Transform Sferastrom.
70%.
Target di temukan.
Ada sesuatu berdiri tidak jauh di belakangku. Terlihat jelas dari bayangannya yang memanjang akibat dari membelakangi cahaya matahari. Aku tidak tahu itu orang atau apa. Suaranya sangatlah bukan seperti manusia, terdengar sangat berat dan menggema. Suara langakah kaki berat mulai terdengar, semakin dekat ke arahku. Aku masih takut untuk berbalik dan setia menatap Ruby dengan raut tegang anehnya, dia tidak melihat kearahku, melainkan sorot matanya membelalak tajam pada apa yang ada di belakangku, akupun ikut mematung.Beberapa detik kemudian, langkah kaki berat itu terhenti dengan suara desis angin, menyerupai suara saat membuka kaleng soda. Suaranya begitu dekat dan seketika itu, nafasku ikut tercekat. Ruby yang sudah berdiri menggeleng pelan padaku, sementara aku mulai mengumpulkan keberanian untuk berbalik. Sesudah ku rasa cukup. Aku langsung memutar setengah leherku dengan irama detak jantung bertamabah secara berkala, bersamaan dengan itu, aku langsung memutar semua tubuhku berbalik.
Aku lantas memekik melihat penampakan rupa aneh, makhluk jadi-jadian atau mungkin alien. Tubuhnya keras hitam legam bagai cairan aspal. Tinggi, yang aku sendiri hanya bisa melihat sampai bawah bahu. Aku mendongak perlahan dan mendapati satu lensa aneh, mungkin senter atau lampu sorot yang sering ada di pasar malam, hanya saja ukurannya kecil seimbang dengan bentuk kepalanya, tapi yang pasti itu menyala biru redup, kepalanya lonjong seperti mengenakan helm. Lensa itu membuatnya terlihat bermata satu.
(Tap gambar atas, sbg perumpamaan)
Suara desis angin kaleng soda terdengar beberapa kali. Kakiku ketar ketir ingin berlari namun tidak cukup nyali. Aku membayangkan jika aku lari, di saat itulah aku akan mati.
"Kak Hiraa!" panggil Ruby, namun aku tetap pada posisi. "Kak, larii!" tekannya lagi.
Nafasku memburu, makhluk di depanku teralihkan pada Ruby, dan itu membuatku khawatir setengah mati.
" makhluk bumi " ucapnya, bahkan aku butuh beberapa detik untuk mengerti, pasalnya, suaranya begitu berat namun terkesan mengapung atau samar.
Aku mencoba menoleh pada Ruby dan membuat ancang-ancang untuk lari, namun makhluk jadi-jadian atau alien di depanku ini masih setia menatap Ruby. Saat hendak aku akan berbalik, sebuah tekanan keras mencekat nafas kurasakan jelas. Tangan batu mungkin besi mencekik leherku, sampai kakiku terjinjit terangkat. Ruby kembali meneriaki, kali ini dengan tekad yang membuatku kahawatir lagi. Ruby berteriak sambil berlari menghampiri, ku tangkap suara langkahnya berlari.
"J...jang...an R...ru...by," ucapku berusaha mengeluarkan suara, walau mungkin hanya terdengar seperti cicitan tikus.
Aku menatap samar ke makhluk aneh di depanku, sampai sesuatu mengalihkan perhatiannya, dan tentu saja, itu adalah ulah Ruby yang menerjang kakinya memakai bata yang hanya tinggal setengah. Ketika mengenai kaki makhluk itu, langsung lebur di saat itu juga.
Astaga Ruby, jika mau ngelempar, kenapa tidak pakai bata yang utuh, kalau segitu tidak akan pernah mempan, apa mungkin terlalu berat untuknya? Walau aku sendiri tidak yakin, mungkin batu asteroid yang jatuh menimpa makhluk itu sekalipun, belum tentu ada efeknya.
Ruby diam di tempat, makhluk itu kian menatapnya tajam, sementara aku tersiksa menyasikan antar kontes tatap-tatapan. Aku mengisyaratkan Ruby untuk lari, dengan melambaikan sebeleh tanganku yang ku lepas, sementara satunya masih kugunakan menahan cengkaram makhluk ini. Melihatku melakukan itu, Ruby langsung tergerak, tapi bukannya mengikuti arahan, ia malah semakin memukul kaki makhluk itu dengan kepalan tangan kecilnya sambil berteriak. "Lepaskan kakak ku!" ingin sekali aku menggampar anak ini. "Paman Galvedor!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Opponent : The Transform Sferastrom
Science FictionSeorang gadis desa tertutup dari dunia luar, yang selalu di katai bodoh oleh adiknya, buta arah dan hanya mengikuti takdir tanpa bisa membantah. Hirarin sakira, melarikan diri dari rumahnya pada tengah malam untuk mencari ketenangan. Ia tidak tahu...