Semua terlihat begitu indah. Bahkan pemandangan malam tamaram di bawah pencahayaan bulan fase First Quarter (paruh awal), menyapu daratan yang luluh lantak tersamarkan. Cahaya beragam warna menari di atasnya, menyamarkan kesuraman dan kehancuran. Aku hanya bisa menganga lebar sembari menyerukan kekaguman. "Uaaah."
Flash back on
Langit sudah sepenuhnya menggelap, menyisakan kedipan bintang dan cahaya bulan. Untungnya kami bertiga bisa menemukan tempat persembunyian. Namun yang bilang ini tempat persembunyian ala Orian, tapi untuk versiku ini malah lebih tepat kusebut ruang penyiksaan. Ya kenapa? Pasalnya, ruangan ini tidak jauh dari tingkat menuju kebinasaan, satu satunya bangunan yang kami temukan di tengah tumpukan puing kehancuran. Atap sebagian jebol dan mengekspose kami dari luar, dinding retak lebar, di dalamnya penuh debu dan cuatan batang besi dari tembok yang runtuh.
Aku dan Ruby terduduk pasrah ketika permukaan tidak rata sesekali memberontak. Orian, lelaki itu ada sekitar satu setengah meter di sudut dinding ruang, di lakukan untuk berlindung di antara sisa-sisa atap yang mengurangi pandangan langit lepas. Jika saja ada tempat lain, tapi cuma ini yang kami temukan, lagi pula tidak ada cukup waktu dan ruang aman untuk berkeliling lebih jauh. Tentang pencahayaan, aku menemukan satu lentera yang sedikit retak, saat akan kunyalakan dengan korek api yang tinggal dua batang. Tentu saja, Orian langsung memberontak, dia bilang cahayanya bisa mengundang hal yang tidak diingankan, tapi aku seketika memperotesnya.
Terlalu banyak hal yang terjadi dalam waktu yang singkat ini. Setelah kufikirkan, peristiwa ini sudah berlangsung dua hari tiga malam termasuk malam ini. Semua terjadi begitu cepat. Tanpa ada pemberitahuan, tanpa ada kesempatan. Semua terjadi begitu saja. Aku sangat lelah, namun sepertinya, mulai sekarang kata lelah harus aku paksa hilangkan. Karna itu akan membuatku lengah dan bisa jadi, aku akan kehilangan lagi. Ibu, bisa-bisanya aku tidak menyadarinya, beliau mengalami gejala ke dua, dan ia berusaha keras untuk melindungiku. Aku tahu selama ini, ibu tidak pernah memperhatikanku, tapi aku juga tahu, ia tetap menyayangiku. karna itu, aku akan menjalani pesan terakhirnya, aku janji.
Apa yang terjadi dengan kak Obsid? apakah para glavedor itu membawanya? Tapi untuk apa. Ibu bilang aku harus mencarinya, dan mau tidak mau aku harus melakukannya. Bukan karna alasan itu saja. Obsid masih berhutang perkataannya yang terpenggal, lagi pula aku juga sudah berjanji pada diriku sendiri, kalau akulah orang yang akan menarik nyawanya. Tapi apakah itu berguna untuk sekarang. Aku bahkan sudah ragu tentang keinginan itu.
Aku beralih pada Ruby, aku salut padanya, karna dalam keadaan seperti ini, ia bisa tertidur, tentunya beralaskan kakiku, malam yang dingin, bedanya sekarang sudah tidak terdengar dengungan nyamuk, dan aku malah merindukan suara itu. Dengung nyamuk jauh jauh lebih baik dari pada suara derung bola Zybort bukan.
Jangan lupakan tentang baunya. Bangkai burung masih berserakan, dan mayat masih begelimpangan di mana-mana. Keadaan ini akan menarik akal sehat, dan aku sudah berusaha keras untuk bisa bertahan. Apakah aku masih layak untuk mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja? Aku hampir melupakan kata itu, maafkan aku. Sepertinya hanya kami bertiga yang tersisa di desa ini. Aku harap sekali lagi, kami bisa selamat malam ini.
Entah mengapa sesuatu mengalihkan perhatian. Satu cahaya biru kecil masuk dari celah retakan, dan sekarang bertambah dua. Namun warnanya berbeda, mirip kunang-kunang, tapi kalau kunang-kunang tidak mungkin warnanya beragam dan bahkan yang ini tidak berkedip. Cahaya itu menari-nari di tengah ruang runtuh. Pertama biru, di tambah hijau, datang lagi ungu. Wah apa itu?
"Kau sudah melihatnya," ucap suara dari bayang gelap di sudut ruang. Tentu saja itu Orian.
"Itu kunang-kunang versi kini," lanjutnya.Bukannya aku tidak memperhatikan, dengan bertanya. "Kau belum tidur?"
![](https://img.wattpad.com/cover/253008478-288-k22081.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Opponent : The Transform Sferastrom
Ciencia FicciónSeorang gadis desa tertutup dari dunia luar, yang selalu di katai bodoh oleh adiknya, buta arah dan hanya mengikuti takdir tanpa bisa membantah. Hirarin sakira, melarikan diri dari rumahnya pada tengah malam untuk mencari ketenangan. Ia tidak tahu...