itu, walau aku tau ada kebohongan di dalamnya, katakan saja padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mohon, siapapun katakan padaku, aku sangat membutuhkan kata itu, walau aku tau ada kebohongan di dalamnya, katakan saja padaku. (semuanya akan baik baik saja)

"Hir, hira," panggil Orian, tapi aku masih belum siap mengalihkan perhatianku pada pecahan kaca di bawah kakiku. "Aku janji, kita akan menyelamatkan Ruby," jelasnya lagi.

Pandanganku memburam, aku berkedip untuk menghilangkan bulir penyesalan di sana. Aku menangis tanpa suara. Tertunduk sesal ku eratkan genggaman, ingin sekali kumelayangkannya pada seseorang, atau yang paling tepat, ke wajahku sendiri.

"Aku adalah seorang adik yang membenci kakaknya, aku adalah seorang kakak yang tidak mampu menjaga adiknya," ucapku tersenggal, merasakan sakit dan kebencian pada diriku sendiri. "Dan aku sudah gagal, menepati janjiku pada ibu," ujarku lagi, kini dengan suara sesegukan ikut menyertai.

"Hei," sahut Orian, sembari menepuk bahuku pelan. "Ini belum berakhir, kita bisa menyelamatkan adikmu," ujarnya.

Aku lantas menatapnya "bagaimana caranya! kita bahkan tidak tau, kemana para Galvedor itu membawanya!" ucapku di sertai penekanan. "Katakan! aku harus bagaimana," suaraku benar-benar menyedihkan.

Mendengar perkataanku, Orian semakin menatapku. "Kau tidak akan pergi mencarinya sendiri," ucapnya serius. "Masih ada aku, kita akan mencari solusinya bersama," ujarnya. "Dan aku tau, apa yang harus kita lakukan," lanjutnya, yang langsung membuatku bingung dalam kesedihan, di tambah, senyuman miringnya membuatku gelisah plus penasaran.

"Apa?" Responku pada akhirnya. Di alihkan perhatiannya memandang langit, mendelik ke segala hamparan gelap di atas sana, seperti sedang mencari sesuatu.

"Kenapa tidak ada satu pun Zybort ya?" ungkapnya masih mendongok.

"Memangnya kenapa? itu malah bagus kan," kataku bingung dengan ucapannya.

"Oh iya, aku belum memberitahumu, apa yang harus kita lakukan sebagai awalan," ujarnya, yang malah membuatku agak kesal. Tentu saja ia bicara ngelantur sekarang.

"Memang apa?" tanyaku pada kemudian.

Orian mendelik sekilas ke arahku. "Kita harus bisa menangkap setidaknya satu bola Zybort," beritahunya, membuatku semakin yakin kalau orang di depanku ini, saking ngelanturnya sampai membuat otaknya miring.

"Kau sudah gila ya!" Responku cepat. "Untuk apa?!"

"Kau akan tahu, setelah kita mendapatkannya," ucapnya memandang ke arahku. "Jika kau penasaran, cobalah untuk membantuku, itu juga bisa memudahkan kita, mencari adikmu," jelasnya.

"Dari mana kau tau?" tanyaku langsung. "Kau itu sebenarnya siapa!"

"Simpan semua pertanyaanmu, kau mau adikmu kembali apa tidak," ucapnya, terdengar agak kesal.

Aku pun langsung mengalihkan pandangan ke hamparan puing tubuh Zybort yang kuledakkan, tidak! mereka yang menghancurkan diri mereka sendiri. "Hei, Orian!" panggilku dengan menunjuk ke arah hamparan puing di kejauhan. "Apa itu bisa mambantu?" tanyaku.

Opponent : The Transform SferastromTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang