17_ City!

22 13 5
                                    

Sebelumnya..
Virus kini semakin merajarela, semoga di manapun para pembaca berada akan baik-baik saja.

 Virus kini semakin merajarela, semoga di manapun para pembaca berada akan baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam keadaan terduduk dan membungkuk. Muncul dengan bersandar pada banguan pencakar langit yang runtuh, kedua tanganku menggenggam dua lengan pemuda merepotkan, tersadar aku langsung menghempasnya, segera berdiri dan melihat sekitar. Kesan pertama yang melintas adalah pemandangan buram, langit pagi dengan sinar jingga yang begitu menawan menyapu daratan luluh lantak, menghapus pemikiranku yang selalu menggap semua pagi membosankan dengan rutinitas monoton, kini
berubah pendapat menjadi semakin mengerikan. Ini semua siapa yang punya kerjaan.

"Kau bisa melakukannya hira," ucap Orian, memulai pembicaraan.

Aku menoleh ke arahnya. "Iya, aku juga tidak menyangka bisa melakukannya," jawabku sedikit tidak percaya. "Ini pertama kalinya aku bisa mengendalikan cara teleport," sambungku.

"Kemampuanmu keren juga," timpal Qin yang ku jawab senyuman tipis.

"Kau juga," kataku.

Pemuda yang baru tergabung nampak memperhatikan sekitar. "Aku akan sedikit berkeliling," ujar Qin kemudian.

Aku ikut memperhatikan sekitar dengan seksama. Asap debu mengambang pada ruang udara, mengikis sedikit cahaya untuk merembas masuk menerangi daratan, bau apek serta busuk tercampur menusuk sadis penciuman. Sekeliling hampir tidak ada pijakan rata, bekas gempa bumi terlihat jelas akan kawah dan cekungan kecil maupun sedang. Beberapa bangunan pencakar langit tertelan dan hanya menampakkan setengah bagian, cuatan kawat maupun besi bertebaran.

Ini adalah kali pertamaku menginjakkan kaki di kota, namun di sambut dengan kemirisan yang hampir merenggut kewarasan. Tidak ada nama untuk kota ini selain mati dan hancur hanya dalam beberapa hari. Sepi, hening hanya suara deruan nafas tercekat tiga makhluk hidup yang kini dalam kebimbangan besar, bahkan angin pun enggan untuk menlintas.

Aku sedikit menoleh pada dua pemuda yang nampak masih memperhatikan sekitar. Qin, dengan kesibukan berputar-putar dan sesekali keluar masuk dari bangunan setengah bagian, sedangkan Orian, ia malah membungkuk mengais ronsokan puing reruntuhan, entah apa yang ia cari.

"Ada yang tau, arah tempat gedung pertahanan?" ucapku melenyapkan keheningan.

Orian menegak dan menoleh ke arahku. "Tidak ada apapun di sini," ucapnya sedikit terlihat frustasi.

Kekesalanku timbul kembali, bukannya menjawab pertanyaanku, ia malah memberitahukan hal yang tidak perlu. "Apa, kau tidak dengar apa yang kutatakan tadi?" jelasku lagi.

"Apa?" jawabnya sembari menaikkan sebelah alisnya heran.

Hayolah, aku sudah terlalu lelah untuk berdebat, ku tarik nafas dalam. "Tadi aku bilang, apa kau tau arah tempat menuju gedung pertahanan?" kataku lesu.

"Oh, untuk itu, aku tidak tau."

"Kenapa kau bisa tidak tau?"

Orian nampak berfikir dan sesekali melihat kesekitar, dan kembali menatapku bingung. "Aku tidak ingat," ucapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. "Bahkan aku tidak ingat apapun."

Opponent : The Transform SferastromTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang