21_ Explanation 2

21 5 0
                                    

"Hentikan!" bentak Orian tiba-tiba, berhasil memutuskan ucapanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hentikan!" bentak Orian tiba-tiba, berhasil memutuskan ucapanku.

Gabro tersentak. "Siapa kau hah! Beraninya bersuara besar?!" Tukasnya seraya memaju. "Apa kau memang sengaja menyembunyikan identitas dari kelopokmu!"

"Itu bukan urusanmu!" jawab Orian, suaranya agak di tekan.

"Heh, orang seperti kalian seharunya di habisi saja dari awal!" ujar Gabro memperkeruh suasana.

Qin mulai tersungut. "Apa maksudmu, berkata orang seperti kami!" tukasnya dengan tangan terkepal. "Kami sedari awal juga tidak sudi menginjakkan kaki di tempat yang di dominasi oleh orang payah dan berisik!" jelasnya.

Aku yang berdiri terbelakangi semakin jenuh dan jengkel dengan pertikaian yang terus terjadi.

"Apa! Kau mengatai kami orang payah?!" sahut yang lain.  Keriuhan sengakin menjadi.

"Cih, tentu saja!" Orian membenarkan. Dan menambah amarah dari setiap individu yang mendengarkan.

"Orian! Qin, hentikan!" leraiku dengan  memaju dan berdiri mengahalangi dua kubu yang bertentangan. "Jangan berbuat masalah dengan mereka. Sebaiknya kita pergi saja," ajakku.

"Mereka yang duluan, Hira," jawab Orian kesal, bahkan matanya nampak memerah. Aku tidak menyangka ia bisa sampai se emosi ini.  Apakah ada sangkutan dengan identitasnya? Jika di lihat dari yang sebelum-sebelumnya, Orian memang selalu menyangkal jika membahas tentang jati dirinya.

"Enyah saja kalian dari sini!" jawab mereka yang ada di belakangku. "Pergi sana!"

"Apa kalian tidak bisa tenang sedikit!" sahut seorang wanita yang tiba-tiba membuka pintu ruang kesehatan, dengan memakai setelan jas putih  yang terlihat beberapa tempat pada pakaiannya terdapat bercak merah darah. "Kami sedang mengobati orang yang terluka. Tetapi, kalian malah ribut di depan seperti ini, jika kalian mau ribut, ribut saja di luar, jauh-jauh dari ruangan ini!" ungkapnya dengan tiap perkataan di tekan.

"Maaf dokter key," ucap Ari. "Ini semua karna orang baru yang tidak tahu diri," jelasnya.

Qin tiba-tiba melangkah lebar, namun segera di hentikan oleh Orian. "Sudah, tidak ada gunanya membuang-buang energi pada orang seperti mereka," ujarnya. "Lagipula, Hira juga harus mencari adiknya."

"Tapi!"

Aku menggeleng ke arah Qin agar ia mengerti.

"Ah, sial!" responnya jengah. "Baiklah, aku tidak akan ribut dengan mereka dan kita tinggalkan tempat ini!" ungkap Qin.

Orian menyelipku, lalu lanjut menatap para pasang mata yang bagai mengatakan, kami yang berdiri di hadapan, segera menghilang di telan bumi saat ini juga.

"Tanpa kalian susruh pun, kami akan pergi dari sini!" ujar Orian pada akhirnya.

"Maaf jika kedatangan kami membuat keributan dan mengaganggu proses perawatan anggota kalian yang terluka," ujarku seraya menunduk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Opponent : The Transform SferastromTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang